KADO PAHIT TAHUN BARU



Oleh : Sopiah Nur Tanjung
Pendidik Generasi dan Member Akademi Kreatif Menulis

Tahun 2020 baru kita masuki. Banyak hal menyedihkan yang kita rasakan di awal tahun ini, baik yang tampak maupun yang tak tampak.
Yang tampak dapat kita saksikan hujan mengguyur se-Jabodetabek sejak 31 Desember 2019. Lebih dari 12 jam air menyirami kota yang bakal jadi mantan ibu kota itu. Walhasil, banjir melanda, sungai Ciliwung meluap hampir 3 meter sehingga menenggelamkan rumah penduduk yang di tepi sungai Ciliwung.
Di satu sisi kita merasa sedih, di sisi lain ada hikmahnya. Masyarakat terhalang untuk merayakan tahun baru yang selalu menghambur-hamburkan uang dan waktu. 
Hingga saat inipun masih ada rumah penduduk yang tergenang banjir. 

Di antaranya ada beberapa kebijakan negara yang mengejutkan rakyat. Dilansir oleh CNBC Indonesia (29 Desember 2019) ada beberapa tarif yang akan dinaikkan pemerintah, di antaranya BPJS, parkir, tarif tol dan tiket Damri.

Negara tampaknya kehabisan cara untuk menambah pemasukan APBN dengan terus memeras rakyat. Padahal banyak sekali potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau yang tidak mungkin tidak ada isinya. Beragam hasil bumi terdapat di perut bumi Indonesia, emas, batu bara, timah, minyak bumi, gas alam, dan sebagainya dapat di manfaatkan untuk kebutuhan hidup rakyat. Belum lagi kekayaan hutan Indonesia yang melimpah. Bukan satu, dua jenis tumbuhan, melainkan ribuan bahkan  lebih jenis tumbuhan dengan ribuan spesies. Namun sayang, kekayaan alam negeri ini tidak dikelolah dengan baik. Sebagian besar sumber daya alam Indonesia dikuasai pihak swasta bahkan asing. Hal ini membuat negara tidak dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk kebutuhan hidup warga negaranya. Alhasil, rakyat sulit untuk mendapatkan kebutuhan pokoknya, harga sembako yang melangit, tarif daya listrik dan tol yang terus meroket, biaya kesehatan yang semakin tidak terjangkau, dan sebagainya.

Inilah buah sistem Kapitalisme-demokrasi, dimana penguasa tidak berperan sebagai periayah rakyat akan tetapi hanya sebagai regulator dan pebisnis semata. Negara menjual dan rakyat membeli. Sumber daya alam yang melimpah justru dijual kepada swasta dan asing untuk kepentingan penguasa. 
Berbeda dengan Sistem Islam, dimana penguasa berperan sebagai periayah rakyat. Negara akan mengurusi seluruh kebutuhan pokok rakyatnya. Sumber daya alam yang tersedia tidak boleh dikuasai bahkan dijual kepada pihak swasta ataupun asing melainkan akan dikelolah oleh negara sesuai dengan syariat Islam. Dengan demikian, rakyat akan memperoleh kebutuhan pokoknya dengan mudah dan murah, bahkan gratis.

Sejarah mencatat bahwa sistem Islam telah mampu menyejahterakan rakyatnya selama 13 abad dengan menerapkan syariah Islam.
Sistem kapitalisme pun terbukti hingga saat ini tidak dapat menyejahterakan rakyat karena berasal dari akal manusia, maka sistem ini adalah batil. Maka kewajiban kaum musliminlah untuk menerapkan kembali syariah Islam dalam institusi Daulah Khialafah Islamiyah. Karena syariah Islam berasal dari wahyu Allah Swt bukan akal manusia.

Wallahu'alam bishashawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post