Ironi di Tengah Pandemi

Oleh: Millah Fatimah

Covid-19, virus eksis yang tengah kita hadapi bersama di berbagai belahan dunia ini memang menyuguhkan banyak cerita. Ceritanya pun sungguh beragam, mulai dari hal-hal tak kasat mata hingga yang benar-benar terlihat secara nyata.

Mirisnya, saat ini kita terlena untuk mengurusi hal-hal tak kasat mata. Misalnya, mempelajari bagaimana virus Covid-19 menyebar, pentingnya mencuci tangan secara tepat, mengisi waktu luang dengan membuat cairan disinfektan di rumah, hingga mempelajari secara mendalam masa inkubasi virus, pun pentingnya social distancing guna menekan angka penyebaran virus.

Banyak ya? Iya. Sebegitu banyaknya, hingga kita pun luput dari fakta yang terlihat secara nyata, yakni rencana pemindahan ibu kota baru yang terus di jalankan pemerintah. Jordi Mahardi selaku Juru bicara Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marves) mengatakan, pemerintah juga terus melakukan komunikasi dengan para calon investor yang berminat investasi pada proyek IKN di Kalimantan Timur (Kaltim). "Tim dari Kemenko Maritim dan Investasi bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan juga terus melakukan komunikasi intens dengan berbagai calon investor dan mitra di joint venture untuk pengembangan ibu kota ini," jelasnya. (Nama sumber media, tanggal)

Di samping perencanaan konsep, pemerintah sedang menyiapkan terbentuknya Badan Otorita Ibu Kota Baru. Presiden Joko Widodo pada bulan lalu menyatakan telah mengantongi empat nama sebagai calon kepala badan. 

Hal ini pun menuai banyak protes dari berbagai pihak. “Kenapa anggaran untuk pindah ibu kota ada, sedangkan untuk penanganan wabah corona harus saweran dari rakyat," ujar Aboe Bakar Al Habsy selaku Ketua DPP PKS. (Media, tanggal)

Hal ini juga membuat spekulasi buruk bagi rakyat. Seolah pemindahan ibu kota dianggap lebih penting dari keselamatan warga. Ia menambahkan, seharusnya penanganan Covid-19 menjadi prioritas utama dibandingkan program lain, termasuk rencana pindah ibu kota. Atas dasar itu, Aboe pun menyarankan rencana pembukaan rekening donasi dibatalkan. Sebab menurutnya, negara masih memiliki APBN yang bisa dialokasikan untuk penanganan wabah Covid-19 tersebut.

Inilah ironi yang terjadi di tengah adanya pandemi. Saat rakyat memperlihatkan kobaran semangat mengerahkan segala kemampuan untuk berjibaku melawan corona, penguasa justru masih sibuk dengan rencana pemindahan ibukota. Sedangkan media sibuk dengan hiruk pikuk memberitakan upaya preventif dan strategis yang dijalankan negara lain untuk menangani pandemi ini. Negeri katulistiwa ini memang hadir dengan segala keunikannya, berjalan sesukanya, bertindak semaunya, berkehendak sekenanya. 

Dari sini kita sebagai masyarakat awam seharusnya membuka mata lebar-lebar. Kita harusnya mulai menyadari bahwa sistem yang diterapkan di negeri ini bukanlah sistem yang baik. Karena sistem ini melahirkan penguasa yang abai terhadap rakyatnya. 

Keselamatan nyawa jutaan rakyatnya tak menjadi prioritas utama. Hal ini terlihat dari krisisnya Alat Pelindung Diri (APD), jumlah kasus positif yang terus meningkat, lambannya dalam pengambilan keputusan, belum lagi sederet problematika lainnya yang tak henti-hentinya bergulir hingga kini. Negara penganut sistem kapitalis, pastilah berhitung untung-rugi dalam setiap kebijakan. 

Ini sangat berbeda dengan negara yang berlandaskan Islam. Dalam Islam, negara sungguh-sungguh dirancang untuk melayani rakyat sepenuhnya. Dalam kasus menghadapi pandemi,  Negara Islam tak akan ragu untuk fokus mengatasi pandemi. Karena ini masalah hidup dan mati umatnya. Tak sekalipun gentar dengan masalah ekonomi karena negara pasti sudah memiliki dana lebih yang memang diperuntukkan untuk rakyat. 

Kok bisa? Karena negara kita kaya-raya baik dari sumber daya alam, industri dan sebagainya. Pemimpin negara Islam adalah pemimpin yang takut kepada Allah. Mereka tahu betul bahwa segala pendapatan negara adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kelak. Maka bukan tidak mungkin bagi negara Islam untuk memiliki dana yang lebih dari cukup. 

Tetapi sayangnya, kita saat ini hidup di negara kapitalis. Segala kekayaan diserap segelintir orang yang semata-mata hanya ingin memuaskan hawa nafsu dunianya. Semoga kita semua dimampukan untuk terus berjuang melakukan perubahan demi perubahan hingga peradaban Islam itu kembali. 

Wallahu a’lam bish-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post