Historis Khilafah dan Janji Allah dalam Al-Qur'an

Oleh : Hamsina Halisi Alfatih

Sejarah kegemilangan islam dan khilafah sebagai benteng atau junnah bagi umat manusia setidaknya pernah menguasai dunia hingga 14 abad lamanya. Dalam pusaran kejayaannya, islam mampu memimpin hingga 2/3 dunia. Meskipun saat ini setelah 96 tahun sudah ketiadaan dunia tanpa Khilafah, semenjak di runtuhkan oleh Mustafa Kemal Attartuk khilafah kembali digaungkan hampir diseluruh pelosok dunia.

Namun jejak historis khilafah nampaknya menjadi rancu bagi para pengusung demokrasi sekuler, hingga menganggap khilafah sebagai ajaran islam sebagai sistem yang tak diakui. Dikutip dari tempo.com, 27/10/19 Menkopolhukam Mahfud Md mengungkap " banyak pihak yang mengharapkan terbentuknya sistem khilafah dalam pemerintahan Indonesia, dirinya menjamin itu tidak ada. Menurutnya pula, tidak ada yang namanya sistem khilafah dalam islam yang ada hanyalah prinsip khilafah dan itu tertuang dalam al-quran."

Menyikapi pernyataan Menkopolhukam, Mahfud Md yang mengatakan bahwa sistem Khilafah tidak tertuang dalam Al quran, hal ini bukankan sebagai bentuk penolakan terhadap ajaran islam? Padahal jelas dalam surat Al-Baqarah ayat 30 Allah swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS. Al-Baqarah:30)

Upaya rezim represif anti islam nampaknya semakin masif menggaungkan penolakan terhadap khilafah sebagai ajaran Islam. Tak hanya itu khilafah diframing burukkan dengan stigma negatif yang dikait-kaitkan dengan ISIS dan terornya serta dianggap sebagai ancaman bangsa, persatuan dan kebhinnekaan.

Padahal secara kasat mata, jika melihat kondisi negri ini justeru yang menjadi ancaman untuk bangsa ini adalah mereka-mereka yang menjadi kaki tangan kaum kapitalis asing. Disisi lain isu terorisme dan radikalisme dirancangan sedemikian rupa sebagai bentuk perang global terhadap khilafah dan para pengusungnya sebagai sasaran tembak utama. Sehingga gagasan khilafah yang sebenarnya diopinikan sebagai lambang persatuan umat diubah bak monster yang menakutkan di tengah-tengah masyarakat. Upaya ini tak lain untuk menjauhkan umat dari ajaran Islam.
Padahal sistem pemerintahan islam yang diwarisan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tak lain adalah sistem Khilafah. Sebagaimana Beliau bersabda,

أُوصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ فَتَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Aku mewasiatkan kepada kalian, hendaklah kalian selalu bertakwa kepada Allah, mendengar dan menaati (pemimpin) sekalipun ia seorang budak Habsyi, karena sesungguhnya siapapun dari kalian yang berumur panjang sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada jalan/jejak langkahku dan jalan/jejak langkah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah padanya dan gigitlah itu erat-erat dengan gigi geraham. Jauhilah perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid‘ah adalah kesesatan. (HR Ahmad, Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah).

Maknanya, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Aku mewasiatkan kepada kalian, hendaklah selalu bertakwa kepada Allah.” Ini menunjukkan wajibnya takwa secara mutlak, dalam hal apa saja, dimana saja dan kapan saja.

Kemudian Beliau bersabda, “Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnah (jalan/jejak langkah)-ku dan sunnah (jalan/jejak langkah) Khulafa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah padanya dan gigitlah itu erat-erat dengan gigi geraham.” Sunnah dalam hadits ini menggunakan makna bahasanya, yaitu thariqah (jalan/jejak langkah). Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kita untuk mengambil dan berpegang teguh dengan jejak langkah Beliau dan Khulafa’ur Rasyidin. Perintah ini mencakup masalah sistem kepemimpinan, karena konteks pembicaraan hadits ini adalah masalah kepemimpinan. Artinya, hadits ini merupakan perintah agar kita mengikuti corak dan sistem kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, yaitu sistem Khilafah.

Penunjukan dalil ini membuktikan bahwa khilafah adalah bagian dari sistem pemerintahan islam yang memiliki aturan serta hukum-hukum yang mutlak untuk diambil dan diterapkan.

