Lathi Challenge, Redupkan Nurani Generasi?

Oleh : Nur Kasih, S. Ag
(Pemerhati Remaja)

Lathi Challenge kata yang diambil dari pepatah jawa, "ajining raga gumantung ing busana, ajining diri gumantung ana ing lathi".  Merupakan salah satu fenomena yang sedang viral di kalangan netizen saat ini. Makna pepatah tersebut lebih kurang ialah kehormatan lahiriah ada pada busana yang kita kenakan, kehormatan diri letaknya ada di lidah (ucapan kita). 

Dikutip dari Kompas. com, lagu "Lathi" merupakan singel pertama dari grup musik EDM Weird Genius. Mereka adalah Eka Gustiwana dan Reza "Arap" Oktovian, serta Gerald Liu. Weird Genius merupakan grup musik elektronik yang terdiri dari dua YouTuber serta seorang DJ. Kata "Lathi" berarti ucapan dalam bahasa Jawa Kuno. Lirik "Lathi" terinspirasi pengalaman personal yang bisa dialami banyak orang, yakni bercerita toxic relationship yang didominasi kebohongan dan ego. (Kompas.com, 21-5-2020)

Sesuai dengan judulnya, video kreasi ini menggunakan lagu “Lathi” dan berkolaborasi dengan Sara Fajira, vokalis dan rapper asal Surabaya. Lagu ini telah dirilis sejak 27 Februari yang kemudian menjadi sangat viral karena musiknya yang autentik dan sering digunakan oleh para video creator.

Saat mendengar “Lathi”, lirik berbahasa Inggris akan menyambut pendengar hingga tak ayal jika kita menebak lagu ini merupakan karya musisi luar. Namun alunan gamelan Jawa dipadu dengan  electronic dance music (EDM) yang menjadi ciri khas lagu “Lathi” ini sangat menunjukkan ciri khas musik nusantara. Ditambah dengan adanya lirik lagu berbahasa Jawa yang sarat akan makna.

"Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ajining diri ana ing lathi". Begitu penggalan lirik bahasa Jawa dalam lagu “Lathi”. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, maknanya “Kamu tidak bisa lari dari kesalahan. Harga diri seseorang terlihat dari ucapannya”.

Menurut  fimela. com, lagu berjudul Lathi sukses diterima pendengar yang sebagian besar di kalangan usia muda. Bahkan dalam waktu singkat  sudah jadi jajaran video trending di media sosial. (22-5-2020)

Namun belakangan Lathi kembali mencuat dan banyak dibahas netizen. Hal itu lantaran sebuah konten unggahan Jharna Bhagwani, seorang beauty influencer berusia 17 tahun. Jharna membuat konten makeup dengan tagar #LathiChallenge yang membuat ribuan netter berdecak kagum. Ia menampilkan dua riasan sebagai interpretasi dari lagu "Lathi".

Riasan pertama bertema kontemporer yang punya kesan misterius dan abstrak. Sementara tampilan kedua memiliki nuansa tradisional khas Jawa. Diiringi Lathi sebagai background music, videonya viral dan mendapat banyak pujian.

Pada riasan kedua ini yang membuat netizen terperangah. Sosok misterius meyerupai iblis, dan sekilas mirip tokoh Enchantress (June Moone) penjahat super fiksi yang muncul di DC Komik, keluar dari riasan Jharna Bhagwani.  (Sumber: Instagram @jharnabhagwani)

Lathi Challenge mulai menggeliat viral di Tiktok. Lagu "Lathi" karya Weird Genius kini semakin dicari kalangan remaja untuk dibuat se-kreatif mungkin di aplikasi Tiktok.

/Polemik Lathi Challenge/

Nach, lagu yang sekarang viral dan dijadikan challenge para kaum "netizen". Bahkan jadi trending topic di dunia medsos, misal Twitter dan IG. Termasuk keunikan judul lagunya, "Lathi"  menjadi salah satu daya tarik bagi warga net. Ini penting untuk dibahas. Sebab pada faktanya generasi yang berkerudung pun tak luput untuk menjajalnya.

Tampak dalam video klip lagu tersebut terkesan diselewengkan pada hal "syatanik", horor, magis, dan menyeramkan. Jauh dari makna aslinya. 
Bahkan dalam lagu "Lathi" terdapat etnik jawa yang diplintir dan disalahmaknakan ke aroma klenik dan menakutkan.

