Liberalisme Menjajah Intelektual




Oleh: Sofia Ariyani, S.S
Pegiat Opini dan Member Akademi Menulis Kreatif


Hegemoninya kapitalisme tak hanya menjajah negera-negara di dunia, keculasannya pun menjajah para intelektual di manapun.

Abdul Azis seorang muslim yang notabene seorang praktisi pendidikan mengajukan disertasinya kepada para penguji dengan judul "Konsep Milk al Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital", sebuah konsep yang dibuat oleh Muhammad Syahrur seorang akademisi muslim namun pemikirannya liberal.

Abdul Azis membuat disertasi ini berawal dari keprihatinannya terhadap fenomena kriminalisasi terhadap hubungan seksual di luar pernikahan yang mengambil contoh perajaman di Aceh. Namun justru memantik kontroversi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Disertasi ini jelas menuai polemik karena Indonesia negara mayoritas muslim yang masih memegang budaya ketimuran.
Meski demikian dibutuhkan sistem hidup yang mampu menunjang moral masyarakat Indonesia bahkan dunia. Mengingat Abdul Azis merujuk pada konsep Milk al Yamin karangan Muhammad Syahrur seorang intelektual dari Suriah yang jelas pemikirannya rusak.

Diketahui bahwa Muhammad Syahrur adalah seorang profesor di bidang teknik sipil. Ia sama sekali tidak mengenyam pendidikan Islam secara formal konsepnya dalam buku "Milk al Yamin" dan buku-buku lainnya ia tulis berdasarkan pemahamannya yang notabene diperoleh dari teori-teori Marxisme. Inilah yang mempengaruhi pemikiran dan karya-karyanya.
Abdul Azis sendiri lewat disertasinya menyebutkan bahwa Muhammad Syahrur adalah seorang hermeneut. Beberapa karyanya dilarang beredar di sejumlah negara karena berbahaya.

Dilansir oleh tirto.id, Syahrur, menurut Aziz, tidak seperti sebagian mufasirin yang menafsirkan Alquran dengan mengikuti makna literal dari bahasanya. Namun, Syahrur menafsirkan dengan menelisik lebih jauh makna semantik dan hermeneutis dari ayat tersebut dengan mempertautkan konteks yang mengitari Alquran pada abad ke-7 Masehi.

Beberapa karya Syahrur memantik kontroversi di dunia Islam, bahkan dilarang beredar di sejumlah negara. Bagi mereka yang memuja, Syahrur ibarat Immanuel Kant untuk bangsa Arab atau Martin Luther-nya umat Islam.

Sebaliknya, bagi yang kontra terhadapnya, buku-buku hasil pemikiran Syahrur, khususnya al-Kitab wa al-Qur’an: Qira’ah Mu’asirah, dianggap lebih berbahaya dari karya kontroversial Salman Rushdie yakni The Satanic Verses alias Ayat-Ayat Setan.

Masalah ini bukan masalah sepele karena pemahaman liberalisme kini kian merangsek ke dalam perguruan-perguruan tinggi Islam, yang semestinya hanya pemahaman Islam kafah sajalah yang dikaji bukan pemahaman selain Islam. Ini terbukti ketika mata ajar filsafat masuk ke dalam pendidikan dan menjadi hangat di ruang-ruang diskusi, maka banyak dari pendidik dan mahasiswa yang teracuni pemikirannya dengan pemahaman liberalisme.

*Akibat Sistem Kapitalisme* 

Pemahaman dan keimanan intelektual saat ini semakin terdegradasi akibat sistem batil yang kian mencengkeram. Ide filsafat beserta hermeneutikanya membuat keimanan kaum muslimin cacat. Zina menjadi halal, menutup aurat tidak wajib, agama tak perlu dibela, syariat Islam tak usah diterapkan, khilafah bukan ajaran Islam, bahkan seorang mahasiswa yang mempelajari Islam kafah justru di-drop out dari kampusnya, sebuah keterbalikan iman.

Ide-ide filsafat eksis karena sistem kapitalisme yang berasas pada sekularisme-liberalisme, bebas dan agama tak perlu turut campur. Membuat pemahaman seseorang meliar tak terkendali menuruti hawa nafsu.

Hermeneutika jelas sesat dan harus dimusnahkan dari benak kaum muslimin karena mampu mencederai keimanannya dan meracuni umat sehingga terpuruk dari kebangkitannya. Selama sistem sesat ini masih mencengkeram dunia selama itu pula umat Islam akan mundur.

Kapitalisme beserta turunannya sekularisme, liberalisme, pluralisme dan demokrasi adalah sistem batil yang berasal dari buah pikir dan hawa nafsu manusia. Maka wajar jika sistem ini tidak mampu membangkitkan umat Islam dan manusia.

*Gemilangkan Intelektual Dengan Islam* 

Jika kita bandingkan umat Islam kala itu yang belum terpapar ide-ide filsafat menjadi umat hebat yang mampu mengalahkan imperium raksasa Persia dan Romawi tanpa suntikan ide-ide sesat. Para sahabat, tabiin, tabiut tabiin hanya meneladani bagaimana pola pikir dan pola sikap Rasulullah Saw, tidak yang lain. Karenanya wajar jika kala itu umat Islam menjadi umat penata peradaban gemilang.

Sudah saatnya mengganti sistem batil lagi sesat ini dengan sistem sahih yang berasal dari Allah azza wa jalla, Tuhan Pencipta semesta alam. Dengannya manusia akan hidup tentram. Hanya dengan menerapkan syariat-Nya umat Islam terbebas dari racun-racun pemikiran sesat. Dan syariat-Nya dapat ditegakkan dengan adanya institusi yang menaunginya yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Maka adalah wajib umat Islam memperjuangkan khilafah demi menjadi umat yang gemilang.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post