Menantu Pilihan (Part 1)

Penulis : Nelliya Ummu Zahra 
(Akademi Menulis Kreatif)

Alhamdulillah plong rasanys setelah aku mengutarakan niatku dan menceritakn profil dia kepada ibu. 

Setelah mendengar penjelasanku barusan wajah ibu  langsung ditekuk dengan senyum masam yangh bertahan dibibirnya. Malam aku mengutarakan niat ku menghitbah akhwat yang telah dikenalkan oleh istri kakak senior waktu di kampus dulu. Dan kebetulan akhwat itu  tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari tempat tinggal kami dan kami masih satu komplek.

Tapi walaupun begitu aku tidak terlalu mengenalnya. Mungkin karena aku terlalu sibuk membantu usaha Ayah setelah aku lulus kuliah. Kebetulan keluarga ku memiliki usaha properti.
Dan sebagai anak tunggal tentu  tongkat estafet usaha ini akan berlanjut kepadaku.
Itulah kenapa saat lulus kuliah ayah langsung merekrutku untuk bekerja membantunya.

" le, apa benar kamu  sudah mantap dengan pilihan kamu itu?. Kamu mau melamar anaknya ibuk rumi itu. Iyam, maria halah siapa namanya itu le? Tanya ibu dengan bersungut-sungut.

"Maryam nafisah ibu namanya" sahutku.

"Ah iya itu, kamu tau ndak le, si maryam itu jadi omongan ibuk-ibuk komplek sini. Dari SMA pakaiannya itu loh kayak ibuk-ibuk.
Ndak mau ikut-ikut kalau ada acara kondangan, yah kalaupun datang pasti acara sudah mau selesai atau besok harinya. Belum lagi ya le, dia itu suka ngajakin anak-anak remaja putri dan ibu-ibu disini buat halaqoh halah apa lagi itu. Dikira orang ndak ada kerjaan apa duduk-duduk dengerin dia ngomong" akhirnya tumpah semua unek-unek ibu yang sedari tadi ditahannya.

"Astagfirullah ibu, eleng bu. Kok malah jadi ghibahi orang. 
Zainal memilih untuk mengkhitbah maryam insyaallah karena Zainal sudah tau bu dari istrinya kakak senior zainal kalau maryam muslimah yang shalihah dan apa yang dilakukan maryam selama ini kan masih wajar saja bu. Dia kan tidak membuat suatu kemaksiatan" jelasku berharap hati ibu akan melembut.

Seingatku tadi aku sudah menjelaskan profilnya pada ibu.

"Loh, loh iki kok malah belain dia le. Ibuk itu bukan ghibahi dia tapi ini kenyataan. Ibuk ndak mau punya menantu yang beda dari menantu saudara-saudara ibu. Nanti beda sendiri apa kata mereka"

Kembali ibu menyahut" kita ini kelurga terpandang ingat itu kamu le,kamu anak ibu sama bapak satu-satunya. Ibu mau menantu yang bisa diajak bergaul sama teman-teman ibu  kalau pas arisan dan kumpul keluarga dan ndak malu-maluin dengan penampilannya, terus ibu mau menantu yang ndak sering keluar rumah. Biar bisa fokus ngurus kamu dan anak-anak kamu nanti dirumah.

Aku hanya menghela  nafas mendengar kata-kata ibu. Sepertinya aku butuh campur tangan Bapak. Kebetulan Bapak lagi diluar kota hari ini.

 Aku Zainal Abdulllah beberapa minggu yang lalu memang meminta dicarikan pendamping hidup. