Islam Solusi Kerajaan “Aneh” Dalam Sistem Kapitalis

Oleh : Ismawati 
(Aktivis Dakwah Muslimah)

Sedang digemparkan dengan kasus megakorupsi Jiwasraya, Garuda hingga korupsi pejabat negara. Masyarakat Indonesia kini kembali digegerkan dengan keberadaan Keraton Agung Sejagat (KAS) yang terletak di Purworejo. Dua orang mengaku sebagai raja dan ratu. Mereka adalah Toto Santoso yang menyebut dirinya Sinuhun dan ratunya, Fanni Aminadia. Tak tanggung-tanggung jumlah pengikut Keraton Agung Sejagat ini diketahui sebanyak 450.000 orang. Dari hasil pemeriksaan, ratu KAS mengatakan bahwa dirinya menerima wangsit dari raja Mataram untuk meneruskan pendirian Kerajaan Mataram di Kecamatan Bayan, Purworejo. 

Para pengikut kerajaan ini diiming-imingi jabatan “menteri” namun harus menyetor sejumlah uang yang bernilai jutaan rupiah. Kapolda Jawa Tengah,Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengatakan bahwa bebekal penyebaran keyakinan dan paham abapila bergabung dengan kerajaan akan bebas dari malapetaka dan perubahan nasib kearah yang lebih baik. 
Demikian halnya pula yang terjadi di Bandung, Jawa Barat. Muncul keberadaan serupa yang dinamai Sunda Empire-Empire Earth (SE-EE). Kekaisaran ini muncul lantaran Kejadian ini bukanlah kali pertama terjadi, sebelumnya pada 2018 muncul Kerajaan Ubur-Ubur di Kota Serang Banten. Kerajaan ini didirikan oleh sepasang suami istri berinisial AS dan RC. Berangkat dari hal yang sama seperti KAS yakni mendapat wangsit untuk mendirikan kerajaan dan membuka kunci kekayaan dunia maka mereka harus melakukan ritual ala kerajaan ubur-ubur.

Apabila kita melihat dari latar belakang didirikannya gerakan-gerakan semacam ini adalah bahwa munculnya kebekuan ekonomi akibat sulitnya bertahan hidup dalam era kapitalis demokrasi. Berangkat dari pernyataan para pendirinya yang menyatakan bahwa siapa saja yang bergabung dalam kerajaan tersebut akan memiliki kesejahteraan hidup dan kekayaan harta yang melimpah. Karena memang, dalam sistem kapitalisme harta adalah sumber kebahagiaan. Sulitnya bertahan hidup apabila Tak ayal, mereka yang tergiur akhirnya mengambil jalan pintas dengan ikut bergabung dalam gerakan “aneh” semacam ini.

Akankah kini umat mulai tersadar bahwa keberadaan negara saat ini bukanlah sebagai pemimpin pelindung dan pemberi kesejahteraan kepada rakyat, ditengah gempuran ekonomi indonesia. Bagaimana tidak, para pemimpin saat ini sibuk memperkaya diri, mengurusi hal hal yang bersifat tidak pro rakyat, misalnya memilih mengurusi pemindahan Ibu Kota baru ketimbang melakukan perbaikan terhadap ekonomi rakyat. Inilah wujud nyata buah karena berlakunya sistem buruk kapitalisme dan demokrasi rakyat semakin dibuat sengsara. 

Bagaimana tidak, rakyat yang sehat misalnya harus memikirkan beban biaya ketika sakit kelak dengan melalui jasa asuransi kesehatan BPJS, dan ditahun 2020 pula premi BPJS naik 100% ditambah rencana pencabutan subsidi Gas LPG, sampai kenaikan berbagai tarif. Akhirnya gerakan semacam ini akan muncul karena dianggap dapat menawarkan solusi baru bagi kebekuan ekonomi rakyat. Padahal, apabila kita lihat pendirinya juga memanfaatkan anggotanya yang bergabung demi mencari keuntungan materi.
Artinya, umat kian menyadari. Hidup dalam sistem kapitalis demokrasi akan menyebabkan kesengsaraan hidup yang mendalam. Bahkan, membuka keran hadirnya Gerakan nyeleneh untuk melampiaskan syahwat kebuntuan permasalahan ekonomi umat.

Berbeda apabila sistem yang diterapkan adalah sistem islam. Yang telah terbukti kegemilangannya selama 13 abad lamanya. Karena para pemimpin didalam islam adalah orang-orang yang senantiasa bertanggungjawab atas amanah yang dibebankan kepadanya. Karena Rasulullah SAW telah memperingatkan : “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan mereka, kecuali Allah mengharamkan surga untuknya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadist ini jelas mewajibkan setiap pemimpin menjamin urusan kaum muslimin, dan memberikan kesejahteraan atasnya. Karena kesejahteraan merupakan konsekuensi yang harus dijamin oleh negara Khilafah, yakni terpenuhinya semua kebutuhan pokok (primer) setiap individu masyarakat, disertai jaminan yang memungkinkan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan pelengkap (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuan mereka, (Taqiyuddin An-Nabhani dalam Kitab An-Nidzomul Iqtishadiy fil Islam).

Sudah saatnya umat kembali, kepada sistem yang sohih dari sang pencipta yakni Khilafah Islamiyyah. Karena kebutuhan hidup terjamin dan kesejahteraan umat merata untuk seluruh rakyat. Menutup celah munculnya gerakan gerakan yang mengiming-imingi kekayaan secara “instan” semacam ini.

Wallahu a’lam

Post a Comment

Previous Post Next Post