Sistem Sekuler Kapitalis Suburkan Masyarakat Stres

Penulis : Arista Indriani 
(Praktisi Pendidikan)

Di tengah frustrasi sosial dan ekonomi masyarakat muncul beberapa kelompok kerajaan dan organisasi yang menggegerkan masyarakat. Mulai dari gafatar (gerakan fajar nusantara) yang sempat heboh dengan ramai pengikutnya meninggalkan kampung dan eksodus ke kalimantan. Selain itu, pengikutnya diwajibkan mengucapkan syahadat dengan mengakui Ahmad Musaddeq sebagai nabi menurut versi Millah Abraham. Jadi mereka membuat syahadat sendiri. Organisasi Gafatar resmi dibubarkan pada 13 Agustus 2015 melalui kongres luar biasa. Saat dibubarkan anggota Gafatar mencapai 50.000 orang. Bukan angka yang sedikit ya…

Selanjutnya Kerajaan Ubur-Ubur, yang muncul di Kota Serang, Banten pada 2018 lalu. Kerajaan ini didirikan oleh sepasang suami istri berinisial AS dan RC. Pasangan tersebut mengaku mendapat wangsit untuk mendirikan kerajaan dan membuka kunci kekayaan dunia. Kelompok itu memercayai nabi perempuan. Sang istri AS mengaku dirinya adalah ratu kidul.

Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan oleh keberadaan Keraton Agung Sejagat di Purworejo. Dua orang mengaku sebagai raja dan ratu. Yaitu Toto Santoso yang menyebut diri Sinuhun dan ratunya, Fanni Aminadia. Hingga saat ini diketahui jumlah pengikut KAS mencapai 450.000 orang. Para pengikut diiming-imingi jabatan 'menteri' namun harus menyetor iuran dalam jumlah beragam, hingga ratusan juta rupiah. Polisi menangkap Toto dan Fanni. Keduanya dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan Pasal 14 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana.

Dan yang terbaru muncul juga Sunda Empire-Empire Earth dan Kesultanan Selaco atau Selacau Tunggul Rahayu di Desa Cibungur, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya. Sebenarnya masih banyak yang lainnya.

Mengutip pernyataan Sosiolog dari Universitas Padjajaran (Unpad) menilai kemunculan Keraton Agung Sejagat dan fenomena sejenis tak lepas dari mitologi ramalan Jayabaya pada masyarakat Jawa yaitu akan datangnya ratu adil atau sang penyelamat. Menurut dia, Keraton Agung Sejagat memanfaatkan situasi di mana terdapat krisis sosial dan spiritualitas, semacam perbedaan antara yang seharusnya terjadi (kemakmuran dan ketenteraman) dengan realitas yang terjadi.
 Jadi fenomena ini berangkat dari kisah peristiwa Ratu Adil. Bukan fenomena baru sebenarnya, bahkan di dunia ada gerakan milenarianisme, yang muncul setiap waktu tertentu. Gerakan ini menawarkan jalan keluar bagi kebuntuan zaman
Ari Ganjar Herdiansah--juga sosiolog Unpad menuturkan, kehadiran Keraton Agung Sejagat dipandang sebagai fenomena di mana masyarakat mencari alternatif di tengah ketidakpastian hidup.
"Fenomena sebagai masyarakat merasa bahwa dunia modern tidak memenuhi ekspektasi mereka sehingga mereka membuat suatu pola kehidupan alternatif. Dengan adanya kerajaan baru itu sebagai sebuah solusi," tuturnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan kepolisian tengah menelusuri keberadaan kelompok Sunda Empire-Earth Empire (SE-EE) yang hangat diperbincangkan di media sosial. Kata Ridwan, kemunculan Sunda Empire juga menunjukkan banyak orang stres saat ini. “Ini banyak orang stres di republik ini, menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah ini. Dan, ternyata ada orang yang percaya juga menjadi pengikutnya," ucapnya.

Senada dengan gubernur jabar, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Bahtiar menyebut kerajaan-kerajaan baru, seperti Keraton Agung Sejagat (KAS) dan Sunda Empire dikelola oleh orang yang tidak waras. (CNNIndonesia/17/01/2020)

Ada kesamaan di antara entah itu kerajaan, keratin, kesultanan ataupun empire yaitu ada ketidakpuasan akan kondisi yang terjadi. Kehidupan semakin susah, harga pemenuhan kebutuhan semakin mahal, biaya hidup mahal, lapangan kerja yang tersedia semakin sempit. Belum lagi adanya pekerja asing yang seolah dieksoduskan ke negeri. Pelayanan bagi masyarakat yang seharusnya kewajiban negara pelan tapi pasti mulai dikurangi. Apa yang disebut dengan subsidi mulai dicabut, padahal itu adalah hak rakyat, hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas, korupsi yang menjadi-jadi sampai kedaulatan yang semakin terkikis. Masih banyak permasalahan di tengah masyarakat yang terlalu menekan rakyat. Semua itu terjadi akibat buah busuk berlakunya sistem sekuler kapitalis yang gagal wujudkan sejahtera dan keadilan.

Banyak orang tertarik dan bergabung dengan berbagai iming-iming kesejahteraan atau bahkan jaminan hidup setelah kematian. Bahkan ada juga kasus menggandakan uang, beli tiket surga yang pada akhirnya menjadi korban penipuan. Sungguh malang nasib rakyat di sistem sekuler kapitalis. Negara menggunakan aturan hidup yang bersumber dari kapentingan segelintir orang. Negara hanya mejadi regulator atas kepentingan para kapital dengan kebutuhan rakyat. Karena rakyat sedang alami kebuntuan hingga mencari jalan sulit keluar persoalan, alhasil gampang tergiur tawaran tidak rasional. Dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencari untung materi.

Pemerintah tidak mengambil tindakan tegas dan antisipatif meskipun kasusnya berulang hingga meresahkan masyarakat dan sudah banyak korban kerugian harta. Berapa kasus yang sudah terjadi? Bahkan kerajaan tahta suci yang dipimpin Lia Aminudin atau yang dikenal sebagai Lia Eden yang mengaku mendapatkan wahyu dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Rasul Kerajaan Surga. Setelah ditahan 2 kali, tidak membuat dia dan pengikutnya jera. Channel Youtubenya yang dinamakan Eden The Heaven masih mengunggah video nya di Oktober 2019 lalu.

Fenomena sejenis tidak hanya terjadi Indonesia tapi juga di berbagai Negara, tidak cukup kah ini menjadi bukti akan bobrok dan cacat bawaan dari sistem sekuler kapitalistik? Jika sistem ini tetap dipertahankan, hanya ada dua kemungkinan. Pertama kriminalitas semakin menjadi, kedua angka stres masyarakat semakin meningkat.

Post a Comment

Previous Post Next Post