Melihat Taring Penguasa Kendalikan Pengusaha dalam Pandemi

By : Rosyidah Assanani

Wabah / pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, membuat gelagapan semua pihak. Wabah ini cepat sekali merebak , sesuai dengan kecepatan orang berpindah tempat. Bermula dari kota Wuhan, propvinsi Hubei Tiongkok kini tersebar keseluruh dunia.Tetapi yang menjadi masalah adalah ketersediaan sarana kesehatan yang dikhawatirkan tidak dapat mengimbangi jumlah pasien terdampak Covid-19.
Sampai dengan tanggal 4 April 2020, 13 dokter meninggal, 95 paramedis positif Covid-19 (radartegal.com). Semakin hari semakin bertambah seperti dilansir  Liputan6.com, 6 April 2020 melansir Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat, sebanyak 24 dokter meninggal dunia terkait Corona COVID-19. Data tersebut dihimpun hingga per 5 April 2020. Sejauh ini yang terkonfirmasi ada 18 dokter dan 6 dokter gigi yang meninggal terkait COVID-19. Totalnya jadi 24 dokter yang meninggal.
Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena paramedis merupakan garda terdepan dalam penanggulangan wabah ini. Ibarat tantara mereka adalah orang-orang yang harus berbaju perang dengan persenjataan lengkap. Paramedis memiliki kerentanan penularan yang tinggi. Alat kesehatan untuk perawatan pasien maupun Alat Perlindungan Diri (APD) untuk paramedis salah satu menentukan keberhasilan penanganan wabah ini. Selain faktor penyebaran / pergerakan manusia yang juga sangan penting untuk dikendalikan.
Sebulan pertama setelah diumumkan 2 orang positif Covid-19, banyak terjadi kepanikan kekurangan APD di unit – unit kesehatan yang sudah ditunjuk. Sampai masyarakat pun melakukan aksi beli APD yang seyogyanya untuk paramedis. Terdapat oknum menimbun untuk mencari keuntungan pribadi. Bahkan sampai saat ini masih ditemukan dalam beberapa oknum penjual di marketplace menjual apd medis dalam harga tinggi. Ini sangat disayangkan disaat kebutuhan APD paramedis sangat dibutuhkan mulai dari fasilitas kesehatan pertama/klinik-klinik/puskemas sampai rumah sakit rujiukan, paramedis kita yang selayaknya dilindungi, karena mereka yang menghadapi langsung orang positif dengan gejala maupun tanpa gejala.
Indonesia mendatangkan alat pelindung diri (APD) dari China melalui skema bantuan maupun pembelian langsung untuk menanggulangi virus Corona. APD digunakan oleh para tenaga medis di dalam negeri yang sangat membutuhkan. Yang ternyata APD tersebut buatan Indonesia.CNBC Indonesia 24/03/2020. Hal ini mengagetkan masyarakat karena pemerintah mendatangkan produk dari luarnegeri yang ternyara buatan dalam negeri. di saat pandemic merebak banyak APD yang diekspor.
Berikut data kapasitas produksi nasional dari beberapa perusahaan kebutuhan pelengkap APD, yaitu masker, mencapai 162 juta buah per bulan. Hitungan ini merupakan kebutuhan di saat kondisi normal. Padahal dilihat dari kemampuan produksi dalam negeri hanya 131 juta per bulan.
Kapasitas terpasang nasional sebanyak 181 juta unit/ bln, 31 juta unit/ bulan di antaranya dari produsen tekstil. Sedangkan rata-rata produksi nasional sebanyak 131 juta unit/bulan termasuk 31 juta unit/bulan dari produsen tekstil.
Selama ini, 40-50 juta unit/bulan untuk penjualan di dalam negeri, 50-60 juta unit/bulan untk diekspor. Dengan demikian kebutuhan 112-122 juta unit/bulan dari impor.
Pelengkap lainnya, sarung tangan karet, dapat diproduksi dengan kapasitas nasional hingga 8,6 miliar buah. Realisasi produksi masih sebanyak 6,88 miliar.
Dengan data di atas, seyogyanya pemerintah mulai memperbaharui komitmen ekspor APD ke luar negeri, guna memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang melonjak tinggi /  melebihi normal. Setelah terpastikan pemenuhan dalam negeri terpenuhi maka pertimbangan ekspor dapat dilakukan. 
Dan yang paling utama harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas layanan kesehatan di daerah, khususnya daerah yang memiliki kerentanan penularan tinggi dan kerentanan kondisi layanan kesehatan. Peningkatan kapasitas kesehatan yang dimaksud adalah mulai dari menyiapkan SDM kesehatan, fasilitas kesehatan untuk perawatan pasien, dan memastikan ketersediaan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan,alat pelindung diri (APD). Dan pengendalian pergerakan manusia.

Dalam kondisi pandemic seperti ini masyarakat sangat mengaharap kehadiran pemerintah berposisi sebagai periayah/pengurus urusan umat. Tidak menempatkan diri sebagai pebisnis yang sangat menghitung untung dan rugi, lebih berposisi sebagai perisai umat /masyarakat. Yang melindungi masyarakatnya secara utuh, karena masyarakat telah memasrahkan pengurusan atas mereka kepada pemerintah. Semoga wabah ini segera terselesaikan sehingga menghadirkan kebiasaan positif yang baru bagi masyarakat dunia. Allahua’lambishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post