Salahkah Rakyat, Jika Tak Lagi Percaya Narasi Penguasa?

Oleh : Ely Susanti
(Mahasiswi Pasca UIN Raden Fattah Palembang)

Perputran roda kepemimpinan di Negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia ini telah bergulir berulang kali, namun kesejahteraan dan kemajuan nampaknya masih sangat jauh panggang dari api.Berbagai persoalan pelik terus saja mendera tanpa jeda, dimulai dari kasus kemiskinan yang selalu menjadi problema utama, mahalnya biaya kesehatan yang makin hari makin mencekik rakyat, korupsi yang menjerat para petinggi negriyangkian merajalela, krisis moral yang tak pernah kunjung mampu terselesaikan, kriminalitas yang semakin membabi buta, keutuhan bengsa yang kini tengah berada diambang batas yang mengkhawatirkan, permasalahan rutin tahunan kabut asap yang kembaliterulang bahkan menelan korban, hingga kontroversi RUU KUHP yang tak lekas menuai titik terang.Padahal kasustelah menghadirkan gelombang massa yang turun kejalan baik dari kalangan mahasiswa maupun para pelajar. Hal ini diperpanas dengan kasus penusukan salah satu petinggi negri yang jua turut menuai kontroversi. Kasus kasus ini terus saja bergulir tanpa menuai titik terang penyelesaian. Mirisnya, solusi yang ditawarkan hanyalah solusi tambal sulam yang kemudian memunculkan problematika baru ditengah-tengah masyarakat.

Hal ini terjadi karena Negara tidak hadir sebagai pelindung utama bagi masyarakat melainkan hanya hadir sebagai regulator semata, keberadaan Negara tidak benar-benar memberikan pelayanan yang sempurna kepada rakyatnya, karena memang begitulah hakikat dari sistem sekuler kapitalis yang kini menjadi dasar ideologi di negri ini. Lebih mirisnya lagi sistem kapitalis sekuler ini memberikan jaminan kebebasan berperilaku dalam setiap hal, termasuk dalam hal kekuasaan.Maka akan sah-sah saja ketika penguasa negri ini menutup kegagalan periayahan atau kepengurusan mereka terhadap masyarakat dengan berbagai macam pencitraan yang sejatinya itu adalah sebuah kebohongan.Sesungguhnya ketidakmampuan penguasa dalam menjalankan periayahan kepada rakyat, sejatinya telah membuat penguasa mempermalukan dirinya, apalagi di era digital dewasa ini, dimana masyarakat telah pandai memilah mana berita yang penuhdengan pencitraan dan kebohongan dan mana berita yang sesuai dengan realitas yang ada. 

Inilah wajah buruk sistem sekuler kapitalis yang hanya melahirkan sosok rezim dengan kekuatan kekuasaan.Ibarat rumah laba-laba, jika dilihat sekilas akan tampak begitu kokoh dan kuat namun hakikatnya sungguh sangatlah rapuh dan lemah. Betapa tidak, demi mempertahankan kekuasaan dan hegemoni nya harus dibalut dengan sebuah pembenaran melalui pencitraan dan kebohongan yang melelahkan dan menghabiskan banyak biaya. Rasullullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda “Tidaklahseorang hamba yang Allah minta dia mengurus rakyat, dia mati dimana dia menipu (menghianati) rakyatnya kecuali Allah haramkan baginya syurga” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Begitulah karakter kepemimpinan dalam sistem demokrasi. Berkuasa hanya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Keterlibatan mereka dalam kursi kekuasaan hanyalah hitung-hitungan materi dan kekuasaan belaka.Jika pun ada rasa peduli terhadap kepentingan rakyat, akan disimpan paling ahir dari prioritas kerjanya. Bahkan demi menutup kegagalan periayahannya mereka memainkan peran pencitraan dan kebohongan. Inilah yang menjadikan kelelahan teramat sangat bagi rakyat yang rindu akan periayahan, kesejahteraan dan kemakmuran, dan hadirnya masyarakat yang telah cerdas dan tercerdaskan menjadikan mereka tidak lagi memiliki harapan terhadap kekuasaan dalam bangunan sistem sekuler saat ini.Maka jangan pernah salahkan rakyat jika narasi penguasa makin tak dipercaya, karena sejatinya rakyat telah muak dengan berbagai pencitraan yang terus saja disuguhkan. 

Sungguh berbeda dengan sistem kepemimpinan Islam, yang menempatkan penguasa sebagai pelayan kepentingan masyarakat (ummat).Keberadaan mereka di tampuk kekuasaan dengan ketulusan dan keikhlasan dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai pengatur dan pengurus rakyat dengan penerapan sistem Islam menjadikan keberadaan mereka sangat di cintai oleh rakyatnya. Dalam Islam hubungan rakyat dan penguasa akan harmonis.Sebab, penguasa memerintah dan mencintai rakyatnya dengan ketulusan tanpa mengharapkan materi darinya.Karena seorang khalifah dalam sistem pemerintahan Islam tidaklah digaji namun diberikan tunjangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya semata. Maka keberkahan dan kesejahteraan atas penerapan Islam melalui sistem pemerintahan Islam akan senantiasa terpancar, sebagai rahmat atas penerapan hukum-hukum Allah  Sang Pencipta.

Oleh karena itu, jangan diam wahai saudaraku, atas segala kebohongan dan kerusakan yang kita saksikan.Sudah saatnya kita campakkan sistem kufur kapitalis demokrasi dan kita kembalikan kepemimpinan yang hakiki dalam naungan sistem Islam, yang pasti akan kembali. Sebagaimana Firman Allah Surat An Nur ayat 55 yang artinya  “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa...........” (Q.S An-Nur 55). 
Wallah a’alam bi-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post