Menjaga Kemurnian Aqidah Dibalik Kabar Hoaks

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Saat Virus Corona atau Covid-19 kian mewabah di Indonesia. Bahkan saat Ini Indonesia tidak hanya memerangi virus corona dengan medis. Mereka juga harus melawan berbagai kabar tidak benar dan rumor absurd yang muncul di media sosial.
Rabu malam, 25/03/20, seluruh masyarakat Indonesia dihebohkan dengan viralnya sosok bayi yang bisa bicara disalah satu daerah di Indonesia tepatnya di Sulawesi Utara.. Sontak jagad maya kemudian dipenuhi dengan berbagai postingan netizen terkait bayi viral tersebut.

Dilansir dari tribunmanado.co.id, 26/03/20, munculnya rumor yang menyebutkan bahwa ada seorang anak yang lahir dan langsung berbicara hingga menjelaskan cara mencegah virus corona. Dalam video yang berdurasi tak sampai satu menit itu pasalnya si bayi mengatakan bahwa  obat pencegah terinfeksi Virus Corona ialah memakan sebutir telur yang direbus. 

Berita tersebut diketahui mulai menyebar pada 25 Maret 2020, di Kabupaten Kepulauan Talaud provinsi Sulawesi Utara. Anak yang baru lahir tersebut diklaim memberikan cara terhindar dari virus corona dengan masak dan makan sebutir telur sebelum Jam 12 Malam atau pukul 00.00 WITA.

Kabar hoax atau sesuatu yang belum benar kebenarannya (bohong) saat ini memang kerap menjadi konsumsi publik. Dari ketidak tahuan masyarakat akhirnya banyak yang termakan dengan berita hoax tersebut. Bahkan tanpa berpikir panjang untuk mencari tahu kebenarnya, apakah berita tersebut benar atau salah.

Dampak dari peredaran berita yang belum diketahui kebenarannya ( bohong) atau hoax di media sosial maupun di lingkungan masyarakat sudah pasti memberikan dampak negatif yang sangat besar. Ujung dari pesan berantai soal telur rebus yang diyakini mampu menangkal virus corona tersebut disinyalir berdampak pada pendangkalan aqidah.

Pada umumnya, pendangkalan aqidah tersebab karena kurangnya keimanan seorang hamba kepada Allah SWT. Masyarakat awam saat ini lebih memilih cara instan dalam menyikapi setiap persoalan. 

Dan harus kita akui pula bahwa semakin tinggi dan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin besar pula pengaruhnya dalam mengubah tatanan aspek – aspek kehidupan masyarakat. Semua dapat bergulir begitu cepatnya, sehingga efeknya langsung dapat kita rasakan. Sehingga aspek negatifnya bisa kita rasakan terjadinya kemerosotan akhlak, etika, dan moral, serta nilai-nilai spiritualitas islam (aqidah). Nilai-nilai luhur kemanusiaan berganti dengan nilai-nilai rendah yang seakan indah dipandang mata, nikmat dan sedap dirasakan. Padahal semua itu adalah sebuah tipu daya yang hampa dari sentuhan spiritual. Jika kita tidak hati-hati dan waspada, maka nilai kemanusiaan tersebut dapat saja semakin merosot ke derajat yang lebih rendah.

Dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya berita yang tidak diketahui kebenaranya (bohong) tersebut maka masyarakat awam yang akan sangat dirugikan. Upaya untuk meminimalkan tentu sangat diharapkan agar  masyarakat kembali sadar dan lebih berhati-hati.

Dalam islam pun tidak dianjurkan yang namanya menyebarkan berita bohong. Berbohong merupakan perbuatan tercela. Pembuatan berita hoaks merupakan sebuah kejahatan yang bisa menyesatkan kesadaran para pembaca atau pendengarnya. Dalam adabud dunya waddin, Imam al-Mawardi (beberapa sumber menisbatkan perkataan ini kepada Hasan ibn Sahal) mengatakan bahwa pembuat berita hoaks diibaratkan perbuatan mencuri akal sehat (penerima pesannya):

وقيل في منثور الحكم: الكذاب لص؛ لأن اللص يسرق مالك، والكذاب يسرق عقلك

Artinya, “Dikatakan dalam Mantsurul Hikam bahwa pendusta adalah ‘pencuri’. Kalau pencuri itu mengambil hartamu, maka pendusta itu mencuri akalmu,” (Lihat Al-Imam Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191).

Disisi lain masyarakat terkhususnya bagi kaum muslim harus lebih memperhatikan keselamatan aqidahnya. Sebab aqidah merupakan landasan pokok yang harus diyakini 100% kebenarannya. Ketika seorang hamba memiliki aqidah yang benar dan lurus maka ia tidak akan mudah terjebak oleh orang-orang fasik yang menyampaikan kabar bohong. Ia akan memilih bertabayyun, memilah-milih mana yang benar dan mana yang salah.

Lantas bagaiman seorang muslim harus menjaga keimanannya agar tidak mudah goyah?
Yaitu dengan memahami proses penciptaan manusia, kehidupan dan alam semesta. Bahwa semua itu ada karena adanya Allah SWT sebagai Sang Pencitpa. Ketika seorang hamba mampu memahami proses penciptaan tersebut maka ia pun akan mampu menjaga kemurnian aqidahnya dengan terikat kepada syariat islam. Dengan begitu seorang hamba tidak akan mudah mengikuti budaya barat maupun segala bentuk kesyirikan.

Allah ta’ala juga berfirman,
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post