Konstantinopel Telah Ditaklukkan, Saatnya Kita Akan Menaklukkan Roma

Oleh: Fatmawati 
Pensiunan Guru

Sahabat Nabi Saw., Abu Qubail, pernah bercerita: ketika kami sedang bersama Abdullah bin Amr bin 'Ash, dia ditanya, "Kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dulu; Konstantinopel atau Roma?" Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian ia mengeluarkan kitab. Lalu ia berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah Saw., beliau ditanya: "Di antara dua kota ini manakah yang akan ditaklukkan terlebih dulu: Konstantinopel ataukah Roma?" Beliau menjawab: "Kota Heraklius ditaklukkan lebih dulu, yaitu Konstantinopel."(HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim).

Janji Nabi Saw. ternyata memotivasi setiap Khalifah kaum Muslim untuk merealisasikannya. Sejarah mencatat bahwa upaya serius menaklukkan Konstantinopel telah berlangsung sejak masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan (668--669 M).Karena kuat nya pertahanan musuh, pasukan Islam yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah pada saat itu belum mampu menaklukkan kota tersebut.

Konstantinopel dikenal dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh. Kota itu juga memiliki benteng alam berupa tiga lautan yang mengelilinginya, yaitu: Selat Bosphorus, Laut Marmara dan Tanduk Emas. Ketiganya dikelilingi oleh rantai besar sehingga sangat sulit bagi kapal musuh untuk leluasa masuk ke dalamnya.
Meski begitu cita-cita untuk membebaskan Konstantinopel tidak pernah berhenti. Perjuangan berikutnya terus dilanjutkan oleh Khilafah Abbasiyah. Sayangnya usaha menjemput janji Nabi Saw. ini pun gagal.

Akhirnya setelah delapan abad berlalu, Allah SWT mengabulkan impian umat Islam melalui kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih, pemimpin ketujuh dari Khilafah Utsmaniyah.

Sejarah menceritakan bahwa Muhammad Al-Fatih adalah seorang yang saleh. Sejak balig, Al-Fatih tidak pernah meninggalkan kewajibannya. Ia senantiasa memperbanyak amalan sunah. Setelah diangkat menjadi Sultan, Al-Fatih langsung melanjutkan tradisi para pendahulunya untuk terjun langsung dalam penaklukkan Konstantinopel.

Hampir dua bulan pasukan Muhammad Al-Fatih melakukan pengepungan dan serangan ke Konstantinopel, yaitu dari 26 Rabiulawal hingga 19 Jumadil Ula 857 H (6 April-28 Mei 1453 M). Muhammad Al-Fatih mengerahkan berbagai strategi.

Diantaranya memindahkan kapal-kapal melalui bukit, membuat terowongan-terowongan dan membuat benteng bergerak dari kayu. Akhirnya, pada 20 Jumadil Ula 857 M (29 Mei 1453 M) Konstantinopel berhasil dibebaskan oleh pasukan Islam. (Lihat: Ali Muhammad ash-Shalabi, Ad-Dawlah al-'Utsmaniyyah:' Awamil an-Nuhudh wa Asbab as-Suquth, hlm. 87-107).

Apa yang dilakukan oleh umat Islam saat itu menunjukkan bahwa mereka benar-benar yakin dengan apa yang disampaikan oleh Nabi saw. Itu dibuktikan dengan kesungguhan mereka menjemput janji beliau.

Memang seperti itulah harusnya seorang Muslim. Sebagaimana Allah janjikan surga yang akan diraih setelah melalui ikhtiar yang sungguh-sungguh dari hamba-hamba-Nya. Janji-Nya akan kejayaan Islam dan kaum Muslim pun harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh orang-orang yang beriman.

Kemenangan tidak akan datang dengan sendirinya. Ia akan datang setelah melalui proses perjuangan panjang, yang kadangkala harus mengorbankan segenap jiwa dan raga. Kabar gembira Nabi Muhammad saw. tentang penaklukkan Konstantinopel telah terbukti dan berhasil diwujudkan oleh Muhammad Al-Fatih.

Setelah pembebasan Konstantinopel tujuh abad yang lalu, hingga sekarang umat Islam belum berhasil membebaskan Kota Roma. Penyebutan Roma setelah Konstantinopel tampaknya merupakan mukjizat tersendiri karena hingga sekarang Roma merupakan simbol agama Nasrani dan peradaban Romawi (Barat).

Rasulullah saw. tidak secara tegas menyebutkan kapan pembebasan Roma terjadi dan siapa yang akan bisa melakukannya. Akan tetapi yang pasti pembebasan Roma tidak akan terjadi kecuali setelah umat Islam memiliki kekuatan yang sangat besar, yaitu kekuatan yang setara atau bahkan melebihi kekuatan kekuatan umat Islam tatkala membebaskan Konstantinopel. Kekuatan itu hanya akan terjadi ketika umat Islam memiliki Khilafah yang ditegakkan berdasarkan metode kenabian.

Bukan tugas kita untuk memastikan kapan itu terjadi, sebab ini merupan perkara gaib. Namun bila dicermati lebih dalam, banyak kesamaan karakter perjalanan dalam merealisasikan janji tersebut, yakni tidak lepas dari jihad fi sabilillah dan pengerahan pasukan yang sangat besar. Sebagaimana takluknya Konstantinopel saat Kekhilafahan Islam masih tegak berdiri, maka Roma pun hanya akan bisa ditaklukkan saat Kekhilafahan kembali tegak nanti.

Saat ini tugas kita bersama memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah. Bukan diam. Apalagi menghalang-halanginya. Khilafah itulah nanti yang akan mempersatukan kaum Muslim di seluruh penjuru dunia yang saat ini tercerai-berai. Kemudian muncullah kekuatan, maka Kota Roma akan takluk di tangan kita semua dengan izin Allah.

Post a Comment

Previous Post Next Post