Film "The Santri" Merusak Generasi

Oleh : Adilah Noor
Aktivis dakwah Islam & Alumni pesantren

Baru-baru ini muncul sebuah trailer film di kanal YouTube NU Channel  yang membawakan kondisi kehidupan para santri. Diketahui ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj  adalah produsernya dan sutradaranya bernama Livi Zheng. Livi Zheng dikenal sebagai sutradara Hollywood asli dari Blitar, Indonesia yang saat ini menetap di Amerika. Adapun pemerannya adalah Wirda Mansur (putri dari Ustadz terkenal Yusuf Mansur), Gus Azmi, Veve Zulfikar dan Emil Dardak.

Cerita dalam trailer film ini ternyata banyak menuai kritik, bagaimana tidak kondisi yang disajikan kepada kita  sangat bertentangan dengan nilai-nilai santri yang sebenarnya. Salah satu kritik datang dari Ketua Umum Front Santri Indonesia Hanif Alathas yang menyatakan, Front Santri Indonesia menolak film The Santri karena tidak mencerminkan akhlak dan tradisi santri yang sebenarnya. Kritik lain juga datang dari Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang menilai sejumlah adegan dalam trailer tersebut tidak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya di pesantren. Ia juga menilai sikap toleransi dalam film tersebut kebablasan. 

Memang benar adegan-adegan yang ada dalam film tersebut rasanya tidak sesuai dengan judulnya The Santri. Karena siapapun yang pernah menjadi santri pasti bisa memastikan bahwa akhlak dan kehidupan santri tidak seperti itu. Film The Santri menayangkan masuknya santri kedalam rumah ibadah yang terdapat berhala didalamnya. Dan jelas bagi seorang muslim haram hukumnya memasuki tempat itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Abdul Somad yang juga memberi tanggapan dalam soal ini. 

Seorang santri juga tidak berdekat-dekatan atau berdua-duaan  dengan lawan jenis yang bukan mahram seperti apa yang terdapat pada film itu. Santri muslim mengerti apa itu toleransi, dan islam sangat paham dengan toleransi tapi tidak mengorbankan keyakinan atau perkara akidah. Seorang santri yang tujuannya adalah agamanya pasti lebih  memimpikan tanah atau negeri yang mengajarkan Islam didalamnya. Bukan negeri kafir yang justru selalu berusaha mengkerdilkan Islam seperti Amerika. Seorang santri memahami Islam adalah satu-satunya agama yang benar, agama yang diridhoi dan tidak sama dengan yang lainnya. 

Santri adalah siapapun yang mendedikasikan dirinya untuk menuntut ilmu Islam dalam sebuah instansi pendidikan yang bernama pesantren. Pesantren adalah tempat dimana Islam sebagai dasar pembelajaran terhadap muridnya.  Apa yang diajarkan adalah Islam, akidah Islam, syariat Islam juga akhlak Islam. Maka kehidupan di dalam pesantren adalah kehidupan yang diwarnai oleh Islam. Dan tujuan pesantren adalah menjadikan santri sebagai ulama yang memiliki ilmu Islam dan Berjati dirikan Islam. 

Jelas sekali film The Santri sudah mencoreng nama baik santri. Bukan hanya itu, film The Santri justru membiaskan nilai-nilai Islam. Dan lebih dari itu film The Santri benar-benar merusak generasi Islam. Ini sesuatu yang membahayakan bagi Islam, karena Islam akan kehilangan jati diri dan eksistensinya.

Rusaknya  film The Santri juga menunjukkan abainya pemerintah dalam mengatur urusan generasi bangsa. Pemerintah tidak meninjau setiap film atau tayangan yang akan dipertontonkan kepada masyarakat. Apakah film tersebut mengedukasi atau malah membodohkan masyarakat. Karena di dalam Islam semestinya film dijadikan alat edukasi dan dakwah kepada masyarakat. Bukan menjadi alat komersial yang meraup keuntungan materi semata. 

Tidak heran memang, kalau banyak orang mencari keuntungan di setiap kesempatan. Sebab sistem saat ini lah yang memberikan ruang pada mereka. Sistem Liberal yang mengagungkan kebebasan. Memberikan kebebasan kepada siapapun untuk melakukan apapun selama ada keuntungan atau manfaat untuk dirinya. Ketika sekarang banyak masyarakat ingin lebih memahami Islam, berbondong-bondong melakukan hijrah. Disitulah kesempatan dan keuntungan itu, dibuatlah film bergenre islami sekalipun sutradaranya tidak tau sama sekali mengenai Islam. 

Ironinya sebuah ormas Islam bersedia bergandengan tangan dengan sutradara yang bukan berasal dari Islam bahkan sama sekali tidak mengerti islam. Pemerannya pun yang notabene memeluk Islam bahkan seorang penghafal Al-Qur'an, pelantun shalawat-shalawat Nabi juga tidak bercirikan Islam. Sungguh ini sebuah kesalahan fatal, kesalahan yang menguatkan upaya barat dalam menyesatkan umat Islam terhadap agamanya sendiri. Ataukah memang ini adalah bagian dari  upaya mereka?? Waspadalah!

Sudah seharusnya  kita sebagai generasi Islam menjadi penjaga agama Islam yang terpercaya. Membongkar semua upaya-upaya makar yang ingin menjatuhkan Islam. Senantiasa mendakwahkan Islam sebagai agama yang benar, agama yang lurus, agama yang agung dengan syariat-syariatnya. Dan hendaknya kita menyeru kepada umat agar mengemban Islam secara kaffah/ sempurna. Menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan dalam diri, bermasyarakat dan bernegara. Saatnya kembali kepada sistem Islam Rahmatan Lil 'Alamin.

Sistem yang menjadikan negara sebagai pengatur dalam setiap urusan masyarakat. Mengatur dalam masalah sosial interaksi laki-laki dan perempuan, masalah ekonomi, pendidikan, politik luar negeri dan pemerintahan. Dengan Islam, masyarakat akan diatur dan dijamin terkait pendidikannya. Termasuk mengontrol setiap produksi-produksi film yang mengedukasi atau justru malah meracuni pemikiran masyarakat. 
 Allahu a'lam bis shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post