Kewajiban Membela Islam dan Nabi Muhamad Saw

Oleh : Santi Novianti
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah

Beberapa hari yang lalu kaum muslim kembali di buat geram  dengan viralnya seorang muslim yang melecehkan Nabi Muhamad Saw. Sebagaimana dilansir laman gelora.co (17/11/2019)  Sukmawati Soekarnoputri melontarkan pernyataan yang membandingkan Nabi Muhamad Saw  dengan Presiden Soekarno. Dalam videonya yang sempat viral dia seolah mempertanyakan peran Nabi Muhamad Saw saat merebut kemerdekaan Indonesia. Dia mempertanyakan yang berjuang diabad 20 itu Nabi yang mulia Muhamad ataukah Insinyur Soekarno?.  Kegeraman pun kian bertambah tatkala seorang pendakwah yang dikenal dengan nama Gus Muwafiq tengah berceramah di Purwodadi Jawa Tengah, mengisahkan  kelahiran Nabi Muhamad dan kehidupannya masa kecil. Menurutnya  saat kecil rembes (dekil, kotor), karena ikut kakeknya Abdul Mutholib (Tirto.Id 03/12/2019).

Amarah kaum muslimin pun  tidak dapat terbendung lagi,  berbagai aksi terjadi di setiap pelosok negeri agar Soekmawati  di adili. Aksi terbesar  terjadi di monas Jakarta,  pada tanggal 02 Desember 2019. Jutaan kaum muslimin melakukan reuni 212 sekaligus mendesak  kepada pemerintah untuk mempidanakan Soekmawati. fenomena ini  bukanlah kali pertama terjadi, sebelumya Soekmawati telah melecehkan Islam. Dia menyandingkan lebih indah suara kidung ketimbang suara azan, lebih  indah konde ketimbang kerudung. Hal ini bisa dipastikan terus terulang disebabkan faham  sekulerisme dan Liberalisme yang semakin bercokol dalam kehidupan kaum muslim.  Kedua faham ini    sangat merusak Islam dan kaum muslimin, dimana kaum muslimin dijauhkan dari agama Islam itu sendiri, agama tidak boleh dibawa bawa pada kehidupan umum, melainkan cukup dipakai untuk urusan ibadah saja. Singkatnya sekularisme yaitu faham yang memisahkan agama dari kehidupan (fasluddin annilhayat). Begitu pula liberalisme artinya adalah faham kebebasan, orang bebas bicara apapun tanpa bersandar kepada agama, sebagaimana apa yang di ucapkan  Bu Suk dan Gus Muwafiq.

Memang musuh-musuh Allah tidak ada habisnya untuk berupaya membumi hanguskan Islam dan kaum muslim,  berbagai cara mereka lakukan untuk menyerang  negeri-negeri muslim, baik fisik maupun pemikiran. Mereka melontarkan kalimat kalimat yang menipu mata kaum muslim dengan perkataan “Allah itu tidak perlu dibela” atau “Islam tidak perlu dibela” atau ”kemuliaan Allah Rasulnya dan Al Quran tidak akan berkurang kalaupun dinista.” kalimat kalimat ini sepintas nampak baik tidak ada masalah. Memang benar Allah Swt maha agung berkuasa atas segala sesuatu tidak membutuhkan dan tidak bersandar kepada siapapun. Namun hal itu tidaklah pantas diucapkan karena hakikatnya yang membutuhkan Allah itu kita, kita butuh Rahmat dan ampunanNya. Membela agama Allah adalah bagian dari ketetapanNya, jadi kita membela Allah dan RasulNya demi menjalankan syariat dan meraih ridhoNya.

Dengan dalih  inilah  mereka mempengaruhi kaum muslim untuk berdiam diri tidak melakukan apapun dalam perkara dakwah. Mereka berupaya menakut-nakuti kaum muslimin yang gencar melakukan 'amar maruf nahyi munkar dengan sebutan radikalis extrimis dan teroris. imbasnya sebagian kaum muslim akan ketakutan dan membatasi mereka dalam ruang kajian kajian Islam. Allah swt telah mengabarkan kondisi ini kepada kita dalam Al Qur'an:
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mulut mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya (TQS asha-Shaff(61):8).

Dalam Islam,  hukum menghina Rasul jelas haram. Pelakunya dinyatakan kafir. Hukumannya adalah hukuman mati. Al-Qadhi Iyadh menuturkan, ini telah menjadi kesepakatan di kalangan ulama dan para imam ahli fatwa, mulai dari generasi sahabat dan seterusnya. Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ahli ilmu sepakat tentang sanksi bagi orang yang menghina Nabi saw adalah hukuman mati. Ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam al-Laits, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam as-Syafii (Lihat: Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428). Kisah mashur masa  Islam diterapkan secara kaffah oleh negara, Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi saw. Saat itu Sultan Abdul Hamid II langsung mengultimatum Kerajaan Inggris yang bersikukuh tetap akan mengizinkan pementasan drama murahan tersebut. Sultan berkata, “Kalau begitu, saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!” Kerajaan Inggris pun ketakutan dan akhirnymentasan itu dibatalkan. 

Dengan demikian sebagai kaum muslim kita wajib bersatu membela Islam dan Nabinya sebagai konsekuensi dari keimanan kita,  kita tidak boleh diam, sehingga tidak terulang kembali pelecehan terhadap Islam dan Nabi Muhamad Saw. Sudah saatnya membuang jauh faham sekulerisme dan liberalisme  yang merupakan sumber kerusakan  di muka bumi ini, dan bersegera memperjuangkan  sistem yang  diwariskan oleh Nabi Saw yakni sistem Islam.
Wallahu a’lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post