MELIHAT KESIAPAN IBU DI MASA PANDEMI

Oleh : Dwi Suryati Ningsih, S. H 
(Guru dan pemerhati anak)

Saat ini Covid-19 sedang tumbuh subur di Indonesia. Pemerintah memberi himbauan kepada rakyatmya untuk tetap berada di dalam rumah. Berbagai aktivitas dihentikan demi tidak menyebarnya virus ini. Termasuk dalam hal ini adalah di bidang pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mengatakan pihaknya mendukung kebijakan pemerintah daerah yang meliburkan sekolah karena khawatir dengan penyebaran Covid-19. Bahkan ia juga mengatakan bahwa Kemendikbud siap untuk mendukung implementasi penundaan Ujian Nasional (UN) jika diperlukan. Banyak sekolah-sekolah yang telah meliburkan aktivitas sekolah di sekolah diganti menjadi di rumah. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya diliburkan, melainkan diganti dengan sekolah online dalam jaringan (daring). 

Adanya sekolah online tersebut, maka guru memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk dikerjakan di rumah. Dari adanya kebijakan tersebut, maka mau tidak mau orang tua terutama ibu harus dapat memantau anak-anaknya selama jam pembelajaran di rumah. Terlihat mudah, namun ternyata tidak demikian. 
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan terkait anak-anak yang stres akibat diberi banyak tugas secara online. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menduga banyak guru tidak memahami konsep belajar di rumah. Akibatnya guru memberikan banyak tugas ke siswa. KPAI menyayangkan kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Dinas Pendidikan karena tidak melakukan persiapan terhadap guru dan sekolah ketika ada kebijakan belajar di rumah. (Detik.com, 18/03/20).

Tidak hanya anak-anak yang mengalami stres, namun ibu-ibu yang bertugas memantau anak-anaknya di rumah pun juga demikian. “Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget.” Ujar Mesya seorang wali murid. Mesya stres lantaran anaknya, Satrio, terlalu santai dalam mengerjakan tugas. Sementara gurunya sudah mengumumkan siapa saja yang belum mengumpulkan tugas. (republika.co.id, 17/03/20)

Melihat adanya kasus seperti di atas, maka dapat kita ketahui bahwa dalam masalah ini pemerintah tampak tidak siap khususnya dalam urusan pendidikan. Sistem pendidikan yang menjadi tempat untuk mencetak generasi terbaik peradaban masa depan menunjukkan masih belum sesuai harapan. Namun sayangnya bukan hanya pemerintah saja, melainkan banyak orang tua, khususnya ibu yang gagap dalam membersamai anak-anaknya untuk home learning. Banyak orang tua yang mengeluh karena diminta sang anak mengajari tugas dari guru yang tak ia pahami. Banyak pula orang tua yang tidak memahami pola pembelajaran yang seperti apa yang seharusnya ia terapkan untuk anak-anaknya ketika di rumah.

Peran ibu yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya tampaknya masih belum dipahami oleh kebanyakan orang tua saat ini. Hal tersebut dikarenakan lemahnya fungsi keluarga saat ini dalam urusan pendidikan anak. Orang tua disibukkan dengan berbagai aktivitas di luar dari pagi hingga sore, bahkan malam demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka. Sedangkan anak tidak memperoleh hak nya untuk dididik oleh madrasah utamanya. Padahal mendidik dan menanamkan nilai-nilai untuk membentuk kepribadian Islam yang menjadi kewajibannya yang harus ia pahami dan terapkan kepada anak.

Hal tersebut tentu dorongan dari adanya sistem yang digunakan saat ini, yaitu sistem kapitalis. Dimana sistem ini hanya akan menilai seseorang dari materi saja, tidak melihat pada aturan sang pencipta. Alhasil, peraturan hidup yang mereka gunakan hasil dari pemikiran manusia saja, dan mengabaikan aturan pencipta. Padahal, Islam sebagai agama yang sempurna dan hal ini telah disepakati oleh seluruh kaum muslim tentu sudah mengatur hal yang demikian. Islam membolehkan seorang ibu untuk bekerja dengan syarat tidak meninggalkan kewajiban sebagai seorang istri yang melayani suami dan seorang ibu yang mendidik anak-anaknya. 

Post a Comment

Previous Post Next Post