Wabah Menyebar, Rupiah Ambyar

Oleh: Anhy Hamasah Al Mustanir
(Pemerhati Media)

Ditengah masalah wabah yang semakin menyebar seantero negeri ini. Masalah baru pun datang sehingga semakin menambah ruwet pemerintah dalam menyikapinya. Bagaimana tidak, mata uang yang menjadi pendorong stabilitas ekonomi Indonesia semakin anjlok. Hal tersebut karena Anjloknya mata uang rupiah diatas Dollar AS disinyalir karena faktor wabah Covid-19 yang kini sedang melanda Indonesia. Bahkan beberapa kalangan menilai rupiah punya peluang besar memecahkan rekor terburuk sepanjang masa. Level terendah tersebut terjadi pada 17 Juni 1998, yakni ketika rupiah ada di level Rp 16.650 per dolar Amerika Serikat (AS).

Adapun pada penutupan hari ini, Senin (23/3), merujuk Bloomberg, rupiah di pasar spot sudah berada di level Rp 16.575 per dolar AS. Rupiah terkoreksi 3,85% dibandingkan penutupan Jumat (20/3) yang berada di level Rp 15.960 per dolar AS. (Tribunnews.com.(23/03/2020)

Oleh karena itu, jika wabah covid-19 ini belum ditemukan vaksinnya maka hal itu akan lebih mudah membuat Rupiah semakin ambyar dari keadaan yang sekarang ini. Menurut Analis Monex Investindo Futures Faisyal Meskipun ada wacana UU pendanaan darurat dari AS dan sekalipun senat AS meloloskan UU tersebut, hal itu tidak berdampak banyak. Karena yang dibutuhkan saat ini bukan subsidi dalam bentuk uang melainkan vaksin. 

Anjloknya Rupiah karena wabah adalah hal yang biasa terjadi dalam sistem keuangan berbasis uang kertas, hal itu sejalan dengan sistem mata uang Indonesia yang  mengacu pada Dollar AS. Maka tak heran, jika wabah yang terjadi di negeri ini telah dengan mudah melemahkan daya beli masyarakat hal tersebut pun berpengaruh besar pada komoditi ekspor dan impor. Apalagi, dalam kondisi wabah yang belum diketahui kapan akan berakhir.

Oleh sebab itu, negara memiliki peran penting dalam memilih mata uang yang dijadikan sebagai alat transaksi antarnegara. Negara juga harus mempertimbangkan kondisi - kondisi yang bisa melemahkan mata uang yang telah digunakannya. Sehingga, saat krisis ekonomi ataupun wabah menyerang tidak akan berpengaruh terhadap mata uangnya.

Hal itu pun pernah dicontohkan dalam negara Islam. Dimana, pada saat itu negara Islam memilih mata uang dengan berbasis Emas dan Perak. Mata uang ini pun sudah teruji ratusan tahun di dunia moneter Internasional. Dengan menerapkan mata uang emas, pemerintah suatu negara tidak dapat menambah pasokan uang dengan bebas. Uang hanya bertambah ketika bertambah pula cadangan emas negara. Sehingga inflasi yang diakibatkan wabah tidak akan terjadi.

Kestabilan sistem mata uang emas dan perak membuat kelancaran dan kestabilan transaksi perdagangan. Para eksportir tidak akan khawatir nilai ekspor akan terganggu karena adanya wabah.  Sebab, meski mata uang yang beredar di berbagai negara itu berbeda-beda, namun tetap disandarkan pada emas dan perak.

Salah satu keunggulan emas dan perak dibandingkan dengan uang kertas hari ini adalah karena ia memiliki nilai intrinsik. Artinya, emas dan perak bisa diperjual belikan jika tak digunakan sebagai mata uang.

Begitulah, Islam mengatur semua aspek kehidupan bahkan mata uangnya pun sudah diatur secara khusus. Sehingga sistem moneter dalam Islam berbasis emas dan perak. Semua ini akan mungkin diterapkan oleh negara Islam. Sebaliknya, akan sangat mustahil diterapkan pada negara  yang masih berstandarkan pada ekonomi liberal.

Post a Comment

Previous Post Next Post