Non-Stop Impor, Ada Kepentingan atau Tekanan?

By : Rahmi Surainah, M.Pd
warga Kubar Kaltim

Hanya di Indonesia jangankan pacul, sebelumnya sampah pun impor. Kali ini Indonesia kembali dihebohkan dengan berita impor pacul. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) impor pacul sepanjang Januari-September 2019 senilai US$ 101,69 ribu dengan total berat 268,2 ton. (https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4777692/heboh-ri-impor-pacul-268-ton-ini-dia-datanya)

Masuknya produk impor pacul jelas mempengaruhi pelaku industri kecil menengah (IKM) pacul di Indonesia. Mereka merasa penjualan mereka turun semenjak masuknya produk pacul impor. Menanggapi hal itu Direktur Jenderal IKM dan Aneka, Gati Wibawaningsih menilai secara kualitas produk pacul Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan produk impor yang jadi masalah adalah dari sisi harga sehingga membuat produk-produk pacul Indonesia sulit bersaing.

Meski begitu menurutnya, untuk saat ini harga pacul impor tidak jauh berbeda dengan harga pacul dalam negeri asalkan sesuai aturan. (https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4779378/serbuan-pacul-impor-bikin-produsen-lokal-gigit-jari)

Menanggapi impor pacul Presiden Joko Widodo meminta Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk memprioritaskan barang produksi dalam negeri ketimbang barang impor.

"Misalnya urusan pacul, cangkul, masa masih impor?" kata Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019, Rabu (6/11/2019). "Apakah tidak bisa didesain industri UKM kita, kamu buat pacul tahun depan. Saya beli ini puluhan ribu cangkul," ujar Jokowi.

Jokowi menyadari kadang impor dilakukan karena barangnya lebih murah ketimbang harus mengembangkan sendiri di dalam negeri. Namun, impor yang terus-menerus akan membuat pertumbuhan lapangan kerja terhambat. Kondisi ini kemudian berujung pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Jokowi pun meminta LKPP mulai memetakan mana barang yang bisa dibeli dari dalam negeri dan mana yang harus impor.

"Kalau yang impor stabilo merah saja, enggak usah. Lha bagaimana kita masih senang impor, padahal neraca perdagangan kita defisit, tapi kita hobi impor," ucap Kepala Negara. "Kebangetan banget, uangnya pemerintah lagi. Kebangetan kalau itu masih diteruskan, kebangetan," kata Jokowi dengan nada tinggi. (https://nasional.kompas.com/read/2019/11/06/10534701/jokowi-cangkul-masa-masih-impor-kebangetan)

Rakyat Indonesia khususnya petani yang biasanya menyangkul mungkin sekarang bangga dengan produk luar negeri. Mencintai produk buatan Indonesia sepertinya hanya slogan, buktinya banyaknya impor pacul dari China. Kualitas dan harga membuat produk lokal dari pengusaha kecil atau UMKM kalah bersaing dengan China. Pemerintah pun seakan tak berdaya menyetop impor. Buktinya impor terus menerus terjadi. Solusi yang ditawarkan hanya dengan membuat aturan berupa regulasi perizinan (legal), kena pajak atau aturan impor lainnya yang pada intinya masih open impor. Tidak cukup dengan menuntut kesadaran rakyat Indonesia atau pembeli untuk mencintai pacul Indonesia, apalagi hanya berupa kampanye pacul.

Progam dari pemerintah dengan mendorong produksi nasional lewat UMKM yang melahirkan produk lokal seakan hanya memberi harapan palsu bagi masyarakat kelas ekonomi ke bawah. Buktinya penjualan pacul mereka merosot semenjak masuknya impor pacul China. 

Persoalan impor pacul menggambarkan kepada kita ada permainan dari para pemegang kebijakan yang melanggengkan impor. Pengusaha asing yang lebih menjanjikan dalam memberi keuntungan materi dibanding pengusaha kecil lokal Indonesia yang modalnya pun pas-pasan tentu kalah bersaing merebut keberpihakan penguasa. Impor pacul dari China bisa juga memperlihatkan kepada kita akan adanya tekanan asing yang berarti lemahnya wibawa Indonesia.

Oleh karena itu, Indonesia harus tegas menolak impor pacul sehingga pacul lokal bisa kembali dicintai dengan  membelinya. Impor pacul tidak perlu karena pacul lokal pun masih bisa dikembangkan produknya. Bahkan dengan kekayaan SDA yang melimpah Indonesia seharusnya tidak kekurangan pacul sehingga impor pacul. 

Indonesia negara mayoritas muslim dan kaya. Indonesia kaya, pacul seharusnya bisa diproduksi dalam negeri. Indonesia seharusnya tidak boleh menjalin kerjasa sama dengan China yang mana penguasanya memusuhi Islam (negara kafir harbi fi'lan). Buktinya perlakuan penguasa mereka terhadap muslim Rohingya. Indonesia seharusnya tegas menolak impor dan kerja sama dari China karena status negaranya komunis dan pasti membawa misi tidak hanya hubungan ekonomi semata. 

Namun, karena Indonesia masih menganut sistem ekonomi kapitalis liberal dalam wadah demokrasi jadi wajar hubungan antar negara tidak mempermasalahkan menjalin kerja sama meski dengan negara penjajah.

Hanya ketika Indonesia kembali kepada aturan Islam maka permasalahan negara akan terselesaikan dengan tuntas. Salah satunya, impor pacul bisa distop tanpa takut dengan tekanan asing atau ada kepentingan lain yang memang untuk melanggengkan impor. Hanya dengan menerapkan Syariah Islam dalam negara Khilafah, Indonesia bisa berdaya dan berjaya baik dalam maupun luar negeri. 
Wallahua’lam...

Post a Comment

Previous Post Next Post