Kekuatan Ilmu dan Kehendak untuk Mengamalkan Ilmu

Oleh : Sri Rahmawati 

Sebagai manusia, kita mempunyai dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu dan kekuatan kehendak. Target dan usaha kita tergantung dari ilmu pengetahuan dan kehendak atau kuatnya kita menggapai cita-cita. Kebahagiaan kita juga bisa bersumber dari kekuatan ilmu dan kehendak untuk mengamalkan ilmu tersebut.

Berdasarkan ilmu dan kehendak  mengamalkan ilmu, manusia dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

1. Manusia yang tidak mempunyai ilmu dan kehendak. 
Dia buta terhadap kebenaran, walaupun ia adalah seorang profesor, ahli, namun apabila ia tidak mengenal ilmu Alloh, maka dia bodoh. Orang yang banyak berbekal menuju perjumpaan Alloh, dialah orang yang pintar. Orang bodoh tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang mudarat. Dia tidak bisa menghayati ayat-ayat kauniah, wawasannya sebatas urusan dunia. Cenderung berbuat maksiat, yang penting dia puas. Nafsu menjadi tuhannya. Cinta pujian, penghormatan, adalah bertuhankan nafsu dan dunia. 
Dia tidak mampu mengontrol hawa nafsu, hatinya tertutup. Dalam hidupnya tidak ada bekas-bekas kebaikan sama sekali dan manfaat untuk orang lain. 

2. Manusia yang mempunyai kehendak atau cita-cita, tetapi tidak mempunyai ilmu kebenaran.

Seolah-olah dia mampu beramal, contohnya dia bersedeqah tetapi  riya, dia umroh tapi dengan uang haram. Banyak melanggar aturan Alloh dan gampang tergoda, serta labil dan mudah dimanfaatkan orang lain. 

3. Manusia yang mempunyai ilmu, tetapi tidak mempunyai kehendak. 

Berpengetahuan, punya pendengaran untuk mendengar ilmu kajian, tapi ilmu sekedar pengetahuan tanpa diamalkan. Dia malas dan tak siap dengan resiko, tak kuat dengan cibiran. Contohnya seseorang berilmu agama, sempurna hijabnya, tapi ilmunya tidak diterapkan, akhirnya dia memutuskan menikah dengan laki-laki non muslim. 

Ada juga orang yang berilmu agama namun malas diimplementasikan, mempunyai jimat, dan hobi gonta ganti istri hingga 7 kali hanya untuk memuaskan hawa nafsunya. Maka ilmu itu haruslah diamalkan, ilmu seharusnya membuat orang menjadi takut kepada Alloh, juhud pada dunia, tak berani berbuat dosa, dan merasa selalu diawasi Alloh. 

Takut kepada Alloh adalah takut merasakan sakit pada masa datang sebagai balasan atas dosa-dosanya, takut saat di akhirat mendapat adzab. Evaluasi dirilah. Ilmu seharusnya juga menjadikan seseorang banyak menemukan aib dirinya, dosanya. Ada orang banyak ilmunya tapi makin banyak mengurusi dosa orang. 

Orang yang berilmu semakin bersemangat beramal sholeh. Ada kelompok pengajian sosialita, mereka sekedar mencari teman, berlomba-lomba bertabaruj, berlomba seragam talim keren, mengundang ustadz-ustadz keren, maka hasilnya susah bersinergi , ilmu yang diperoleh tak akan terimplementasi. Kendalikanlah tubuh ini untuk tetap beraktivitas di jalan yang Alloh ridhoi. Kasus zaman now banyak orang putus asa, walaupun rajin mengaji dan ibadah. Orang yang berputus asa bisa cacat akidahnya dan mendekati pada kekafiran. Ibadahnya tidak berefek. Teori syukur dan tawakal harus diimplementasikan.

Minta tolong kepada makhluk itu boleh, tapi jangan hatinya bergantung kepada makhluk, tetap yakin dan bergantung kepada Alloh yang Maha Menyembuhkan. 
Kasus ini karena cinta dunia dan mengikuti hawa nafsu syetan. Ada kasus seorang istri yang berselingkuh selama 9 kali, suaminya bersabar karena merasa istri amanah Alloh. Istrinya ini memiliki ilmu agama namun tidak diimplementasikan sehingga berulang kali melanggar hukum Alloh.

Ingatlah selalu akan nasihat ini : “Kebaikan adalah datang dari Alloh, sedangkan keburukan datang karena kesalahan diri sendiri".

4. Manusia yang memiliki kekuatan ilmu dan kehendak yang bersinergi. 
Cita-cita kita tertinggi adalah adanya sinergi antara kekuatan ilmu dan kehendak.

Abdullah Bin Mas'ud, sahabat rosululloh, belajar al quran dari rosul per satu ayat, apabila 1 ayat belum diamalkan maka belum boleh menambah ilmu ayat baru. Tiap-tiap ayat harus diamalkan dulu. Itulah yang dinamakan bersinergi antara kekuatan ilmu dan kehendak mengamalkan ilmunya. Inilah posisi 4 derajat tertinggi manusia.
Perangilah musuh-musuh Alloh yaitu syetan dan hawa nafsu. Ilmu diterima Alloh kalau ikhlas diamalkan dan sesuai dengan sunah rosul.

Ilustrasinya, apabila hendak naik puncak gunung, kita persiapkan peta dan bekalnya, tapi pada saat mendaki malah santai-santai tanpa semangat, ditunda-tunda, maka lambat sampainya. Dan apabila kita punya semangat besar tanpa peta maka bisa tersesat. Jadi sama-sama tidak sampai apabila cita-cita dan ilmu tidak bersinergi.
Walaupun sudah bersinergi antara ilmu dan cita-cita, harus tetap waspada terjatuh dalam dosa, yaitu godaan  syahwat yang melemahkan, dunia yang mengotori hati, dan syubhat yang membingungkan perjalanan. Kita kejar posisi 4 ini.

Hebatnya hafalan quran seseorang tetapi bila sombong maka jatuhlah ke dalam neraka.
Ahli ibadah masuk neraka :
- Ahli quran ujub
- Ahli sedeqah ujub
- Mujahid/syahid tapi ujub ingin disebut pemberani.

Bercita-citalah bertemu Alloh di surga. Berjuanglah, belajar dan terus membersihkan  hati.
Wallohu a’lam bish showab

Post a Comment

Previous Post Next Post