The Power of Belief, Muhammad al-Fatih

Oleh: Mahdiah S. Pd

Persis di bulan ini, Jumadil Ula, tahun 857 Hijriah. Imperium Romawi Timur (Byzantium) resmi ditaklukan oleh pasukan kaum muslimin. Dipimpin oleh sebaik-baik panglima perang dan sebaik-baik pasukan. Sesuai dengan bisyarah Rasulullah SAW yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru kepada para sahabat :

"Kalian pasti akan membebaskan konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya." (HR Ahmad)

Bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang Allah SWT turunkan kepada hamba-Nya, baik melalui al-Qur'an ataupun melalui ucapan Rasulullah SAW. Bisyarah adalah perlambang janji Allah dan menjadi penyemangat kaum Muslim selama berabad-abad lamanya. Ia laksana cahaya bintang yang menerangi gelapnya malam. Menjadi harapan di tengah-tengah keputusasaan, menjadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi sumber energi yang tidak akan pernah habis sampai kapan pun. Melalui bisyarah inilah seorang anak muda berhasil merubah putaran roda sejarah berada dalam masa keemasan Islam.

*Estafet Menyambut Bisyarah*
Bisyarah Rasulullah di sambut oleh para sahabat dengan penuh keyakinan. Bagi para sahabat, bisyarah Rasulullah SAW adalah kenyataan yang pasti. Bahkan lebih pasti dari kenyataan yang sering terlihat di depan mata. Keyakinan ini pula yang menggerakkan mereka melakukan upaya-upaya yang tidak biasa.

Sejak bisyarah tersebut keluar dari lisan Rasulullah SAW, estafet ekspedisi penaklukkan pun dimulai. Tercatat bahwa Abu Ayyub al-Anshari (44 H/674) merupakan orang pertama yang berusaha merealisasikan janji Allah tersebut. Kemudian Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H/717), Khalifah Harun al-Rasyid (190 H/802), Sultan Beyazid I (796 H/1395) dan Sultan Murad II (824 H/1422), namun karena satu dan lain hal, Allah belum mengizinkan konstantinopel takluk di tangan mereka.

*Upaya Muhammad al-Fatih dalam Merealisasikan Bisyarah*
Sejak kecil Muhammad al-Fatih telah dilatih untuk memiliki mental seorang penakluk. Ia dididik oleh ulama-ulama besar pada zamannya. Ulama-ulama tersebut membekali al-Fatih dengan kisah para penakluk, kisah syahid dan mulianya para mujahid, dan selalu mengingatkan akan bisyarah Rasulullah SAW. 

Muhammad al-Fatih menyadari betul bahwa visi terbesarnya adalah mewujudkan bisyarah Rasulullah serta janji Allah SWT. Ia jaga betul kedekatannya dengan penguasa langit dan bumi. Tak pernah sekalipun meninggalkan shalat rawatib dan tahajjudnya.

Ia pun sadar untuk merealisasikan mimpinya menaklukkan konstantinopel, butuh perencanaan yang baik dan orang-orang yang bisa diandalkan. Oleh sebab itu, al-Fatih membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Janissaries. Pasukan ini dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala  yang dibutuhkan tentara. pelatihan dilaksanakan sejak dini dan khusus dipersiapkan untuk penaklukkan konstantinopel.

Tentu saja al-Fatih juga telah memahami geopolitik dan menyelidiki konstantinopel. Urat nadi utama konstantinopel, Selat Bosphorus diputus oleh al-Fatih. Ia membangun benteng Rumeli Hisari sebagai benteng pertahanan, terletak tepat berhadapan dengan Anadolu hisari.

al-Fatih juga bekerjasama dengan Orban, ahli senjata dari Hungaria. Kemudian membuat meriam raksasa dengan panjang 8,2 meter dan diameter sekitar 760 cm, dengan berat 18,2 ton. Meriam tersebut dibuat khusus untuk menghadapi tembok konstantinopel (barat). Di jalur  laut (selatan), al-Fatih mempersiapkan 400 kapal perang melalui laut Marmara. Konstantinopel diserang dari berbagai penjuru namun kota tersebut memiliki pertahanan terbaik, yang membuatnya tidak mudah untuk dihancurkan.

Pekan demi pekan berlalu tanpa ada secercah harapan kemenangan bagi kaum muslim. Banyak yang syahid dari pihak Muslim dan menjadi pukulan berat bagi al-Fatih serta pasukannya. Kaum Muslim hampir menyerah namun kembali disemangati oleh Syaikh Aaq Syamsuddin. Berkat itulah semangat pasukan kembali berkobar. 

Pada 20 April 1453, setelah melakukan rapat, al-Fatih dan para pasukannya melakukan suatu cara yang mencengangkan, tidak terbayangkan kecuali oleh orang yang beriman. Pasukan kaum Muslim berhasil memindahkan 70 kapal dalam waktu semalam dari Selat Bosphorus menuju Selat tanduk. Kisah heroik tersebut diceritakan oleh salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium yang mengatakan:

"Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Alexander The Great."

Begitulah upaya yang tidak biasa, yang ditempuh oleh al-Fatih. Kekuatan keyakinan akan bisyarah Rasulullah serta janji Allah SWT menjadikan al-Fatih dan pasukannya istimewa. Memercayai janji Allah ditengah kesulitan adalah perkara sulit. Hanya orang-orang pilihan yang akan selalu dapat melihat kemenangan dibalik kesulitan. Oleh karena itu, pastikan kita termasuk orang-orang pilihan itu, karena kita istimewa. 

Wallahu a'lam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post