Mimpi Peradaban Gemilang Ala IKN Baru

Oleh : Tri Maya  
(Anggota Revowriter)

Presiden RI Ir. H. Joko Widodo telah mengumumkan lokasi Pusat Pemerintahan ibu kota yang baru yakni sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Abdul Gafur Mas'ud mengaku sangat bersyukur dan berharap pemindahan ibu kota ini menjadi perubahan peradaban kita di Indonesia. “Saya juga berharap tentunya juga ini selain menjadi perubahan peradaban kita di Indonesia tapi juga perubahan peradaban dunia,” ungkap Abdul Gafur saat ditemui di Novotel Bali Airport, Senin (26/8/2019) malam.

Menurutnya Bangsa Indonesia adalah poros maritim dunia dan ia yakin sekali kedepan bangsa ini akan menjadi bangsa yang berdaulat di sektor maritim. Saat disinggung seberapa siap wilayahnya akan menjadi ibu kota baru? Bupati Abdul Gafur mengatakan pihaknya siap.

Kalau sudah Negara memanggil pasti harus siap. Apalagi ini bukan hanya pemindahan ibu kota provinsi tapi ibu kota pemerintahan Republik Indonesia yaitu lambang satu negara kita.

“Kita di Penajam Pasir Utara khususnya saya sendiri 100 persen sangat siap dan masyarakat disana sangat bersyukur dan insyallah kami dari pejabat eksekutif, legistlatif, yudikatif dan tokoh masyarakat akan bersama-sama membangun ibu kota pemerintahan ini yang ditetapkan Bapak Presiden Jokowi,” imbuhnya.

Ketika berbicara tentang peradaban maka kita akan mencoba menilik terlebih dahulu definisi peradaban. Menurut Huntington peradaban adalah suatu identitas terluas dari budaya, yang terindentifikasi bersama dalam unsur-unsur obyektif seperti bahasa, agama, sejarah, institusi, kebiasaan maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. Menurut KBBI Peradaban adalah kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin atau hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.

Ciri-ciri dari suatu peradaban adalah sebagai berikut:
Adanya pembangunan kota-kota baru dengan sistem tata ruang yang lebih baik, indah dan juga modern.
Dengan adanya hukum dan peraturan, sistem pemerintahan menjadi lebih baik.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju misalnya astronomi, jenis tulisan, arsitektur, ilmu ukur dan lain-lainya.
Masyarakat dalam segala jenis pekerjaan, keahlian dan juga strata sosial yang lebih kompleks.
Kesimpulan nya suatu peradaban dikatakan tinggi tidaklah hanya diukur dengan banyaknya infrastruktur tetapi lebih kepada apakah posisi sebagai hamba (manusia) dapat terlaksana dengan optimal. Misal dalam hal terpenuhinya kebutuhan pokok (hajah asasiyah), apakah telah terwujud? Dalam hal pemenuhan ghorizah  (naluri), apakah mampu dipenuhi. Mudahkah kita melaksanakan seluruh ajaran agama kita saat ini? Mudahkah semua level masyarakat mendapatkan akses kesehatan, pendidikan dan keadilan dimata hukum? Itu semua adalah indikator sebuah peradaban.  Artinya peradaban berkaitan erat dengan ideologi. 

Peradaban dalam ideologi kapitalis 
Sejak tahun 90an hingga detik ini kita hidup dibawah naungan ideologi kapitalis sekuler.  Sebuah ideologi buatan manusia yang memiliki ciri khas memisahkan agama dengan kehidupan.  Ideologi yang menjadikan maslahat manusia sebagai standar berbuat, bukan halal haram berdasar syariat. Ideologi ini yang kian detik semakin menampakkan buruknya rupa dan kegagalan peradaban.  Rusaknya akhlak manusia, tingginya angka kriminalitas, hancurnya daya beli masyarakat yang semakin tampak dalam tingginya angka kemiskinan.  Itu hanya segelintir fakta yang terwujud dari penerapan ideologi kapitalis.

Saatnya kita mencampakkan ideologi kapitalis dan menggantinya dengan ideologi islam yang berasal dari Sang Khaliq.  Belum ada peradaban yang bertahan lebih dari 13 abad lamanya kecuali Khilafah Islamiyah. Sejak Rasulullah SAW membangun negara Islam pertama di Madinah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah, Islam diterapkan di tengah masyarakat yang majemuk secara nyata. Hasilnya, berbagai kemajuan luar biasa lahir dari sana. 

Tak hanya sebuah teori, kejayaan Islam itu nyata. Bahkan kemajuan Islam itu mewarnai peradaban lain. Sebuah buku berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006), karya Tim Wallace-Murphy, memaparkan data tentang bagaimana transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat pada zaman yang dikenal di Barat sebagai Zaman Pertengahan (the Middle Ages). Ia menyebut, Barat telah berutang kepada Islam. ”Utang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun,” kata Tim Wallace-Murphy. Di bidang kesehatan, khilafah mengenalkan konsep rumah sakit. 

Konsep ini belum pernah ada sebelumnya. Saat itu di Eropa, orang sakit diobati secara mistik. RS pertama dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705 M – 715 M). Pembangunan RS secara masif dilakukan pada era Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M). Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan RS lainnya di seantero jazirah Arab. Di berbagai rumah sakit semua pasien dari agama apa pun dan suku manapun dan kelas ekonomi apapun mendapatkan pelayanan prima tanpa dipungut biaya. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Bangsal pasien laki-laki dipisah dari pasien perempuan.

Hal lain yang menjadi tolok ukur sebuah peradaban adalah bagaimana suatu negara mampu menyejahterakan rakyatnya. Kejayaan ekonomi Khilafah telah muncul di awal-awal peradaban Islam. Di era pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, di berbagai wilayah (provinsi) yang menerapkan Islam dengan baik, kaum Muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah, karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Namun, Umar mengembalikannya. Demikian berulang pada tahun berikutnya. Umar pun memberikan gaji yang besar kepada pegawai negara. Hal yang sama terjadi di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. 

Kemakmuran itu tak hanya ada di Afrika, tapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Basrah. Sampai-sampai tak ada lagi orang miskin yang berhak menerima zakat. Itulah sekelumit fakta sejarah peradaban di era khilafah. tak sedikitpun tampak terjadi yang namanya kemunduran dan ketidaksejahteraan masyarakatnya. Justru ideology kapitalis saat inilah yang semakin menampakkan kebusukan dan membuat masyarakat tidak sejahtera.  Hanya ilusi semu ketika berharap munculnya peradaban gemilang dengan adanya ibukota negara baru tetapi ideologi yang diterapkan masihlah ideologi kapitalis yang rusak dan merusak. Sudah saatnya kita kembali ke era khilafah.agar terwujud peradaban gemilang dan mencampakkan ideology kapitalis. Wallahu a’lam bish shawab. 

Post a Comment

Previous Post Next Post