KESETARAAN GENDER : EKSPLOITASI PEREMPUAN ALA KAPITALIS

Oleh : Ummu Farah 
(Narasumber Kuliah Online WAG MQ Lovers Bekasi)

Membicarakan kesetaraan gender, sudah pasti kita harus membahas tentang cikal bakalnya yaitu Feminisme. Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang memperjuangkan emansipasi atau persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria tanpa adanya diskriminasi. Feminisme lahir di Eropa di masa abad pertengahan. Di masa ini, gereja berperan sebagai sentral kekuatan. Paus sebagai pemimpin gereja menempatkan dirinya sebagai pusat dan sumber kekuasaan. Gereja berusaha mempertahankan hegemoninya sehingga yang ingin menggoyahkan legitimasi gereja dianggap sebagai heresy dan dihadapkan ke Mahkamah Inkuisisi.
   
Nasib perempuan pun tak luput dari kekejian doktrin gereja yang ekstrim dan tidak sesuai dengan kodrat manusia. Seperti konsep Sint Paul tentang perempuan adalah sumber dosa dan merupakan kelas dua di dunia. Bahkan di tahun 1595 seorang profesor dari Wittenberg University melakukan perdebatan serius mengenai apakah perempuan itu manusia atau bukan. Juga St John Chrysostom (345M-407M) seorang bapak Gereja bangsa Yunani berkata wanita adalah setan yang tidak bisa dihindari, suatu kejahatan dan bencana yang abadi dan menarik, sebuah resiko rumah tangga dan ketika beruntungan yang cantik.
Jelaslah, penindasan terhadap perempuan Barat di bawah pemerintahan gereja membuat suara-suara perempuan yang menginginkan kebebasan semakin menggema di mana-mana. Perempuan Barat, menjadi makhluk lemah dan tidak berdaya dilihat dari hampir seluruh aspek kehidupan. Hal itulah yang kemudian mendorong para perempuan Barat bergerak untuk  mendapatkan kembali hak individu dan hak sipil mereka yang terampas selama ratusan tahun.

KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN OLEH KESETARAAN GENDER
Dengan isu kesetaraan gender ini, perempuan akhirnya berbondong-bondong masuk ke dunia kerja, karena dalam sistem kapitalis ini, para penghasil kapital (modal/materi) adalah golongan tertinggi. Selain dapat memenuhi kebutuhannya, dia juga akan mendapatkan tempat terbaik di mata manusia. Sebaliknya, golongan yang tidak berpenghasilan, dianggap orang yang membebani hidup orang lain dan sudah pasti dia tidak mendapat nilai plus dari manusia. Jenjang pendidikan dikejar hanya untuk memperjuangkan nasib di dunia kerja. Pendidikan samasekali tidak dipergunakan untuk menjadi manusia yang selalu berupaya semakin baik di mata Tuhan. Bahkan banyak sekali manusia berpendidikan tinggi yang ternyata mempunyai mental rendah, seperti menjadi penipu, koruptor dll. Hal ini tidak luput juga terjadi kepada perempuan.
Sistem Kapitalis ini mengeksploitasi manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan sistem ini mereka seperti semut yang mengerubuti gula, apabila disangkut-pautkan dengan kapital/uang.