Sejatinya budaya jawa, seperti tembang Pucung berisi tentang nasehat dan petuah yang baik. Misal, tembang pucung bertema pendidikan seperti berikut.
"Ngelupain iku kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budaya pangekese dur angkara".

Lagu Pucung di atas memberi 
pesan bahwa Ilmu yang baik tentu akan sangat berguna dan membawa manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Ilmu bisa membawa perubahan yang lebih baik. Bahkan ilmu yang didasari dengan budi pekerti luhur akan dapat mengalahkan berbagai sifat jahat di dunia ini.

Terbaru, Lathi Challenge mendapat kecaman dari public figur asal Malaysia, Wan Dazrin. Tantangan tersebut ia anggap berbahaya untuk dijadikan hiburan dan dapat memanggil setan. (Kumparan. com. 5 - 6 - 2020)

Melalui akun Twitter @wandazrin, ia meminta orang-orang untuk tak lagi melakukan Lathi Challenge.
"Hentikan ‘#LathiChallenge‘ sekarang juga. Sesungguhnya tarian-tarian yang kalian lakukan itu sangat berbahaya untuk dijadikan hiburan. Ketahuilah, tarian itu wujud dari setengah budaya Jawa yang syirik dan khurafat. Seperti memanggil Kuntilanak serta Roh Kuda Kepang. Tolong hentikan ya!" kicau Wan Dazrin.

Lebih lanjut, ia mengaku takut ketika menyaksikan Lathi Challenge. Menurut Wan Dazrin, hiburan yang demikian juga dapat mengancam jati diri seorang muslim.

Entah karena terlalu bosan di rumah saja, sehingga netizen menjadikan beragam challenge sebagai hiburan. Setelah hiburan yang menggemaskan, lucu, kini hiburan uji nyali, yaitu tantangan “lathi”. Selebgram pun ikut memeriahkan. Mayoritas yang mengikuti tantangan ini, tak mengindahkan, apakah lathi challenge diperbolehkan dalam Islam?

/Menurut Kacamata Islam/

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dari ‘Amr bin bin Syu’aib radhiyallahu ‘anhu, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi)

Kedua hadist ini menjadi dalil larangan kaum muslim berperilaku tasyabbuh (mengikuti gaya orang kafir). Namun, diksi “suatu kaum” pada hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bermakna umum. Maka, mengikuti gaya setan dan berperilaku layaknya setan, maka tentu tidak diperbolehkan. Sekalipun dengan dalih hiburan.

Ibnu Qoyim rahimahullah ta’ala mengatakan, “Karena penyerupaan pada penampilan pakaian menjerumuskan kesesuaian pada petunjuk batin sebagaimana yang ditunjukkan oleh syariat, akal dan naluri. Oleh karena itu telah ada dalam syariat melarang menyerupai dengan orang kafir, hewan, syetan dan para wanita serta orang badui.” ‘Al-Furusiyah hal. 122.

/Uji Nyali Tak Bermutu Harus Berhenti/
Uji nyali atau challenge tak bermutu masih terus bermunculan di jagad maya. Tampilan tak berguna dan berbahaya masih menghiasi generasi kita. Hal seperti ini tak sewajarnya hanya dianggap “isapan jempol” semata. Terlebih di era digital sekarang ini. Menjadi influencer dan yuotuber sedang diminati. Obsesi generasi saat ini.

Akibat penerapan sistem sekuler kapitalistik sudah pasti menghasilkan konten unfaedah. Bahkan generasi kini dilenakan tayangan sampah. Yang akan redupkan generasi menjadi tak bermarwah. Rasa malu dalam diri tak terarah. Keimanannya lenyap sudah. Demi "jempol" dan "lonceng" follower serta pundi-pundi rupiah. Yang itu semua bisa berujung hilangnya berkah.

Aturan Islam satu-satunya solusi jitu yang akan jaga akidah umat ini. Yang memberikan hiburan penuh makna dan berarti. Yang akan meningkatkan prestasi generasi. Yang nantinya tak akan ada Lathi Challenge dan semisalnya lagi. Yang ada challenge-challenge yang memotivasi untuk berlaga dalam kebaikan demi meraih rida Illahi. Yang berujung surgawi abadi.

Wallahu a’lam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post