Muslim India Diserang Karena Keislamannya



Oleh : Nurhalidah Muhtar

Ketika hidup sudah tergenggam oleh Kapitalisme, maka seperti berada dalam ruangan gelap tanpa cahaya. Manusia menuhankan nafsunya. Mereka hidup tanpa moral laksana binatang ternak. Kemiskinan merajalela. Darah dengan mudah tertumpah. Wacana pembantaian dari berbagai belahan dunia masih kian mengisi pemberitaan di berbagai media. Sungguh naasnya, yang menjadi tokoh yang mengenaskan tiap pembantaian selalu diperankan oleh islam. Seolah tidak ada pemeran yang lain.

Baru baru ini terlansir di REPUBLIKA. co. id. Terjadi Tragedi berdarah di New Delhi, ketegangan sektarian telah meningkat sejak Desember lalu ketika pemerintah Narendra Modi mengamandemen undang-undang kewarganegaraan negara India. Dalam undang-undang itu  dimasukkan kriteria agama untuk pertama kalinya dan memberi umat Hindu dan pengikut agama Asia Selatan lainnya lebih diprioritaskan daripada Muslim (Minggu, 01 Maret 2020).

UU Kewarganegaraan di India menjadi kontroversial karena mengizinkan pemerintah setempat memberi status kewarganegaraan terhadap imigran yang menerima persekusi di negara asalnya seperti Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan.
Akan tetapi, status kewarganegaraan itu hanya diberikan kepada imigran pemeluk agama Hindu, Kristen, dan agama minoritas lainnya selain Islam.

Akibat kontroversi tersebut, konflik meletus di pinggiran New Delhi karena UU itu dianggap mendiskriminasi umat Islam. Tercatat sebanyak 42 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 300 orang terluka parah (REPUBLIKA. co. id. 01/03/2020).

Ditengah menerima kabar yang memilukan dari saudara muslim di New Delhi yang diserang, dirampok dan dibakar propertinya hanya karena mereka beridentitas muslim. Ormas islam dan penguasa muslim masih bersikap basa-basi. Bahkan bungkam dengan konflik yang brutal nan kejam dan perlakuan diskriminasi umat muslim India yang sungguh tidak manusiawi. Baik anak-anak, tua, muda, wanita akan menjadi sasaran pembantaian oleh umat Hindu. Dengan santainya pejabat dinegeri ini meminta agar seluruh tokoh dan umat beragama di Indonesia untuk menahan diri dan tak bersikap emosional menyikapi insiden bentrok antara umat Hindu dan Muslim di India beberapa hari terakhir.

Mereka seolah menganggap nyawa manusia itu seperti nyawa binatang ternak dengan halalnya mereka menyaksikan keregangannya. Sungguh menyedihkan darah kaum muslim tumpah ruah tanpa seorangpun yang menolongnya.

Tak bisa dipungkiri, basa-basi dan kebungkaman para penguasa muslim atas pembantaian ini karena tersekat oleh ide nasionalismenya. Dimana negeri-negeri muslim terpisah atas dasar nasionalisme di lebih dari 50 negara. Maka dari itu ketika terjadi pembantaian disalah satu negeri itu, negeri yang lain tidak akan melibatkan diri sebab pembantaian itu bukan terjadi diwilayahnya serta bukan menjadi urusannya.

Karena itu maka tidak heran kaum muslim menjadi lemah walaupun secara jumlah sangat besar namun tampak tidak berdaya menghadapi Barat. Sehingga dengan begitu mereka menjadi santapan lezat negara-negara imperialis barat.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT dengan jelas  menyampaikan jangankan ribuan jiwa yang tidak berdosa, pembunuh satu orang saja tanpa haq apapun sama dengan membunuh seluruh manusia. Seperti Firman Allah SWT :

"...Barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia...". (Al-Mā'idah : 32)

Ketika yang terbunuh adalah seorang muslim, maka itu adalah peristiwa yang jauh lebih dahsyat di bandingkan dengan kehancuran dunia ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah SWT di bandingkan dengan pembunuhan seorang muslim" (HR.At-Tirmidzi & An-Nasa'i).

Seyogyanya penguasa-penguasa muslim harus merespon dengan tegas terhadap pembantaian yang dilakukan oleh barat terhadap saudara muslimnya, mengingat umat muslim seluruhnya merupakan saudara, dan mereka diibaratkan satu tubuh. Jika tubuh yang lainnya merasakan sakit, maka tubuh lainnya pun juga ikut merasakannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah,
"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh ia menzalimi dan membiarkannya (dalam bahaya), siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

  “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)

Namun sungguh ironis, semua itu kini tak berarti lagi. Hal ini akibat sistem kapitalisme yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan manusia. Dan tergantikan oleh nasionalisme.
Sehingga kaum muslim kian mengalami Duka yang mendalam. Pembantaian diberbagai belahan dunia akan tetap merajalela selama kaum muslim masih sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa ada sedetik waktu untuk memikirkan saudara muslim yang lain. Serta ketika mereka masih kokoh dengan ide nasionalismenya maka pembantaian demi pembantaian yang dilakukan oleh Barat akan terus terjadi.

Maka dari itu untuk menghapus air mata duka kaum muslim, tidak ada jalan lain selain kembali kepada Allah SWT dengan menegakkan kembali hukum islam secara kaffah dalam institusi yang akan menyatukan seluruh kaum muslim dibelahan dunia ini yaitu Daulah Khilafah 'ala Minhaj an-Nubuwwah. Tiada kemuliaan tanpa Islam, tak sempurna Islam tanpa syariah, takkan tegak syariah secara kaffah kecuali dengan menegakkan Daulah Khilafah islamiyah.

Imam Al- Ghazali mengungkapkan pentingnya kekuasaan dan negara. Beliau mengungkapkan :
"Agama dan kekuasaan (ibarat) saudara kembar. Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa pondasi niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscaya lenyap. (Al-Ghazali, Al-Iqtishad fi al-I'tiqad).
Wallahu a’lam bish-showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post