Toleransi Dalam Islam Tak Perlu Terowongan

Oleh : Dwi Sarni 
(Aktivis Muslimah Jakarta Utara)

Rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral disambut baik para kedua agama, yakni Islam dan Kristen. Nantinya, terowongan tersebut diproyeksi bakal menjadi ikon toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, ikon toleransi di Indonesia memang diperlukan. Dia menyebut, rencana pembangunan terowongan yang dinamai Terowongan Silaturrahim ini akan masuk dalam tahap kajian detail.

“Terowongan itu nanti bisa jadi ikon toleransi di Indonesia,” kata Abu saat dihubungi Republika, Jumat (7/2).

Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah menyepakati proyek renovasi Masjid Istiqlal. Di dalamnya dimasukkan rencana pembangunan Terowongan Silaturrahim yang menghubungkan dua tempat ibadah dari agama yang berbeda.

Pelaksanaan renovasi Masjid Istiqlal memang telah dimulai sejak 6 Mei 2019 lalu, namun untuk pembangunan proyek Terowongan Silaturrahim masih dalam tahap kajian. Abu menjelaskan, saat ini pihak Masjid Istiqlal sangat mendukung pernyataan Presiden Jokowi dan bakal menindaklanjutinya dengan menggandeng elemen-elemen berbeda.

Adapun tekhnis pembangunan proyek terowongan tersebut dinilai bakal mempertimbangkan sejumlah aspek. Antara lain kontur tanah, kesiapan saluran air, dan teknis pembangunan lainnya. Kesiapan tersebut dibutuhkan agar pembangunan nantinya dapat menjadikan ikon toleransi yang dapat berlangsung secara terus-menerus.

Sedangkan untuk pendanaan, pihaknya mengaku belum mengetahui lebih jauh sumber dana yang akan digunakan. Namun besar kemungkinan sumber dana tersebut berasal dari kas negara sebagaimana proyek pembangunan Masjid Istiqlal yang juga menggunakan dana tersebut.

Apakah benar dengan pembangunan terowongan silaturahmi ini akan menyelesaikan masalah toleransi di negeri ini? 

Toleransi antar umat beragama selalu menjadi isu yang sensitif. Pasalnya di Indonesia pemeluk agama Islam paling banyak sering dicap intoleran kepada umat agama lain. 

Khususnya dalam momentum hari besar agama lain seperti Natal. Sejak dulu hingga kini umat Islam dikatakan tidak toleransi karena terlalu menjunjung fanatisme. Kedua agama ini selalu dibenturkan, dan setiap tahun dengan polemik yang sama yaitu boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Padahal dalam Islam mengucapkan selamat natal itu sudah masuk ke ranah aqidah yang haram apabila dilakukan, tetapi dalam makna toleransi ala negeri sekuler saat ini menjadi masalah yang dibesar-besarkan dan dianggap intoleran.

Melihat makna toleransi itu sendiri secara bahasa toleransi berasal dari bahasa latin “tolerare”, toleransi berarti sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. (www.wikipedia.com).

Jika permasalahan negeri ini adalah toleransi, maka tidak ada yang dapat disalahkan selain daripada sistem yang diterapkan dan rezim yang berkuasa. Sistem sekuler kapitalis yang diterapkan di tengah-tengah umat saat ini senantiasa merusak aqidah umat. Menggerus pemahaman umat dengan paham yang batil, yakni pluralisme. Paham yang menganggap semua agama adalah sama, tidak ada agama yang paling benar melainkan sama-sama baik dan benar. Pluralisme ini jelas bentuk pendangkalan akidah yang sangat membahayakan karena bisa menyesatkan  umat muslim dengan mencampurkan adukan antara yang Haq dan batil. 

Namun sayangnya pemahaman itu justru tumbuh subur dalam negeri sekuler kapitalis karena senantiasa dipupuk dan dirawat oleh rezim yang berkuasa. Hampir setiap tahun menjelang 25 Desember umat Islam dan umat Kristen disulut dengan isu sensitif, tetapi rezim seolah membiarkan perpecahan itu terjadi, alih-alih melarang dengan tegas justru rezim diam seribu bahasa dan mencontohkan hal gila yang bertentangan dengan aqidah. 

Dan saat ini pun umat kembali disulut dengan pembangunan terowongan diantara 2 tempat ibadah sebagai ikon toleransi, justru ini membuktikan kepada umat bahwa rezim ini main-main. Bila kita cermati justru pembangunan terowongan antara masjid Istiqlal dan gereja katedral ini merupakan wujud keberpihakan pemerintah secara nyata terhadap liberalisasi agama dan pluralisme. Kita harus waspada setelah ini akan banyak kebijakan yang mengarah pada pluralisme.

TOLERANSI DALAM ISLAM
Kerukunan antar umat beragama dalam Islam bukan berarti mencampuradukkan ajaran Islam dengan selainnya. “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” Itulah makna toleransi dalam Islam. Sesuai batasan syariat serta sesuai kadar yang ditetapkan syariat.

Rasulullah Saw adalah contoh keteladanan dalam bertoleransi. Salah Islam di Madinah contoh nyata potret indah kerukunan antar umat beragama diterapkan. Madinah adalah kota heterogen, penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama. Umat muslim, Yahudi, Nasrani bahkan musyrik hidup berdampingan.

Dalam hukum Islam, warga negara Daulah Islam yang non-muslim disebut sebagai dzimmi. Negara wajib melindungi dan menjaga kehormatan, keyakinan, kebutuhan mereka. Tidak boleh ada diskriminasi antara Muslim dan dzimmi. Negara tidak membedakan hak mereka sebagai warga negara.

Rasulullah Saw telah menerangkan kedudukan dzimmi dalam sabdanya :
“Barang siapa membunuh seorang mu'ahid tanpa alasan yang hak, maka ia tidak akan mencium wangi surga, bahkan dari jarak empat puluh tahun perjalanan”
(HR. Ahmad )

Mu'ahid adalah kafir yang mendapatkan jaminan keamanan.
Keindahan berkehidupan yang rukun yang telah Rasulullah Saw contohkan dapat terwujud hanya jika aturan dan sistem bernegara mengikuti ajaran Nabi, yaitu sistem Islam dalam bingkai khilafah.
Wallahu alam bisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post