KETAHANAN PANGAN YANG SEKEDAR WACANA

Oleh :  IROHIMA

World Food Day atau hari pangan sedunia yang jatuh pada setiap 16 Oktober tiap tahunnya, kali ini dirayakan dengan mengusung tema”Our Action are Our Future, Healthy Diets Zero Hunger World”. Masalah pangan merupakan isu global yang terus menjadi bahan kajian dan perdebatan di kalangan ahli dan pengampu kebijakan. Semua pihak terkait diminta untuk memastikan keamanan pangan dan pola pangan sehat untuk semua orang guna mengakhiri kelaparan dan bentuk - bentuk kekurangan gizi lainnya. Di Indonesia sendiri tema yang diusung yaitu Teknologi industri pertanian dan pangan menuju indonesia lumbung pangan dunia 2045.

Mencapai titik Zerohunger bukan hanya tentang mengatasi kelaparan namun juga memelihara kesehatan manusia dan bumi, disini FAO menyoroti kebiasaan pola pangan yang tidak sehat serta gaya hidup yang kurang aktif yang merupakan salah satu faktor risiko pembunuh nomor satu di dunia. Pola seperti ini telah membuat angka obesitas melonjak, terjadinya kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi. Data menunjukkan lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120 juta anak perempuan dan laki - laki sekitar 5-19 tahun mengalami obesitas. dan lebih dari 40 juta balita kelebihan berat badan, sementara lebih dari 800 juta orang mengalami kelaparan. Di Indonesia sendiri 30,8% anak tergolong stunting (kekerdilan), 10,2% anak anak dibawah lima tahun kurus dan 8% obesitas. Dari berbagai fakta diatas inilah yang mendorong gerakan membuat pola makan sehat, yaitu pola pangan yang memenuhi kebutuhan gizi individu dengan makanan yang cukup, aman , bergizi dan beragam untuk mengimbangi aktivitas yang aktif dan mengurangi resiko penyakit.
Dalam hal ini Kementan pun membuat sebuah program untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan nasional pada skala terkecil rumah tangga dengan nama Obor Pangan Lestari (Opal).

Sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah stunting di indonesia, Opal juga digunakan untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan akses pangan keluarga, konservasi sumber daya genetik lokal dan mengurangi jejak karbon serta emisi gas pencemar udara.

Opal dibuat sebagai salah satu langkah pemerintah dalam mengintensifkan peta ketahanan dan kerentanan pangan atau food securiity and vulnerabillity atlas (SFVA).

Berbicara masalah pangan di indonesia seperti membicarakan sebuah jalan yang tak pernah menemukan ujungnya. Persoalan pangan menjadi isu yang selalu menggelinding pada setiap pemerintahan yang berkuasa. Persoalan impor, swasembada, hingga narasi ketahanan pangan selalu mewarnai setiap permasalahan pangan dalam negeri. Isu ketahanan pangan pun kerap dijadikan barang dagangan para kandidat capres dan cawapres.

Definisi ketahanan pangan sendiri menurut Badan Ketahanan Pangan (BPK)  adalah suatu kondisi terpenuhinya pasokan pangan bagi suatu negara sampai dengan perseorangan untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Namun yang jelas point utama dalam masalah ini adalah ketersediaan pangan yang cukup dan merata untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

Sekarang ini, bila kita melihat fakta yang ada, kondisi ketahanan pangan dunia tidak baik - baik saja. Populasi manusia yang semakin membengkak tidak berbanding lurus  dengan meningkatnya produksi pangan, dan situasi seperti ini bila tak diselesaikan akan menjadi ancaman kelaparan bagi generasi di masa depan. Menurut data dari hasil riset International Fund For Agriculture, ada sekitar 925 juta manusia di bumi yang mengalami kekurangan pangan. Jumlah ini akan terus meningkat.

Kondisi ketahanan pangan Indonesia sendiri tak lebih baik. Meski Indonesia adalah negara yang memiliki tanah yang subur, sumber daya alam yang melimpah namun pada kenyataannya kita justru masih mengimpor pangan dari luar negeri. Derasnya impor pangan seperti beras, jagung, gandum, gula, daging, ikan dll yang setiap tahun selalu membanjiri tanah air dan selalu mengalami kenaikan jumlah menandakan betapa timpangnya kondisi negeri ini, dengan kekayaan yang berlimpah harusnya negeri ini bisa berdaulat dan memiliki ketahanan pangan yang kokoh bukan menjadi negara yang tergantung pada impor. Janji penguasa pada rakyat untuk bisa berswasembada pangan nampaknya hanya akan jadi sebuah wacana tanpa realisasi. Adanya kasus ancaman kelaparan yang melanda wilayah di indonesia seperti yang terjadi pada suku anak dalam di kampung duren, kecamatan Renah Pamenang, kabupaten Merangin, jambi yang terpaksa mengkonsumsi monyet dan lambatnya respon pemerintah terhadap surat rawan pangan yang diajukan warga suku anak dalam kepada dinas sosial merupakan salah satu bukti abainya negara dalam hal ini, dan menggambarkan betapa buruk kondisi ketahanan pangan kita.

