Impor Bawang Putih, Perlukah?



Oleh : Aisyahtini Lubna Naimah
Member Akademi Menulis Kreatif, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Surabaya

Di Indonesia, bawang putih memang terbilang langka. Faktor geografis membuat sayuran berwarna putih itu sedikit sulit diproduksi di seluruh Indonesia. Tercatat, dalam rentang waktu 2013-2017 hanya NTB, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang menduduki kasta teratas dalam urusan produksi bawang putih. Walaupun demikian produksi yang dihasilkan sangat jauh dari harapan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2017 produksi bawang putih Indonesia sebanyak 19.150 ton dari lahan seluas 2148 Ha. Itu pun mengalami penurunan sebesar 7,75% dari 2016 yang menghasilkan 21.150 ton. Jelas, sangat kewalahan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang mencapai 400 ribuan ton/tahun. Ya, hanya memenuhi 1/30 nya saja dari total konsumsi. Padahal pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan swasembada bawang putih pada tahun 2021. (Suara.com, Kamis, 10 Oktober 2019)

Dilansir oleh Okezone.com, Minggu, 16/2/2020, awal pekan ini komoditas pangan bawang putih menjadi sorotan. Pasalnya, harganya sempat mengalami lonjakan hingga Rp14.150,00 sehingga bawang putih pada Senin (10/2/2020) dibandrol dengan harga Rp70.108,00 per kilogramnya. Hal ini tentu ditanggapi serius oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, karena bawang putih adalah salah satu kebutuhan pangan terpenting bagi masyarakat Indonesia. Penyebab kenaikan harga bawang putih ini diketahui masih disebabkan oleh virus mematikan corona dan proses distribusi yang terhambat.

Publik pun digemparkan dengan virus yang berkembang dengan pesat di akhir tahun ini. Virus corona yang sempat menghebohkan dunia ini menyebabkan hilangnya nyawa. Di sisi lain disebutkan bahwa virus ini bisa disembuhkan dengan salah satunya bawang putih. Ini menyebabkan harga bawang putih naik, sehingga permintaan pasar tinggi. Di sini ada upaya untuk menaikkan harga bahkan impor untuk mencukupi kebutuhan akan bawang putih. Sedangkan rakyat yang menggunakan bawang putih ini hampir semua. Dari kalangan ibu rumah tangga bahkan pedagang kaki lima. Jika harga selangit untuk memberi bumbu. Apakah bisa roda ekonomi bergerak? Sedangkan ekonomi hari ini yang diajukan adalah pemilik modal atau yang berkuasa. Yakni kapitalisme. Yang mampu menggerakkan produksi, distribusi bahkan pengendalian pangan ini adalah sistem. Yakni negara melalui beberapa menteri perdagangan yang berkutat di dalamnya. Permasalahan ini kian melebar jika tak segera diselesaikan. Akan banyak rakyat yang dirugikan bahkan tertindas.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Karena Islam mempunyai aturan yang kompleks. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Dan untuk permasalahan negara pun Islam mempunyai solusi. Karena sesungguhnya tidak boleh aturan agama itu dipisahkan dari kehidupan. Seperti dalam tatanan negara. Ini hanya sedikit fakta dari beribu kenyataan tentang kesejahteraan kehidupan insan di bawah naungan kegagalan kapitalisme. Semoga umat semakin memahami bila sistem demokrasi kapitalis sekuler yang menopang negara korporasi ini tak akan mampu menghentikan keserakahan rezim dan pengusaha yang menyokongnya demi menghisap hak dan milik rakyat. Hanya sistem Islam yang berasal dari Allah yang hanya bisa mencapai realisasi paripurna dalam Khilafah Islamiyyah sajalah yang menjadi jawaban dari solusi satu-satunya atas karut marut ini. Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post