Janji manis negeri kapitalis

Oleh : Peni Sartika (Muslimah Sumsel)

Sungguh malang nasib rakyat pribumi di negeri kaya raya bak surgawi tapi kebutuhan hidup seolah susah di penuhi akibat penguasa yang mengkapitalisasi kekayaan negeri ini. Hingga yang tersisa sampah-sampah para penjajah yang menyesakkan dada kemiskinan bak tiada akhirnya memenuhi wajah indonesia. The big question ada apa dengan indonesia? Ternyata pengatur negeri muslim hari ini telah salah dalam mengambil hukum dan kebijakan mereka menanggalkan Syariat demi hukum Kufur memilih demokrasi sebagai ideologi negeri ini.
Pandemi corona belum juga pergi pemerintah mengeluarkan kebijakan yang setengah hati untuk menutup kegagalan dalam memberikan perlindungan terhadap rakyat. Rakyat kembali di iming-iming janji manis ala kapitalis padahal hari ini rakyat membutuhkan jaminan kebutuhan hidup mereka terpenuhi.
Di tengah desakan rakyat agar pemerintah menopang ekonomi rakyat di tengah wabah, Jokowi mengeluarkan beberapa kebijakan 1) relaksasi kredit rakyat selama 1 tahun 2) penambahan jumlah tunjangan PKH dan bansos sembako sebesar 50 rb/bulan 3) bantuan selama 3 bulan untuk korban PHK dan penerima kartu Prakerja 4) pengurangan PPH untuk pekerja bergaji besar.
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah akan memberikan insentif senilai Rp3 juta kepada korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor formal di tengah penyebaran virus corona (Covid-19). Syaratnya, karyawan tersebut terdaftar sebagai peserta BP Jamsostek. Kebijakan seperti apa ini? Apakah penguasa telah  tuli dan buta rakyat butuh solusi bukan janji setengah hati.
Sudah kewajiban bagi negara menjamin rakyatnya dari kebutuhan sandang pangan dan papan yang di berikan sesuai porsinya bukan rakyat di biarkan mengatur dirinya sendiri ini sama saja negara telah menelantarkan rakyatnya sendiri. Contohnya di tengah wabah corona pemerintah tetap kokoh tidak mengambil langkah lockdown yang lebih efektif tetapi mengambil kebijakan tambal sulam ala rezim kapitalis yang nilainya bukan solusi tapi pencitraan mengambil keuntungan untuk tetap mempertahankan kekuasaan.
Bagaimana tidak setiap kebijakan yang di keluarkan tidak terlalu mendongkrak ekonomi rakyat apalagi mengatasi dampak wabah secara ekonomi. Benar saja program yang di gadang-gadang dapat menolong ini tentu tidaklah di manfaatkan secara kolektif oleh masyarakat melihat persyaratannya yang berbelit. Sungguh rezim kapitalis telah mengikis rasa kasih sayang yang seharusnya di bangun antara Penguasa dan rakyat tapi ini di bangun atas kepentingan dan untung rugi.
Tentu saja berbeda dengan islam yang dengan tulus dan ikhlas tanpa ada perhitungan memenuhi kebutuhan hidup rakyat dan bertanggung jawab penuh melindungi rakyatnya tidak menelantarkan dan membiarkan rakyat mengatur hidupnya. Seperti yang di contohkan  kekhalifahan Bani Ummayyah Umar bin Abdul Aziz RA dalam catatan sejarah bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rakyatnya. Orang-orang datang kepada beliau membawa harta zakat beliau berkata "Berikanlah untuk parak fakir" "Orang-orang menjawab : Di kalangan umat islam tidak ada lagi orang fakir, beliau berkata : "Gunakanlah untuk membangun pasukkan perang",Orang-orang menjawab : Pasukkan perang islam telah memenuhi dunia, beliau berkata "Gunakanlah untuk membiayai pernikahan para pemuda". Orang-orang menjawab : Siapa saja yang ingin menikah sudah kami nikahkan dan harta masih tersisa, beliau berkata "Gunakanlah untuk membayar hutang orang-orang yang berhutang" Orang-orang menjawab : Sudah kami bayarkan dan harta masih tersisa, beliau berkata "Lihatlah ahli dzimmi dari orang-orang nashrani dan yahudi siapa saja diantara mereka memiliki hutang maka bayarkan hutang-hutang mereka" Orang melaksanakan dan harta masih tersisa, beliau berkata "berikanlah kepada ahli ilmu" Orang-orang melaksanakannya dan harta masih tersisa, maka beliau berkata "Berikanlah gandum dan tebarkan di puncak-puncak gunung hingga tidak di katakan ada burung yang lapar di negeri muslim".Sungguh mengangumkan ketika islam benar-benar di terapkan hukum Al qur'an di tegakkan syariat terrealisasikan dengan sempurna maka keadilan dan kesejahteraan bukan lagi halusinasi sungguh jauh berbeda kesejahteran hari ini telah tenggelam oleh ketamakan penguasa.

Post a Comment

Previous Post Next Post