Pesan Maulid Nabi : Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW

Oleh : Tawati

Bulan Rabiul Awwal telah kembali menyapa kita. Sebagaimana biasa, sebagian besar umat Islam menyambut bulan ini dengan menyelenggarakan acara Peringatan Maulid Nabi saw yang diyakini lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal.

Seperti dilansir Radar Cirebon pada (4/11), Lautan massa umat Islam dari berbagai daerah menghadiri pengajian Maulid Akbar yang diselenggarakan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bahjah pimpinan Buya Yahya, Minggu (3/11).

Pembina Panitia Maulid Akbar Al Bahjah Muhammad Romli Jamali mengatakan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berupa pengajian Maulid Akbar diselenggarakan rutin setiap tahun. “Memang rutin dilaksanakan setiap tahun, dilaksanakan setiap hari Ahad (Minggu) pertama di bulan Rabi’ulawal,” ujarnya.

Menurut Romli seluruh rangkaian acara Maulid Akbar ini adalah untuk meningkatkan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah SAW. “Seluruh kegiatan ini tidak lain untuk menjelaskan tentang kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, mengagungkan syiar maulid nabi, tidak lain adalah lebih menjaga nilai akhlak muslim agar selalu mengedepankan sifat yang diajarkan Nabi Muhammad,” ungkapnya.

Dalam Peringatan Maulid Nabi saw. biasanya umat diingatkan kembali ihwal pentingnya meneladani akhlak dan kepribadian beliau. Hanya saja, umat pun sejatinya mulai disadarkan bahwa meneladani akhlak dan kepribadian Nabi saw. hanya akan bisa terwujud saat umat ini mengamalkan dan menerapkan seluruh isi al-quran. Sebabnya, sebagaimana kata Ummul Mukminin Aisyah ra., “Kâna khuluquhu al-Qur’ân.” Akhlak/kepribadian Nabi saw. adalah al-quran.

Salah satu hal yang wajib diteladani dari Nabi saw. adalah kepemimpinan. Terutama kepemimpinan beliau dalam mengelola dan mengurus negara. Inilah yang jarang diungkap. Padahal jelas, separuh kehidupan Nabi saw. sejak diangkat sebagai rasul beliau habiskan di Madinah. Sejak hijrah dan menetap di Madinah, beliau langsung mendirikan dan memimpin Negara Islam.

Berbicara kepemimpinan negara, tentu tidak lepas dari dua hal: sosok pemimpin dan sistem kepemimpinan/sistem pemerintahan yang digunakan. Dalam konteks kepemimpinan Rasulullah saw, jelas tampak dua aspek ini. Dari aspek pertama, beliau adalah satu-satunya sosok pemimpin negara di dunia ini yang memiliki kepribadian yang sangat agung. Tak ada seorang pun yang lebih agung dari beliau. Dari aspek kedua, Rasulullah saw. jelas memimpin negara dengan menjalankan sistem kepemimpinan atau sistem pemerintahan Islam, bukan yang lain. Artinya, beliau menerapkan hanya syariah Islam dalam mengelola negara.

Dengan demikian, meneladani kepemimpinan beliau dalam konteks pemerintahan harus termanifestasikan dalam dua aspek ini. Tidak boleh melepaskan salah satunya, apalagi dua-duanya. Inilah yang juga dipraktekkan langsung oleh Khulafaur Rasyidin sepanjang kekhilafahan mereka. Karena itu wajar jika Rasul saw. pernah bersabda, “Alaykum bi Sunnatî wa sunnah Khulafâ’ ar-Râsyidîn al-Mahdiyyîn min ba’dî  (Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku.” (HR al-Bukhari-Muslim).
Wallahua'lam bishawab[].

Post a Comment

Previous Post Next Post