Ancaman Kelaparan Melanda, Tak Sekedar Salah Corona

Oleh : Aiysah 
(Anggota komunitas Menulis untuk Peradaban Baubau) 

Dunia saat ini sedang digemparkan dengan adanya virus Covid-19, yang muncul pertama kali di kota Wuhan China sekitar Desember 2019 dan kini telah merambat keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Wabah corona yang belum diketahui kapan berakhirnya, telah berdampak besar tehadap dunia. Bahaya kelaparan mengancam rakyat.

Sebagaimana dilansir dari Tempo.com, Lembaga dunia World Food Program mengatakan masyarakat dunia menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran dalam beberapa bulan lagi akibat resesi ekonomi yang dipicu pandemi CONVID-19 atau virus corona.

Saat ini ada 135 juta orang menghadapi ancaman kelaparan. Proyeksi dari WFP menunjukan jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat menjadi 270 juta orang. 

Jumlah ini masih bisa bertambah karena sekitar 821 juta orang yang kurang makan. Sehingga, total warga dunia yang bisa mengalami bencana kelaparan melebihi 1 miliar orang.

Kegagalan Sistem Kapitalisme
Namun, benarkah bencana kelaparan semata-mata akibat pandemi Covid-19?. Jika kita telusuri, sebelum wabah muncul, dunia sudah terancam kelaparan. Berdasarkan laporan sepanjang 2019 ada 135 juta penduduk yang mengalami krisis pangan akut. Mereka tersebar di 55 negara. Laporan ini juga mengungkap sebanyak 75 juta anak-anak mengalami stunting atau kerdil, dan 17 juta lainnya mengalami gizi buruk. Akibat buruknya penanganan virus corona, kondisi kelaparan makin parah.

Termasuk Indonesia menghadapi ancaman kelaparan. Berdasarkan Laporan penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) bersama Internasional Food Policy Resedch Instititu (IFPRI) pada tahun 2019, sebanyak 22 juta penduduk Indonesia mengalami kelaparan kronis. Jumlah tersebut sekitar 90 persen dari total penduduk miskin Indonesia, yakni 25 juta jiwa. Ini data sebelum adanya virus corona. Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi akan ada tambahan sekitar 1,1 juta orang hingga 3,78 juta orang dalam kondisi paling buruk akibat virus corona.

Kelaparan global yang terjadi saat ini akibat sistem kapitalisme gagal dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sistem ini sangat mengangungkan kebebasan bagi individu, terutama dalam hal kebebasan kepemlikikan jadi tak heran jika kekayaan SDA hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja. Sedangkan masyarakat pada level bawah harus bekerja keras untuk menyambung hidup. Sehingga masyarakat pada level bawah semakin jatuh dalam jurang kemiskinan saat terjadi wabah.

Namun ketimpangan ekonomi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di negara maju seperti Amerika Serikat. Misalnya beberapa tahun yang lalu, saat Badai Katrina yang memporak-porandakan sebagian wilayah Amerika Serikat, telah membuka tabir kemiskinan di negara paman sam tersebut. Ternyata sebagian penduduk di wilayah badai tersebut memiliki kehidupan ekonomi dibawa garis kemiskinan. Dibalik gemerlapnya Amerika, tersimpan kemiskinan yang mengerikan. Dan jika berbicara Indonesia dibalik gedung pencakar Langit di Jakarta terdapat pemukiman kumuh di pinggir sungai dan kolom jembatan.

Ketimpangan ekonomi ini terjadi akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme liberalisme. Manusia dengan bebas bersaing untuk mendapatkan keuntungan materi, sedang negara pun lepas tangan. Akibatnya para pemilik modal besarlah yang menang . Kondisi semacam ini terus terjadi di sistem kapitalisme sehingga tak heran jika para pemilik modal besar yang menguasai sumber daya dunia.

Sistem Islam Mewujudkan Kemakmuran Global
Dalam sistem Islam, sumber daya yang ada di dunia ditetapkan sesuai dengan aturan Allah SWT sebagai sang pencipta sekaligus pengatur. Dalam hal kepemilikin dibagi tiga bagian. Ada yang termasuk milik pribadi, milik umum dan milik negara.

Individu (swasta) dilarang menguasai sumber daya alam yang termasuk milik umum seperti tambang, minyak bumi, hutan, laut, sungai dll. SDA milik umum dikelola oleh negara untuk kemakmuran seluruh rakyat. Pengaturan seperti ini akan mewujudkan keadilan ekonomi. Semua rakyat mendapatkan haknya secara adil tanpa memandang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Rakyat pun bisa hidup layak dan makan-makanan bergizi. Sehingga tidak muncul ancaman kelaparan gizi buruk dan stunting.

Selain itu khilafah juga membekali semua warga negara dengan modal dan skill agar semua rakyatnya terutama laki-laki untuk memperoleh pendapatan baik sebagai pekerja maupun pengusaha. Dan bagi warga negara yang lemah (fisik maupun mental) di berikan bantuan berupa makanan pokok pakaian dan tempat tinggal. Kesehatan dan pendidikan diberikan secara cuma-cuma, sehingga semua rakyat memiliki bekal untuk hidup.

Ketika mengahadapi wabah khilafah memberlakukan lockdown hanya pada wilayah wabah saja, bukan seluruh negara. Hal ini menjadikan ekonomi di luar wilayah wabah tetap berjalan secara normal. Ekonomi di wilayah wabah tentu mandeg sehingga butuh intervensi pemerintah berupa pemenuhan pokok yakni sandang, pangan dan papan. Kebijakan khilafah dibidang ekonomi selalu sejalan dengan dibidang kesehatan. Hasilnya, wabah dapat terselesaikan dengan cepat dan tidak merapat ke wilayah lain.

Dalam menangani wabah khilafah tidak akan tergantung pada arahan negara lain maupun lembaga internasional. Allah SWT berfirman : " Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk munguasai orang-oarang mukmin." (TQS An-Nisa : 141).

Dan khilafah akan menghadapi wabah secara mandiri. Tak boleh minta bantuan (utang) luar negri demi penanganan corona. Karena semua solusi dan utang luar negri justru menjadi jalan penjajah. Jadi satu-satunya solusi dari problematika umat salah satunya dalam menghadapi wabah hanya dengan menerapkan sistem yang berasal dari sang khaliq yakni khilafah dan sudah saatnya mencampakan sistem kapitalisme hasil buatan manusia yang mengikuti hawa nafsu. Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post