Masalah pangan adalah masalah ekonomi dan tentunya berkaitan juga dengan urusan politik, karena setiap kebijakan yang terkait dengan impor, ekspor, pembukaan lahan baru, alih fungsi lahan dll merupakan bentuk kebijakan politis yang diberlalukan dan ditetapkan oleh para elit politik. Keran impor yang dibuka lebar - lebar oleh pemerintah sangat berdampak besar pada kehidupan perekonomian rakyat, jatuhnya harga komoditas pangan lokal, kerugian besar yang dialami petani dan hilangnya ketertarikan pada profesi petani merupakan awal runtuhnya mata rantai ketahanan pangan negeri ini. Ketiadaan periayahan dan perlindungan pada rakyat makin memperparah situasi. Sistem kapitalisme liberal yang diterapkan negeri ini cenderung menyandera penguasa dan membuat penguasa tak berdaya hingga kebijakan yang lahir pun tak pernah berpihak pada kepentingan dan kebutuhan rakyat namun lebih kepada para kaum kapitalis,karena sistem kapitalisme memberi peluang kepada swasta atau individu untuk menguasai dan mengendalikan berbagai sumber daya alam yang harusnya dikelola sendiri oleh negara untuk kepentingan dan kemashlahatan rakyat. Kekayaan alam yang luar biasa melimpah bisa membuat negara ini berdaulat dan mempunyai ketahanan pangan yang kokoh jika saja pengelolaannya dilakukan sendiri tanpa intervensi asing, namun kapitalisme telah membuat negara menyerahkan urusan ini pada kaum kapitalis dan mereka akan membuat keuntungan dari hasil apapun yang dikelolanya akan terkonsentrasi hanya pada individu atau golongan. Inilah bobroknya kapitalisme yang merupakan sistem rusak dan sama sekali tak layak dijadikan tolok ukur dalam hal apapun.

Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengatur segala aspek kehidupan termasuk masalah pangan. Dalam Islam, pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi perindividu. Pemimpin dalam Islam akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di yaumul akhir bila ada satu saja warganya yang kelaparan.

Islam mempunyai konsep dan mekanisme tersendiri tersendiri dalam menyelesaikan masalah pangan. Produktivitas lahan akan sangat diperhatikan, Kepemilikan lahan pun akan diatur sesuai syariat, dalam islam tanah atau lahan yang ditelantarkan selama 3 tahun oleh pemiliknya akan diambil alih oleh negara dan didistribusikan pada rakyat yang mampu mengolahnya hingga tak ada lahan tidur atau lahan mati yang menyebabkan kurangnya produktivitas lahan. Tanah dan lahan akan secara optimal di manfaatkan untuk kepentingan rakyat. Islam juga menjamin pelaksanaan mekanisme pasar yang baik. Negara juga tak akan membiarkan praktek penimbunan, riba, monopoli dan penipuan. Akses informasi ekonomi dan pasar akan dibuka untuk semua orang guna meminimalkan informasi asimetris yang bisa digunakan oknum pasar mengambil keuntungan dengan cara curang. Pengendalian harga juga dilakukan dengan mengendalikan supply and demand bukan dengan kebijakan pematokan harga. Seperti yang pernah dilakukan oleh Umar bin khatab saat daerah Hijaz dilanda kekeringan. Beliau menyurati Wali Mesir Amru bin al Ash dan memerintahkan mengirimkan pasokan pangan ke Madinah.

Tak terbantahkan lagi bila Islam adalah satu - satunya solusi dalam hal ini, sejarah telah mencatat betapa syariat islam mampu menyelesaikan berbagai permasalahan umat termasuk masalah pangan,dan penerapan  syariat islam akan membawa kita pada kemashlahatan dan kesejahteraan hakiki karena syariat islam bersumber dari sang maha pencipta yaitu Allah azza wajalla, sebaik baik pembuat aturan dan semestinya kita sebagai muslim harus bersandar dan berhukum hanya pada Allah SWT,  bukan yang lain.

Wallahualam bis shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post