Bapak Ojol Juga Ingin Lockdown

Oleh : Ummu Yaya

Hari itu, dengan sangat terpaksa,saya harus keluar rumah, disaat kebijakan social distancing berlaku.

Saya harus ke ATM dan supermarket yang jaraknya sekitar lima kilometer dari rumah saya, untuk berbelanja kebutuhan sembako yang sudah menipis dan warung tetanggapun sudah kehabisan stok.

Setelah mempersiapkan diri dengan memakai masker. Saya lalu, membuka aplikasi ojek online langganan saya.

Tak lama kemudian pesan muncul, pengemudi sudah dekat. Selang beberapa menit kemudian,  datanglah ojek online langganan saya.

Setelah  terlebih dahulu menawarkan helm, maka jalanlah kami. Diperjalanan hati saya tergelitik, bertanya.

"bapak, masih ngojek. Gak takut virus corona ??". Tanyaku.

"ya, pasti takutlah bu... Kami juga takut virus, tapi mau baaimana lagi ? Kalau saya gak ngojek, siapa yang ngasih makan anak istri di rumah ??"
Kata bapak ojek.

"bapak tau gak, istilah lockdown? " Tanyaku lagi, sudah kayak wartawan.
"lockdown, bukannya yang gak boleh kemana-mana ya bu?".

Jawab si bapak sambil bertanya.
"iya pak, bapak setuju gak ? Kalau pemerintah berlakukan lockdown?"
Tanyaku kembali.

" tidak bu, saya tidak setuju. Kalo lockdown dan saya harus tinggal di rumah siapa yang ngasih makan anak istri saya ??"
Jawab si bapak.

"bapak tau gak, kalau pemerintah memberlakukan kebijakan locckdown, maka semua kebutuhan hidup bapak dan keluarga ditanggung negara "
Jelasku.

" serius bu ??"
Tanya si bapak dengan  suara sedikit kencang, saking tak percaya.

"iya pak, dan itu ada dalam Undang-Undang "
Jelasku lagi.

"wah, kalo bgitu, gak apa apa dah, lockdown kami para ojol pasti mau, asal beneran hidup kami selama masa lockdown ditanggung negara ".

Pungkas si bapak, tepat di depan supermarket tujuanku.

"makasih ya pak. Bapak hati-hati, selalu lindungi diri ".

Pesanku kepada si bapak menutup obrolan, yang usia kuperkirakan sudah diatas 50 tahun.

Memasuki supermarket, pikiranku masih kepada bapak ojol tadi.

Dapat kubayangkan, bagaimana ia berjuang hidup demi keluarga di rumah. Tak peduli virus dimana -mana, walau  sebenarnya ia pun takut akan virus itu. ia pun ingin seperti orang-orang  lain yang bisa bekerja di rumah.
Namun itu tak mungkin baginya.

Disaat ini, seharusnya si bapak ojol  dan mereka yang masih mengais rezeki di jalan, sudah berada dalam rumah, merasakan berkumpul dengan anak istri di rumah tanpa harus bingung memikirkan  makan apa esok hari, karena ada negara yang melayani mereka dan mecukupi kebutuhan mereka selama mereka berdiam di rumah.

Mereka mau, mereka menginginkan itu, namun rasanya itu seperti mimpi disiang bolong.

Sistem ekonomi kapitalis telah menggerus hak-hak mereka. Hingga memaksa mereka untuk tetap berada dijalan sambil menentang maut.

Betul-betul semua seperti mimpi di siang bolong.

Wallahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post