Ketimpangan Kapitalisme dalam Mengatasi Masalah Pangan di Tengah Wabah


Ketimpangan Kapitalisme dalam Mengatasi Masalah Pangan di Tengah Wabah

Dilansir dari Kumparan.com, sebelum krisis COVID-19 terjadi, Beasley sebetulnya telah mengimbau negara-negara donor untuk meningkatkan pendanaan bantuan pangan bagi negara miskin. Imbauan ini didasari oleh konflik dan bencana alam yang menghasilkan tekanan besar. Menurut sebuah laporan dari PBB dan organisasi lainnya pada sepekan lalu, setidaknya 265 juta orang saat ini sedang mengarah ke ambang kelaparan akibat krisis Covid-19. Jumlah ini sama dengan dua kali lipat dari jumlah yang terancam sebelumnya. (kumparan.com, 25/04/20)

Tentu saja, sistem kapitalis tidak akan mampu mengatasi permasalahan ini. Sebelum wabah Covid-19 melanda, negeri ini sudah mengalami ketimpangan dalam mengatasi masalah pangan. Terlebih, kini terjadi wabah Covid-19. Negeri ini dikenal sebagai zamrud khatulistiwa, yang memiliki kekayaan alam  begitu melimpah. Namun, kesalahan mengambil sistem kapitalis sebagai aturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menimbulkan berbagai permasalahan, termasuk potensi kelaparan bagi rakyatnya.

Munculnya Covid-19 tidak hanya melumpuhkan aspek kesehatan saja. Akan tetapi, berimbas pula pada kehidupan sosial dan krisis pangan. Pasalnya, Indonesia saat ini masih menggenggam sistem kapitalis. Faktanya, sistem ini tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi. Kondisi saat ini semakin diperparah, ketika pemerintah memberikan bantuan tidak secara optimal. Hal ini menjadi sebuah dilema bagi masyarakat. Memilih mati karena terinfeksi Virus Corona atau mati karena kelaparan. Sungguh miris, hidup di negeri kapitalis. 

Dalam sistem kapitalis, pendistribusian harta kekayaan tidak maksimal. Ini terbukti, dimana negeri ini  tengah mengalami krisis ekonomi yang semakin meningkat. Sistem ini menjadikan yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Inilah bukti kegagalan sistem kapitalis. Oleh karena itu, hanya Islamlah yang mampu mengatasi berbagai problematika umat.

Negara khilafah akan menerapkan Islam secara kaffah di seluruh aspek kehidupan, bahkan dalam menangani masalah ini khalifah lebih mementingkan rakyatnya daripada dirinya sendiri. Sebagai contoh, Khalifah Umar bin Khattab ra pernah bertahan hidup hanya dengan memakan minyak dan cuka di tengah wabah demi menyelamatkan rakyatnya. (almanhaj.or.id) 

Seorang khalifah tidak akan pernah membuat rakyatnya menderita, karena keimanan dan ketaatannya pada syari'at-Nya. Serta menyadari bahwa kepemimpinannya adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban️ di hadapan Allah Ta'ala di akhirat kelak. 

Negara khilafah akan mengelola pendistribusian harta kekayaan dengan baik. Khalifah  tidak hanya memberikan bantuan kepada rakyat miskin  saja,  tetapi siapa saja yang membutuhkan  bantuan. Menyediakan rumah yang layak untuk dihuni untuk rakyat miskin. Begitu halnya khalifah mengatasi masalah sistem perekonomian di tengah wabah mengadakan lockdown di daerah yang terkena wabah. Akan tetapi, khalifah menjamin kesejahteraan bagi rakyat dengan penyediakan bahan pangan dan bantuan lainnya. Tentu saja, khalifah melakukan ini dengan sangat adil. Lockdown diberlakukan agar memudahkan wilayah zona hijau dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Problematika umat tentu saja cepat diatasi oleh khalifah dengan baik dan adil sesuai hukum syari'at. Hanya dengan diterapkan Islam secara kaffah, niscaya akan mampu mengatasi problematika umat dengan baik dan adil.

Wallaahu a’lam bish shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post