No title

Oleh: AR

Awal Januari 2020 Ibu kota dan sejumlah kota di bodetabek kembali dilanda banjir tahunan. Bisa disebut banjir langganan, karena terjadi berulang hampir setiap tahun. Meskipun demikian, banjir kali ini tercatat sebagai salah satu yang terparah bahkan menelan korban jiwa. Ribuan rumah terendam air pada kedalaman 0,5 meter sampai 3 meter. Bahkan banyak rumah yang roboh dan hanyut. BNP mencatat sebanyak 30 orang korban meninggal dunia. 

Banyak pihak yang menyatakan bahwa banjir kali ini disebabkan oleh beberapa faktor.  Diantaranya adalah karena curah hujan yang tinggi.  Selain itu,  Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyebut, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah ini akibat penggundulan hutan, penyempitan dan pendangkalan sungai hingga pembangunan yang jor-joran.

Banjir yang berulang hampir setiap tahun jelas bukan hanya karena faktor alam. Juga bukan hanya karena problem fisik seperti kurangnya drainase, kurangnya kanal,  penyempitan dan pendangkalan sungai, dan lain-lain. Tapi masalah sistemik yang lahir dari sistem kapitalistik.  

Sistem kapitalis dengan kapital (keuntungan) sebagai tolak ukurnya menyebabkan segala sesuatu dilakukan dengan basis keuntungan dan hawa nafsu.  Kondisi alam ataupun masyarakat apalagi halal haram sama sekali bukanlah pertimbangan. Hal inilah yang menyebabkan cukong-cukong serakah pemilik modal  melakukan segala upaya untuk memenuhi pundi-pundi mereka.  

Sebagaimana yang disampaikan oleh Dedi Mulyadi, bahwa banjir kali ini tak lain penyebabnya adalah pembangunan properti dan yang jor-joran. Proyek yang seharusnya tidak memenuhi syarat AMDAL sekalipun ahirnya bisa lolos asalkan ada uang. Akibatnya,  masyarakat lemah yang menjadi korban. Sungguh ini adalah bukti bahwa sistem kapitalis inilah yang membawa segala kerusakan.  

Allah Ta’ala berfirman,

{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).

Permasalahan ini tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan perbaikan teknis.  Tapi harus menyentuh pada perubahan ideologis. Yaitu dengan mengganti sistem kapitalis buatan manusia dengan sistem Allah, sistem Islam.  Sejatinya hanya Allah sang pencipta manusia,  alam,  dan kehidupan inilah satu-satunya yang mengetahui hakikat ciptaanNya. Sehingga hanya aturan Allahlah yang mampu mengatur kehidupan ini dengan sempurna.  

Momentum banjir kali ini harus kita ambil ibrohnya. Yaitu dengan melakukan taubat nasional.  Dengan cara mengubah pandangan dan pola hidup kapitalisme serta menggantinya dengan Islam.  

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin?.” (QS. Al Maidah: 50).

Wallahu a'lam bish shawab

Jakarta,  11 januari 2020

Post a Comment

Previous Post Next Post