Jabatan Sekedar Titipan Rakyat

Oleh : Erni Yuwana 
(Pemerhati Sosial Politik)

Susunan kabinet Jokowi jilid 2 resmi diumumkan. Namanya Kabinet Indonesia Maju. Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan susunan kabinetnya periode 2019-2024 di Istana Kepresidenan, Rabu (23/10/2019). Beberapa nama baru muncul menjadi sosok menteri baru, seperti Prabowo Subianto, Tito Karnavian, Mahfud MD, Nadiem Makarim hingga Ida Fauzia. Beberapa nama lama masih menempati posisi sebelumnya, namun ada yang digeser di pos kementerian yang baru. Meski demikian ada beberapa nama menteri yang tidak lagi masuk sebagai jajaran menteri seperti Wiranto, eks Menteri KKP Susi Pudjiastuti hingga Rini Sumarno yang sebelumnya menjabat menteri BUMN.

Jabatan adalah titipan rakyat dan amanah dari Allah. Maka, sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari Umar bin Khattab, sang Amirul mukminin berkata, "Wahai masyarakat sekalian, aku diangkat mengepalai kalian. Dan aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Jika aku membuat kebaikan, maka dukunglah aku. Jika aku membuat kejelekan, maka luruskanlah aku. Kebenaran itu suatu amanat. Kebohongan itu suatu khianat. Yang terlemah diantara kalian aku anggap yang terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya. Yang terkuat diantara kalian aku anggap yang terlemah sampai aku mengambil hak si lemah dari tangannya. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya tidak ada kewajiban patuh kepadaku."

Namun hari ini makna jabatan bergeser. Jabatan di sistem Demokrasi telah mengajarkan secara fasih bagaimana para elite politik berebut posisi tanpa rasa sungkan. Jabatan menjadi jalan mobilitas diri tanpa konsekuensi. Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Semoga niat utama para elite politik meraih posisi-posisi publik yang penting dan strategis itu benar-benar bermotif mengabdi pada negeri dan mengurus hajat hidup rakyat. Sebab, setiap posisi publik selain dibayar dengan uang rakyat, seluruhnya memang untuk mengurus hajat hidup orang banyak sehingga negeri ini semakin maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat.

Jabatan memang menjadi sesuatu yang cukup menggiurkan. Jabatan menjadi jalan untuk memenuhi kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan atau status sosial yang tinggi di mata manusia. Tidak mengherankan bila kemudian untuk mewujudkan ambisi tersebut, banyak elit politik yang tidak segan-segan melakukan politik uang dengan membeli suara masyarakat pemilih atau mayoritas anggota dewan. 

Tidak heran manakala jabatan-jabatan publik itu hanya dijadikan lahan mobilitas diri untuk meraih kuasa, harta, dan kejayaan duniawi. Jabatan-jabatan penting itu malah dijadikan "bancakan" untuk bagi-bagi uang dan posisi, sekaligus memperkaya diri dan kroni. Mereka lupa posisi yang ditempati bukanlah miliknya sendiri, melainkan sekadar titipan rakyat untuk ditunaikan sebagai amanah terpuji.

Rasulullah SAW dengan sabdanya:

إِنْ شِئْتُمْ أَنْبَأْتُكُمْ عَنِ الإِمَارَةِ وَمَا هِيَ؟ أَوَّلُهَا مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا مَنْ عَدَلَ

“Jika kalian mau, aku akan memberitahu kalian tentang kepemimpinan (al-imârah), apakah itu? Awalnya adalah celaan. Yang kedua adalah penyesalan Yang ketiganya adalah azab pada Hari Kiamat kecuali orang yang berlaku adil,” (HR. al-Bazar dan ath-Thabrani)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Artinya: "Dari Abdullah ibn Amr ibn Ash dari Nabi saw. : Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil menurut pandangan Allah, akan di tempatkan di atas mimbar dari cahaya sisi kanan Tuhan Yang Maha Pengasih. Mereka itulah orang-orang berlaku adil dalam keputusannya, di keluarganya, dan pada apa-apa yang mereka pimpin (mereka tidak bergeser dari keadilannya)." (HR. Muslim no.4825)

Wallahu'alam bi ash shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post