Historis Khilafah, Janji Allah dan Bisyarah Rasulullah
Berbicara historis kegemilangan khilafah Islamiyah tentu jejaknya tak bisa dihilangkan begitu saja. Terlebih ketika telah di bisyarahkan oleh Rasulullah saw dan dijanjikan oleh Allah swt dalam al-quran. Dalil-dalil syar'i yang menunjukkan wajib dan memperjuangkannya khilafah menjadi bukti bahwa khilafah adalah ajaran islam.

Bukti tak terbantahkan tentang adanya khilafah dalam sejarah kehidupan umat Islam telah diabadikan dalam kitab-kitab tarikh yang ditulis oleh para ulama terdahulu hingga ulama mutakhir. Sebut saja, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, karya at-Thabari [w. 310 H], al-Kamil fi at-Tarikh, karya Ibn Atsir [w. 606 H], al-Bidayah wa an-Nihayah, karya Ibn Katsir [w. 774 H], Tarikh Ibn Khaldun, karya Ibn Khaldun [w. 808 H], Tarikh al-Khulafa’, karya Imam as-Suyuthi [w. 911H], at-Tarikh al-Islami, Mahmud Syakir.

Dalam rentang sejarah, selama 14 abad, tidak pernah umat Islam di seluruh dunia tidak mempunyai seorang khalifah, dan khilafah, kecuali setelah runtuhnya Khilafah pada 3 Maret 1924 M. Dalam sepanjang sejarah khilafah, tidak ada satu pun hukum yang diterapkan, kecuali hukum Islam. Dalam seluruh aspek kehidupan, baik sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, sanksi hukum dan politik luar negeri, semuanya merupakan sistem Islam.

Karena itu, menurut Syeikh Dr. Musthafa Hilmi, dalam tesis masternya di Universitas Alexandria, Mesir, Nadhariyyatu al-Imamah ‘Inda Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah [1387 H/1967 M], setelah memaparkan fakta negara Islam sejak zaman Nabi, Khilafah Rasyidah, Umayyah, ‘Abbasiyah hingga ‘Utsmaniyyah, akhirnya sampai pada kesimpulan:
Pertama, pemikiran Sunni menentang penghapusan khilafah. Karena itu, Ahlussunnah wal jamaah memegang teguh pendirian mereka, dengan cara yang sama sejak awal, membela dan mempertahankan Islam menghadapi berbagai gempuran yang berlangsung dalam rentang sejarah panjang umat Islam.

Kedua, khilafah yang menerapkan Islam tetap ada hingga runtuhnya Khilafah ‘Utsmaniyah. Inilah yang menjadi alasan utama permusuhan Barat terhadap Khilafah ‘Utsmaniyah, sebab selama ia masih ada, maka sistem Islam pun tetap ada. Dengan adanya sistem pemerintahan Islam ini, maka suatu saat bisa kembali menguasai dunia, sehingga Eropa pun takut sejarah kejayaan umat Islam akan kembali dalam naungan khilafah. Karena itu, hanya ada satu kata, menghilangkan khilafah, dan menghalangi tegaknya kembali. [Lihat, Dr. Musthafa Hilmi, Nidzam al-Khilafah fi al-Fikri al-Islami, hal. 457]. (Sumber: Tabloid Mediaumat Edisi 212)

Bukti historis khilafah inilah yang menjadi pegangan para pengemban dakwah senantiasa mendakwahkannya ketengah-tengah masyarakat. Meskipun kerap dipropagandakan dengan isu terorisme dan radikalisme, khilafah sebagai sistem pemerintahan islam tetap akan tegak sesuai yang dijanjikan oleh Allah dan
Kembalinya Khilafah bahkan merupakan kabar gembira (bisyârah) dari Rasulullah saw. Setelah era para penguasa diktator (mulkan jabbriyan) akan lahir Khilafah ‘ala minhajji nubuwwah. Sebagaimana dituturkan oleh Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah saw bersabda:

ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ …

…Kemudian akan ada kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah (HR Ahmad).
Sungguh, hanya dengan khilafah sebagai satu-satunya sistem pemerintahan Islam umat akan memiliki wibawa dan kekuatan. Sebagaimana belasan abad umat di masa lalu pernah tampil sebagai pionir peradaban, bahkan menjadikan Barat mengenal bagaimana cara berkemajuan. Di bawah panjinya pula, umat bisa benar-benar bersatu dan merasakan kehidupan mulia tiada tara, dan melaksanakan amanah Rabbnya di dunia dan menebarkan rahmat ke seluruh alam.
Allah berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. (QS. An-Nur : 55)
Waalahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post