Masuk Sekolah Ditengah Wabah, Amankah?

Oleh: Ghaziyah Zaahirah
(Anggota Komunitas Muslimah Cinta Rosul)

Grafik Orang Positif Terus Menanjak, Bagaimana Nasib Anak-Anak?
Belum nampak bagaimana akhirnya, kasus penyebaran virus covid-19 di Indonesia masih menyebar dengan grafik orang positif yang terus naik, ditandai dengan semakin banyaknya jumlah orang yang positif virus tersebut. Setelah kurang lebih 3 bulan masyarakat menjalani kehidupan #dirumahaja, kini pemerintah Indonesia berencana untuk melakukan kehidupan tatanan baru atau New Normal Life.

Dikutip dari kompas.com (20/05/2020), Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. "Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata Wiku.

Pada bulan Juli mendatang  memasuki Tahun Ajaran Baru 2020/2021, dengan adanya New Normal Life Pemerintah juga berencana untuk melakukan pembukaan sekolah. Padahal kasus anak yang positif bahkan meninggal dapat dikatakan cukup banyak. Dilansir dari nasional.okezone.com (27/06/2020), data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 129 anak meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP). Yang menyedihkan, 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020. 

Selain itu, Juga muncul petisi, Adalah Watiek Ideo, seorang penulis buku anak yang juga ibu dari seorang pelajar kelas 6 SD, penggagas petisi 'Tunda Masuk Sekolah Selama Pandemi' di laman change.org. "Jadi awalnya saya gelisah. Anak saya kan tahun ini lulus SD, dan waktunya daftar SMP. Tapi kondisinya masih pandemi seperti sekarang ini. Saya coba bujuk anak saya untuk homeschooling saja, tapi dia enggak mau. Lalu ada wacana pemerintah sedang menyiapkan konsep new normal di tengah pandemi. Saya akhirnya tulis kegelisahan itu di Facebook saya. Ternyata banyak sekali yang merasa gelisah seperti saya. Bukan hanya orang tua, tapi pihak sekolah juga. Guru-guru ada yang ikut curhat juga, bahkan tulisan saya itu akhirnya disebarkan sampai ribuan kali," kata Watiek. (sumber: kumparan.com 01/06/2020).

Kegelisahan seperti diatas tentu juga dirasakan oleh banyak orang tua yang anaknya masih sekolah. Anak-anak yang cenderung bersikap aktif tentu sangat dikhawatirkan apabila beraktifitas diluar rumah pada masa pandemi ini. Ibarat memakan buah simalakama, orang tua dihadapkan dengan pilihan yang sulit. 

Atasi Wabah dengan Syariah 
Memang, bencana berupa wabah ini merupakan bagian dari qadha’ (ketetapan Allah SWT) yang tak bisa ditolak. Namun, sistem dan metode apa yang digunakan untuk mengatasi dan mengendalikan wabah adalah pilihan; ada dalam wilayah ikhtiari manusia.

Dengan syariat Islam, wabah akan lebih mudah diatasi dan dikendalikan. Tentu tanpa mengganggu syiar Islam dan ibadah kaum muslim. Nyawa manusia pun bisa terselamatkan. 

Isolasi/karantina adalah di antara tuntunan syariat Islam saat wabah terjadi di suatu wilayah. Rasul saw. bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
“Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Jika terjadi wabah di tempat kalian berada, janganlah kalian keluar dari wilayah itu.” (HR al-Bukhari).

Tindakan isolasi/karantina atas wilayah yang terkena wabah tentu dimaksudkan agar wabah tidak meluas ke daerah lain. Karena itu suplai berbagai kebutuhan untuk daerah itu tetap harus dijamin.

Secara simultan, di daerah terjangkit wabah diterapkan aturan berdasarkan sabda Rasul saw.:
لاَ تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ
“Janganlah kalian mencampurkan orang yang sakit dengan yang sehat.” (HR al-Bukhari).

Penerapan syariat Islam juga bertujuan untuk memelihara nyawa manusia. Dalam Islam, nyawa seseorang—apalagi nyawa banyak orang—benar-benar dimuliakan dan dijunjung tinggi. Menghilangkan satu nyawa manusia disamakan dengan membunuh seluruh manusia (Lihat: QS al-Maidah [5]: 32).
Wallahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post