Perempuan Dan Pendidikan, Pionir Pencetak Generasi

Oleh : Aminah Darminah, S.Pd.I.
(Muslimah Peduli Generasi)

Perempuan adalah pionir mencetak generasi, gelar perempuan sebagai ummu madrosatul al ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya), ungkapan ini cukup masyhur di tengah-tengah kaum muslimin. 

Ibu memiliki peran strategis, untuk mencetak generasi berkwalitas. Watak, karakter dan kepribadian anak dibentuk dari rumah, sebelum dia mengenyam pendidikan formal dan non formal di luar rumah. Karena ibu adalah sekolah yang utama, ibu sejatinya gudang ilmu, serba bisa. Jika ibu belum menjadi gudang ilmu, jangan harap akan lahir generasi istimewa penerus peradaban. 

Kondisi pendidikan perempuan di negeri ini, belum mampu memenuhi harapan, bagaimana tidak jumlah angka putus sekolah begitu besar. Dilansir dari medcom.id, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 94,72 anak menikah dini mengalami putus sekolah. Anak yang melakukan pernikahan dini, menyumbang angka partisipasi pendidikan yang rendah (6/8/2018). Sejalan dengan data yang dimiliki Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), jumlah anak indonesia yang tidak sekolah mencapai 5.686.332 orang. Menurut study yang dilakukan Yayasan Sayang Tunas Cilik (STC), ada berbagai alasan yang mendasari kondisi putus sekolah anak ini, yaitu kemiskinan dan pernikahan dini. (Tempo.Co, 23/7/2019). 

Kemunculan ide kesetaraan gender, tidak menjadikan para perempuan keluar dari kungkungan kebodohan dan ketertindasan. Buktinya negeri ini kaya sumber daya alam, tapi kesempatan para perempuan untuk mengeyam pendidikan berkwalitas, sampai perguruan tinggi, hanya bisa dinikmati segelintir orang yang berduit. Kalaupun ada yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, diarahkan untuk eksis diruang publik, dieksploitasi oleh kapitalisme. 

Ide gender menganggap, perempuan bodoh karena terbebani beban berat sebagai ibu, yang harus hamil, menyusui, mendidik anak dan mengatur rumah tangga. Para perempuan diarahkan untuk keluar dari kodratnya untuk memiliki peran yang sama dengan laki-laki disektor publik. Akibat racun  yang diaruskan pihak barat, melalui ide kesetaraan hender, mendorong para wanita untuk keluar rumah, beraktifitas disektor publik, ide gender menjadikan para perempuan lupa pada tugasnya mempersiapkan generasi. Jadilah anak dibiarkan miskin bimbingan, banyak anak yang kesepian, tidak bahagia sehingga pelampiasannya mengkonsumasi obat terlarang, pergaulan bebas,pelaku jejahatan dsb. 

Dalam Islam, pendidikan adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh negara. Tanpa pandang bulu antara laki-laki dan perempuan, muslim maupun non muslim. Rosululllah Saw, mengabulkan permintaan para perempuan yang meminta hari khusus bagi mereka untuk belajar dari Rosulullah. Aisyah ra dan istri-istri Rosulullah, mengajarkan agama kepada para perempuan. Ash-Shiwa binti Abdullah pernah bertugas sebagai guru yang mengajar wanita-wanita Islam membaca dan menulis ketika Rosulullah masih hidup. 

Pada masa kekhilafahan, telah didirikan sekolah-sekolah khusus perempuan, yang terkenal kemajuan ilmu dan tehnologinya. misalnya madrasah Al-Muntashirah yang didirakan oleh khalifah al-muntasir di kota Baghdad. Pada sekolah ini, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25gram emas). Kehidupan keseharian mereka di jamin oleh oleh negara sepenuhnya. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit dan pemandian. 

Lahirlah para wanita hebat salah satunya ummu Sulaim. Dia adalah ibunda Anas bin Malik. Ummu Sulaim wanita yang cemerlang akalnya, penyabar dan pemberani, lahir dari pengasuhannya sosok agung Anas bin Malik, salah satu dari 7 sahabat yang banyak meriwayatkan hadist. Sosok lainnya adalah, Siti Zubaidah istri khalifah Harun al Rasyid dan juga anak pamannya Harun al Rasyid. Dia seorang wanita yang cerdas, bijaksana, setia dan penyabar, seorang yang dermawan. Dialah wanita arsitek peradaban, mampu membangun proyek penyaluran air dari gunung ke Mekkah. 

Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan hak setiap warga negara, pendidikan yang diterima bukan standar minimal, namun menggunakan standar yang optimal. Buruknya kondisi ummat saat ini, menjadi tanggung jawab bersama, dengan cara. Pertama, membimbing dan membina kaun perempuan, agar memiliki kwalitas sebagai ibu para ulama terdahulu. Sebab Islam telah menempatkan posisi seorang ibu yang sangat tinggi. Fungsi ibu tidak hanya bersifat biologis tetapi juga strategis dan politis. 

Kedua, menghadirkan kembali sistem dan tatanan baru, yang mampu membawa perubahan hakiki, membentuk masa depan yang mensejahterakan semua masyarakatnya, mencampakkan ide-ide gender yang telah meruntuhkan peran ibu, merusak perempuan dan generasi. Sudah saat kita wasapada terhagap ide-ide gender, dan kembali kepada aturan Allah yang akan membebaskan perempuan dari kemunduran dan kebodohan.
Wallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post