Corona dan Menjaga Kewarasan Ibu



Oleh : Verawati S.Pd
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Pada situasi seperti ini, yakni adanya wabah corona, akhirnya kita menyadari bahwa ada beberapa komponen dalam hidup ini yang begitu berjasa. Di antaranya adalah tenaga medis dan guru. Khususnya guru, barangkali selama ini banyak yang kurang peduli dan mulai berkurang penghormatan terhadap jasa mereka.  Namun, corona mengajari kita bahwa mereka adalah orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita. 

Seperti yang dilansir oleh media Harianhaluan.com, Selasa 24 Maret 2020. Dalam kondisi seperti ini, salah seorang wali murid Hai School di Kota Padang mengaku saatnya kita sadar, proses belajar anak itu tak cukup hanya di sekolah. Orang tua juga harus berperan, sekaligus saatnya penghargaan peran dan pengabdian para guru. "Tugas guru mendidik anak di kelas dari pagi sampai siang/sore hari bukan pekerjaan mudah. Menghadapi anak satu kelas dengan beragam perilakunya, jelas butuh trik dan kesabaran ekstra. Tapi, itulah jati dirinya seorang guru."

Dalam kondisi seperti ini, banyak juga orang tua merasa stres. Banyaknya tugas belajar yang diberikan oleh sekolah dan ketidaksiapan serta ketidakmampuan orang tua mengawasi belajar di rumah. Seperti dilansir oleh Republika.co.id, 18 Maret 2020, "Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget," ujar Mesya, seorang wali murid.

Tentunya selain stres karena harus menjadi guru dan pengawas belajar di rumah, beban orang tua juga bertambah. Biasanya 5-8 jam anak di sekolah, makan, dan bermain di sekolah. Kemudian pindah ke rumah. Kalau anaknya hanya satu mungkin tidak terasa berat. Terbayang kalau anaknya banyak pasti akan terjadi keributan-keributan di dalam rumah. Rebutan gawai, makanan, mainan, dan lain-lain. Belum lagi urusan pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, mengepel, dan lain-lain. Ibu juga harus memikirkan dapur dan barangkali kondisi keuangan lagi berkurang. Pastinya kondisi seperti ini bisa menimbulkan kewarasan ibu tidak terjaga. Bisa menimbulkan kelelahan dan juga stres. 

Memang bukan salah ibu semata, sebab sistem pendidikan dan juga sistem hidup saat ini mendorong ibu untuk keluar (bekerja). Tidak ada pelajaran menjadi istri dan ibu yang baik. Padahal rentang belajar di bangku sekolah cukup lama. Namun sedikit pun tidak ada materi yang membahas hal tersebut. Ditambah sistem hidup saat ini yang kapitalis, mendorong dan memaksa ibu untuk bekerja membantu perekonomian keluarga. Bahkan bekerja hingga keluar negeri, menjadi tenaga kerja wanita (TKW). Sehingga  meninggalkan peran utamanya sebagai ibu dan ummun warabbatul bait (pengatur rumah tangga). Kondisi ini bukanlah kondisi ideal. Sehingga banyak menimbulkan goncangan-goncangan di dalam keluarga dan tak jarang berakhir dengan perceraian. 

Dalam menghadapi kondisi seperti ini, memang bukan hal yang mudah. Bisa jadi kaget karena memang selama ini orang tua mempercayakan seratus persen pembelajaran terhadap sekolah. Orang tua jarang terlibat dalam hal pendidikan apalagi menyiapkan bahan pembelajaran bagi anak. Untuk mengurangi stres tersebut orang tua bisa memulai belajar bagaimana beradaptasi dengan kondisi-kondisi ini. Memulai menyiapkan diri untuk bisa jadi orang tua sekaligus guru. Sebab, sejatinya orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Di tangan orangtuanya lah anak itu dibentuk. Sekolah hanya sarana anak untuk bisa bersosialisasi dan menambah wawasan luar.

Oleh karena itu, masa physical distancing ini bisa dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri pada keluarga. Khususnya ibu, bisa mengembalikan fungsi sejatinya kembali. Mengajak anak-anak untuk lebih dekat dengan mengajak bicara dan juga bekerja bersama-sama. Seperti merapikan rumah dan membuat makanan bersama. Selain itu juga, ibu bisa menanamkan nilai-nilai utama untuk pembentukan kepribadian Islam generasi. Menanamkan akidah bahwa kondisi ini menyadarkan kita bahwa betapa manusia lemah dihadapan Allah dan mengajak keluarga untuk lebih taat kepada-Nya. 

Inilah salah satu hikmah dalam kondisi pysical distancing. Ibu bisa lebih dekat dengan anak dan menyadari fungsi dan perannya yang mulia. Dalam kondisi seperti ini seorang ibu dituntut untuk menjadi ibu yang tangguh. Memiliki daya tahan, ketakwaan, kesabaran, dan juga kreativitas yang tinggi. Sebab, nyaman tidaknya anak di rumah ditentukan oleh orang tua, khususnya ibu. Sebab bukan hanya orang tua yang bosan atau stres, anak pun bisa mengalami hal yang sama. Semoga perjuangan para ibu menjadi amal terbaik dan wabah corona ini segera berakhir serta semuanya bisa menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post