Masalah Perairan Natuna, Darurat Kedaulatan Negeri?

Oleh: Ummu Salman 
(IRT)

Belakangan ini, perairan Natuna di Kepulauan Riau (Kepri) menjadi topik pembahasan khalayak banyak lantaran kapal-kapal nelayan China wira-wiri di wilayah tersebut tanpa izin. Persoalan tersebut masih menjadi perdebatan lantaran menyangkut kedaulatan nasional. detik.com, 11/1/2020.

Akibatnya, kondisi Indonesia-Cina dikabarkan memanas. Beberapa pakar menyatakan bahwa Indonesia harus tegas terhadap persoalan ini karena menyangkut kedaulatan negara. Seperti yang diungkapkan oleh Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai  hal tersebut dikarenakan China memang tidak menganggap adanya ZEE Indonesia di Natuna Utara. Buktinya, jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan coast guard atau kapal penjaga pantai China justru sedang menjalankan tugasnya untuk melakukan patroli dan menjaga wilayah tradisional penangkapan iklan nelayan China (traditional fishing right). Bukan tanpa sebab, justru Indonesia punya beberapa alasan untuk tidak bernegosiasi dengan China dalam kasus ini. Pertama, jika China tidak mengakui ZEE Indonesia di Natuna Utara, seharusnya Indonesia melakukan hal yang sama untuk tidak mengakui wilayah tradisional penangkapan ikan nelayan China. Dengan begitu, Indonesia tidak diharuskan bernegosiasi mengenai hal tersebut. Selanjutnya, Indonesia sendiri telah mendapat penegasan dari Permanent Court of Arbitration (PCA) dalam penyelesaikan sengketa antara Filipina dan China. "Jangan sampai posisi yang sudah menguntungkan Indonesia dalam putusan PCA dirusak dengan suatu kesepakatan antar kedua negara," katanya menambahkan."Ketergantungan Indonesia atas utang China tidak seharusnya dikompromikan dengan kesediaan pemerintah untuk bernegosiasi dengan pemerintah China," tegasnya. (rmol.id, 2/1/2020)

Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk tidak terlalu membesar-besarkan masalah masuknya kapal nelayan cina ke perairan natuna, juga pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa Cina adalah negara sahabat, dinilai oleh berbagai pihak sebagai sikap yang terlalu lunak dalam menghadapi pelanggaran kedaulatan ini. Apakah sikap lunak tersebut karena besarnya utang yang telah diberikan oleh cina kepada negeri ini? Sehingga kedaulatan negara pun harus tergadaikan. Abdurrahman Al Maliki dalam bukunya politik ekonomi Islam menyatakan "sesungguhnya hutang luar negeri untuk pendanaan proyek-proyek adalah cara yang paling berbahaya terhadap eksistensi suatu negara. Justru hal itu memperpanjang penderitaan akibat bencana yang menimpa umat, disamping ia merupakan jalan untuk menjajah suatu negara".

Jika melihat kondisi perairan natuna, ternyata Perairan Natuna di Kepulauan Riau (Kepri) memiliki 'harta karun' yang mungkin belum diketahui banyak oleh masyarakat awam. Tidak heran jika China sampai klaim Natuna menjadi bagian negaranya. Sebab, dalamnya ada beragam potensi hasil laut mulai dari cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan. Bahkan di dalam perairan Natuna juga terdapat sumber energi yang melimpah. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Cumi-cumi menjadi komoditas laut dengan potensi hasil paling banyak. Setidaknya ada 23.499 ton potensi cumi-cumi per tahun di Natuna.

"Di datanya itu, potensi per tahunnya lobster ada 1.421 ton, kepiting, 2.318 ton, rajungan 9.711 ton. Cumi-cumi paling banyak nih, dia ada 23.499 ton per tahun," ungkap Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan Aryo Hanggono kepada detikcom, Sabtu (4/1/2020). Beberapa jenis ikan di Kabupaten Natuna, yang potensial untuk dikembangkan antara lain ikan dari jenis kerapu-kerapuan, tongkol krai, teri, tenggiri, ekor kuning/pisang-pisang, selar, kembung, udang putih/ jerbung, udang windu, kepiting, rajungan, cumi-cumi, dan sotong. 

Sedangkan di sektor energi, berdasarkan data SKK Migas, total produksi minyak dari blok-blok yang berada di Natuna adalah 25.447 barel per hari. Sementara, untuk cadangan minyaknya diperkirakan mencapai 36 juta barel. Selain minyak, Natuna juga memproduksi gas bumi tercatat sebesar 489,21 MMSCFD. Wilayah ini juga punya blok gas raksasa terbesar di Indonesia yaitu blok East Natuna yang sudah ditemukan sejak 1973. Volume gas di blok East Natuna bisa mencapai 222 TCF (triliun kaki kubik). Tapi cadangan terbuktinya hanya 46 TCF , jauh lebih besar dibanding cadangan blok Masela yang 10,7 TCF. (detik.com, 11/1/2020).

Pandangan Islam Terhadap Posisi Negara Asing
Islam memberikan kriteria yang jelas dalam bersikap terhadap negara asing. Terdapat negara yang disebut daulah muhariban hukman dan daulah muhariban fi’lan. Daulah muhariban hukman adalah negara kafir yang tidak secara nyata dan langsung menunjukkan sikap memusuhi Islam dan kaum muslim. Sedangkan negara muhariban fi'lan adalah negara kafir yang terang-terangan memusuhi Islam dan kaum Muslim. Contohnya seperti AS, Inggris, Australia, Prancis, Rusia, dan Cina. Sikap politik dasar negara Islam terhadap negara ini pada dasarnya adalah hubungan perang. Meski secara riil, belum tentu berperang. Namun, sikap dasar ini penting untuk ditegaskan agar senantiasa muncul kesadaran dan kewaspadaan terhadap negara tersebut. Dengan sikap dasar ini, maka strategi pertahanan dan keamanan negara bisa dibangun dengan tepat dan efektif. Posisi negara asing sebagai muhariban hukman dan muhariban fi'lan bisa saja berubah, tergantung sikap politik suatu negara terhadap Islam dan kaum muslim.

Allah SWT telah mengingatkan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan begimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

Tidak diterapkannya syariah Islam dalam hubungan diplomasi membuat Indonesia menjadi negara yang lemah. Penguasa negeri ini pun menjadi tidak bisa bertindak tegas terhadap musuh. Karena itu, solusi untuk mengganti sistem di negeri ini menjadi sistem Islam menjadi sangat penting. 
Wallahu 'alam bishowwab

Post a Comment

Previous Post Next Post