Benarkah Kebijakan Pedidikan Sekuler Kian Merusak Generasi

Oleh : Riska Adeliana
(Aktivis Dakwah Kampus)

Manado – Alexander warupangkey (54), guru SMK Ichtus, Manado, Sulut, ternyata lebih dulu di keroyok sebelum ditikam higga tewas oleh muridnya. Pelaku pengeroyokan sudah ditangkap polisi. Dari hasil pemeriksaan 6 saksi yang saat kejadian ada di TKP (tempat kejadian perkara) kepolisian aakhirnya menetapkan satu tersangka baru, yakni OU (17), yang ikut mengeroyok korban ketika pelaku FL melakukan aksi penikaman,”ujar Kepolresta Manado Kombes Benny Bawensel saat dimintai konfirmasi, Sabtu,(26,10,2019).

OU ditangkap polisi pada Jumat (25/10) dirumahnya, Desa koka,Mapanget Barat. OU merupakan pelajar di SMK Ichtus. Pelaku tersinggu karena di tegur merokok”ujar Beny dalam wawancara, Detiknews, Selasa (22/10).
 
Miris, lagi-lagi masalah di negeri ini tidak pernah habis-habisnya. Mulai dari kabut asap, wamena berdarah, PHK besar-besaran dan lain sebagainya. Lalu hari ini kita di kejutkan dengan seorang guru yang tewas di tangan seorang muridnya. Jelas nampak bahwa tidak ada yang pernah terselesaikan masalah hari ini, walaupun terjadi pergantian rezim, tapi tidak memberikan solusi dalam menyelesaian permasalah hari ini.
Siswa lakukan kekerasan terhadap guru adalah kasus berulang dalam sistem pendidikan sekuler saat ini. Sementara pendidikan karakter yang dijalankan pemerintah makin nampak nyata apa yang dimaksud yakni output pendidikan berupa manusia sekuler liberal, tanpa iman, SDM siap kerja dan buruh bagi industri kapitalis.
Oleh karena itu pemerintah Jokowi menunjuk Nadiem Makariem selaku Mendikbud baru, agar mempersiapkan SDM siap kerja, “kita akan membuat terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM, SDM siap kerja, siap berusaha, yang link matched antara pendidikan dan industri, “ucapnya (kumparan.com).
Alih-alih mencapai tujuan karakter tersebut, sistem pendidikan sekuler walaupun dibalut dengan penguasaan 6 literasi agar siap menghadapi era 4.0, jusru hal tersebut akan terus membuat siswa semakin sekuleristik yang jauh dari norma-norma dan nilai-nilai agama serta semakin merusak generasi. Karena mereka disibukkan dengan hal-hal yang bersifat teori tanpa menancapkan pemahaman agama untuk menghadapi kehidupan dalam sistem kapitalis sekulerisme ini. Lihatlah bagaimana kasus terbaru yang terjadi baru-baru ini siswa yang menikam guru.  
 
Lalu bagaimana pendidikan dalam naugan khilafah ????
Pendidikan dalam pandangan Islam merupakan salah satu kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan. Pendidikan termasuk pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Pendidikan merupakan kebutuhan asasi dan harus dikecap oleh manusia daam hidupnya. Pendidikan bukan sebagai kebutuhan sampingan, karena tanpa pedidikan martabat manusia tidsk akan mulia. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara, tanpa membedakan martabat, usia maupun jenis kelamin seseorang.
Beberapa paradigma dasar bagi sistem pendidikan khilafah:
1. Khilafah islam meletakkan prinsip kurikulum, strategis, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuknya SDM terdidik dengan pola berfikir dan pola sikap yang islami.

2. Pendididikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan  amal sholeh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al-qur’an mengungkapkan tentang ahsanul amal atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal shaleh).

3. Pendidikan di tujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia sekaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya.

4. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah SAW.

Sejarah telah mencatat tentang keberhasilan khilafah Islamiyah dalam menerapkan sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang berkualitas dan diakui oleh pihak lawan. Cukuplah pengakuan dari Robert Briffault dalam buku “Making Of Humanity” yang menyatakan “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor (kaum muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renainssence sesungguhnya berlangsung. Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia. Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Sedangkan pada saat yang sama, kota-kota Sarasin (kaum muslimin) seperti Baghdad, Kairo, Cordova dan Toledo menjadi pusat pusat peradaban dan aktivitas pendidikan. 

Post a Comment

Previous Post Next Post