AKB "New Normal" Ala Majalengka, Legislator Ingatkan Gelombang Kedua Wabah Covid-19

Oleh: Mia Agustiani 
(Member Revowriter Majalengka) 

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid III di Kabupaten Majalengka berakhir Juli ini. Selanjutnya Majalengka berpeluang menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau tatanan normal baru alias new normal.

Seiring dengan penerapan AKB, fasilitas umum (fasum) yang sebelumnya ditutup atau dibatasi, segera dibuka. Mini market adalah salah satu yang masa operasinya sudah mulai diperpanjang dari 08.00 - 18.00 menjadi 08.00 - 20.00 WIB.

Wacana AKB  tersebut menuai reaksi dari, Pepep Saeful Hidayat, anggota DPRD Jabar. Pepep menyarankan agar Pemkab Kabupaten Majalengka tetap berhati-hati saat membuka kembali aktifitas perekonomian. Hal itu mengingat berdasarkan kasus virus sebelumnya yang berlangsung dalam beberapa gelombang. (jabar.sindonews.com, 12/6/2020).

Keberadaan pandemi masih jadi perbincangan hangat. Kini sedang mengalami perjalanan menuju kurva puncak. Saran ahli tentang skema penerapan new normal pun diabaikan. Lalu kriteria apa yang menyebabkan ada AKB "New Normal" Majalengka?

AKB di Majalengka, penerapan yang terkesan buru-buru. Legislator sampai mengingatkan pemerintah agar berhati-hati. Melonggarkan aktifitas ekonomi melalui new normal, sungguh ini bentuk pengabaian terhadap jaminan hidup rakyat.

AKB yang diberlakukan ditengah kurva yang masih naik, memiliki konsekuensi terjadinya gelombang tahap kedua. Bagaimana mungkin pemerintah tetap dengan kebijakannya. Sementara rakyat dibiarkan berjuang sendiri melawan wabah.

Seharusnya pemerintah tidak terburu-buru dalam mengambil kebijakan. Ada beberapa kriteria WHO yang harus dipenuhi sebelum penerapannya:

1. Terbukti bahwa tranmisi covid-19 telah terkontrol di negara tersebut.

2. Kapasitas kesehatan mampu mendeteksi, menguji, mengisolasi dan menangani kasus serta menelusuri kontak.

3. Resiko wabah harus ditekan untuk wilayah tempat resiko tinggi.

4. Penetapan langkah pencegahan di lingkungan kerja dan sekolah.

5. Resiko terhadap kasus dari pembawa virus yang masuk dari suatu wilayah bisa dikendalikan.

6. Masyarakat diberi kesempatan dan dilibatkan dalam proses masa transisi menuju new normal.

Sejak awal tidak ada kesigapan pemerintah dalam penanganan wabah. Hasilnya banyak salah langkah pada kebijakan berikutnya. Seandainya rakyat menjadi prioritas utama dibandingkan sekedar penyelamatan ekonomi. Konsepnya, apabila ekonomi bangkrut akan dapat dipulihkan kembali. Namun nyawa rakyat yang hilang hanya akan dikorbankan percuma.

Kurangnya edukasi mengenai wabahpun meracuni pikiran masyarakat. Faktanya tidak sedikit yang mempercayai bahwa wabah ini tidak ada. Ini sangat berbahaya. Akhirnya kebijakan AKB atau new normal disambut bak angin segar.

Amru bin Ash ra, mengatakan:
"Wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api, maka bentengilah dari penyakit ini dan berlari ke gunung-gunung." (Ibn Hajar Al-Asqalani, Badz Al-maun fi fadhl al-Thaun, hlm. 163)

Penerapan kebijakan AKB berdalih ekonomi rakyat. Padahal kepentingan kapitalis bersembunyi dibelakangnya karena mengalami banyak kerugian akibat wabah. Konsep isolasi yang meminimalisir pergerakan masyarakat pun tidak didukung penuh oleh pemerintah.

Memberi bantuan pada rakyat dianggap beban oleh pemerintah. Pembagiannya pun kacau balau. Alhasil karantina membuat dilema dan masyarakat tetap keluar untuk bekerja.

Kapitalis tidak akan pernah serius mengurusi rakyat. Hanya Islam yang mampu menangani ketersediaan layanan publik sebagai bentuk riayah pemerintah. Karena menjadi pemimpin adalah amanah yang harus ditunaikan sebagai bentuk tanggung jawab dihadapan Rabbnya.

Kebijakan AKB ini selayaknya kita sikapi dengan penuh taat pada syariat-Nya. Ada kaidah sababiyah, kenapa wabah ini sampai diturunkan oleh Allah. Tak lain untuk mengingatkan kita untuk kembali pada aturan-Nya.

Lalu kita juga harus memperhatikan pendapat ahli. Memperhatikan tentang kaidah dharar / kemudharatan. Serta selalu yakin akan qadha Allah dan tawakal pada-Nya atas segala ikhtiar.

Terlebih yang benar-benar kita butuhkan adalah bukan sekedar new normal life tapi new sistem. Sistem yang akan mampu mengatur kehidupan kita dari tidur hingga bangun kembali. Mampu menyelesaikan segala problematika tanpa solusi semu.

Wallahu a'lam bishshawab.
Previous Post Next Post