Kuala Dangkal: Ekonomi Masyarakat Nelayan Tradisional Semakin Terhimpit, ini Harapan Mereka Kepada Pemerintah


Tek foto: salah satu nelayan terpaksa mendorong kapal ikan keluar zona dangkal

Aceh Timur-nusantaranews, ditengah merebaknya Virus Covid 19 di Indonesia saat ini masyarakat pesisir pantai prihatin akan pertumbuhan ekonomi yang semakin hari semakin lamban, akibat dari dampaknya Virus Corona, dimulai dari semalam anak anak sekolah sudah diliburkan oleh pemerintah Aceh Timur hingga dua Minggu, dalam menekan penyebaran virus tersebut hari ini Selasa 17 Maret 2020.
kendala yang kedua dimana Kuala Dangkal Menjadi Aral yang melintang bagi para masyarakat pesisir (nelayan) yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan mereka,Kapal-Kapal berbobot  5 Gt milik Masyarakat Nelayan Kecil tidak dapat memanfaatkan Kuala Peudawa Puntong sebagai salah satu sarana lintas laut, sebagai akses utama guna mereka untuk mencari nafkah bagi sebagian warga masyarakat ditempat tersebut.

kendala dara para Nelayan kecil ini dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami adanya perubahan ke arah yang lebih maju, malah dari para nelayan tersebut  rata-rata telah jatuh miskin, hal ini dibuktikan dengan  Jaring-jaring mereka  atau alat tangkap ikan yang pernah hilang,  termasuk  rumpon-rumpon ikan yang mereka buat sebelumnya secara ala tradisional dan terbuat dari daun daunan kelapa dan sebagainya,juga  telah ikut  hilang, akibat  ditarik oleh Kapal-kapal Traw Pukat Harimau, belum lagi permasalahan yang lain, satu diantaranya adalah kuala yang dangkal  lengkap sudah penderitaan mereka, (sumber Nelayan Kwl PP)

Pada kesempatan yang sama  Salah Satu Anggota KPA Aceh Timur dan juga Wakil Panglima Sagoe 05 Idi Kuta Abdul Hadi alias (Pawang Jamok)juga ikut prihatin melihat nasib para nelayan ini,lebih jauh ia mengatakan Bahwa kapal-kapal nelayan  tradisional yang kecil, semua ini tidak bisa bersandar didermaga Nusantara Idi karena disana khusus kapal-kapal yang berukuran besar, selanjutnya rumpon-rumpon  untuk Ikan milik nelayan yang terbuat dari daun kelapa  dan terpasang dilaut sebelumnya  telah hilang, termasuk Jaring Ikan atau alat tangkap milik para nelayan.

Pawang Jamok menambahkan bahwa inilah persoalan yang dialami oleh para nelayan disini cukup komplit sekali, termasuk  kedangkalan Kuala juga sebutnya.

Pawang Jamok juga berharap kepada Pemerintah baik dari Kabupaten maupun  provinsi, kiranya dapat memberikan solusi, kepada nelayan kecil disini, dimana sekitar 1.500 Kepala Keluarga  yang berasal Kuala Peudawa Puntong, Seuneubok Rambong, Matang Rayeuk, Matang Bungong termasuk juga Titi Baro, selalu mengharap rejeki dari hasil tangkapan dilaut melalui kuala ini sebutnya.

Salah satu Masyarakat  Nelayan Nurdin ikut serta memberikan ulasannya, terkait kesulitan nelayan diantaranya adalah Sarana alat tangkap ikan,  Rumpon ikan, dan kedangkalan Kuala, itu semua menjadi satu permasalahan, jadi kami berharap kepada pemerintah Aceh Timur dapat memberikan solusi kepada kami masyarakat pesisir demikian harapannya.(*)

Post a Comment

Previous Post Next Post