Komunisme Dan Kapitalisme Musuh Terbesar Pancasila?



Goresan Pena Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)

PKI dengan ideologi komunisnya telah dilarang di Indonesia. Hal ini sesuai dengan   Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966
yang mengikat ke dalam dan luar Majelis.

Ketetapan ini berlaku bagi semua wilayah NKRI. Dilihat dari rekam jejak sejarahnya, ideologi komunis memang tak sejalan dengan Pancasila dan Agama (baca: Islam) di Indonesia. Bagi penganut Komunisme, agama adalah candu yang melenakan manusia.

Agama bagi mereka adalah musuh terbesar. Mereka pun menghalalkan berbagai macam cara untuk membantai Kaum Muslimin.

Padahal Islam tak pernah punya masalah dengan Komunisme. Islam tak pernah menganjurkan penggunaan kekerasan tetapi malah mengajak mereka untuk memeluk aqidah Islam.

Islam di Asia Kecil malah berhasil mengusir pengaruh Komunisme dan penjajahan Uni Soviet. Karena Islam agama yang menghendaki keharmonisan antar manusia. Tidak seperti Partai Komunis yang melakukan gerakan anarkis demi mendapatkan kekuasaan.

Pemberontakan PKI di Madiun dan G30S PKI merupakan tindakan yang sangat anti Pancasila. Begitu juga dengan pembantaian para Ulama dan Santri oleh PKI bertentangan dengan sila-sila Pancasila (sila pertama hingga ke lima). Kejadian-kejadian ini meninggalkan luka dalam dan perih bagi rakyat Indonesia.

Berbeda dengan komunisme, Kapitalisme malah tumbuh subur di Indonesia. Kapitalisme di era modern ini menggunakan cara-cara yang soft bukan dengan cara hard ala komunis. Para kapitalis belajar bahwa untuk menguasai Indonesia  diperlukan cara-cara yang elegan.

Para Kapitalis menguasai UU dan membayar (baca: menyuap) banyak politisi untuk menyerahkan kekayaan alam Indonesia. Biaya kampanye  politisi tertentu yang teramat tinggi hanya bisa didapatkan dari para Kapitalis besar.

Terbukti Kapitalisme sangat berlawanan dengan Pancasila. Tindakan Kapitalis itu diduga mengancam eksistensi Pancasila. Misalnya tindakan Kapitalis merampok SDA Indonesia bertentangan dengan sila ke lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Usaha Kapitalis untuk merebut Natuna dan Papua, menjerat Indonesia ke dalam utang luar negeri Rp.5.600 T (1 kepala menanggung Rp.13 juta utang) dan menyuburkan korupsi  bertentangan dengan Sila Ketiga, Persatuan Indonesia.

Maka sudah patut negeri ini untuk mengeluarkan Tap MPR pelarangan ideologi Kapitalisme di Indonesia. Kapitalisme lewat para kapitalis telah menjadi "lintah darat" yang menghisap kekayaan alam Indonesia. Lintah nya gemuk namun orangnya kekurangan darah (baca: kehabisan SDA).

Islam bukanlah musuh bagi siapapun di negeri ini. Islam datang untuk menyelamatkan manusia dari ideologi-ideologi sesat seperti Komunisme dan Kapitalisme. Agama ini telah bertahan berabad-abad di negeri ini sebagai semangat untuk melawan penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang.

Islam pula yang memberikan semangat anti komunisme. Islam adalah solusi bagi Indonesia yang sekarang semakin sekarat.

Islam telah melarang negara untuk menyerahkan SDA kepada para Kapitalis Asing, Aseng dan Asong. Rasulullah SAW bersabda,
"Al--muslimûna syurakâ`un fî tsalâtsin: fî al-kalâ`i wa al-mâ`i wa an-nâri”

Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Hadis inilah yang menjadi landasan politis dan ideologis bagi negara yang menerapkan Sistem Islam untuk mengambil alih SDA dari tangan kapitalis. Negara akan memanfaatkan SDA dengan maksimal untuk memakmurkan rakyat Indonesia sehingga tidak ada orang miskin.

Islam akan membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi rakyatnya.

Islam akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Agama ini akan menjadi terdepan dalam membela negeri dari ancaman luar negeri, mengadili  para koruptor dan mendistribusikan kekayaan di tengah-tengah umat. Karena ini lah Umat akan menyadari bahwa Islam bukan sekedar agama ritual tetapi merupakan way of life atau ideology solution (solusi ideologis) bagi setiap manusia. []

Bumi Allah SWT, 16 Februari 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post