Ada yang terlupa oleh mereka, saat mereka mengejar kapital; yaitu keluarga. Padahal dengan dalih keluarga itulah manusia membantingtulang di luar rumah.
Sudah begitu banyak korban berjatuhan. Banyak sekali pemuda yang tidak berani berkomitmen akibat takut tidak bisa memenuhi kebutuhan materi keluarganya. Juga banyak rumah tangga yang berantakan akibat, pasangan suami istri yang terlalu sibuk di luar rumah tapi mengabaikan kehangatan keluarga. Di Indonesia dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pengadilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, pada tahun 2019 sudah ada 604.997 kasus permohonan perceraian yang telah diterima dari seluruh Indonesia. 
Untuk tingkat dunia, Belgia adalah negara Eropa yang berada di puncak daftar tingkat perceraian. Diketahui bahwa hampir 32 ribu orang Belgia melakukan perceraian setiap tahun. Akibatnya, tingkat perceraian di negara ini telah meningkat tajam hingga 71 persen yang merupakan yang teratas tidak hanya di Eropa tetapi bahkan di seluruh dunia. 
Apabila sudah terjadi ketidakakuran antara suami dan istri, bahkan apabila terjadi perceraian, sudah pasti hal tersebut berpengaruh ke anak. Anak adalah korban pertama akibat kondisi rusaknya rumahtangga. Karena tidak ada kehangatan lagi dalam tubuh keluarga tersebut, anak akan 'berlari' mencari perlidungan dengan melampiaskan ke banyak hal. Ada yang melampiaskan ke hal-hal yang positif seperti menjadi semakin tekun belajar, atau menyalurkan kegemarannya. Tapi banyak sekali anak yang 'gagal' untuk mensikapi positif kondisi keluarganya tersebut. Mereka 'melarikan diri' ke hal-hal yang negatif, seperti narkoba, pergaulan bebas, tawuran bahkan melakukan tindakan kriminal.


ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN
Dalam sistem Kapitalis, perempuan mendapat eksploitasi yang sungguh luar biasa. Sudah jamak terjadi, apabila mereka melamar kerja, perusahaan-perusahaan yang notabene sebagian besar ownernya adalah orang-orang Kapitalis, mensyaratkan si wanita memliki penampilan menarik. Sudah pasti maksudnya adalah si perempuan harus charming, enak dipandang mata. Tapi di mata seorang kapital, penampilan si perempuan haruslah memberi keuntungan bagi perusahaan.
Tidak jauh dengan dunia kerja, di sektor domestik, bisa jadi perempuan juga dieksploitasi keluarganya terutama suaminya. Perempuan adalah sasaran empuk untuk melampiaskan nafsu suaminya, termasuk nafsu amarahnya. Saat ini sekitar 65% perempuan mengalami berbagai bentuk kekerasan rumah tangga. Sebanyak 4 juta perempuan di Jerman setiap tahunnya menjadi korban. Jumlah yang hampir saja juga terjadi di Amerika. Juga tidak sulit hal ini kita jumpai di Indonesia, kasus-kasus kriminal termasuk KDRT yang menimpa perempuan sudah sulit dihitung dengan jari. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
Hal ini tidak pernah akan kita temui dalam ajaran Islam. islam sangat memuliakan wanita. Seperti saat Nabi ditanya oleh seorang sahabatnya:
Wahai Rasulullah! Siapakah yang harus saya perlakukan dengan baik? Rasul menjawab, “Ibumu.” Lelaki tersebut bertanya lagi, ”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bapakmu.” (Shahîh al-Bukhâri, no 5971 dan Muslim, no. 2548)
Nabi SAW mendahulukan menyebut 'IBUMU' sebanyak tiga kali sebelum beliau menyebut 'BAPAKMU', saat ditanya siapa yang harus diperlakukan dengan baik.

Begitu juga perlakuan seorang suami kepada istrinya, disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [An-Nisaa’: 19].
Nabi Muhammad juga berpesan dalam sabdanya:
“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan / kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Allah SWT tidak pernah membebani umatNya tetapi Dia memberi ujianNya kepada umat yang Dia pilih karena kasih sayangnya dan sesuai kadar kemampuan umatNya. Perempuan diberi kadar yang berbeda dengan laki-laki, dengan tujuan untuk saling melengkapi dan memudahkan diri mereka untuk menjadi HambaNya yang ta'at  Islam tidak pernah melarang perempuan untuk berkarir tapi bukan bertujuan untuk mensetarakan dirinya dengan laki-laki; bisa jatuh dalam kubangan dosa apabila perempuan berkarir tapi keutuhan keluarganya dipertaruhkan, karena itu adalah tugas utama seorang ibu dalam rumahtangganya;  sebagai Ibu dan pengatur rumahtangganya.

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97)

Post a Comment

Previous Post Next Post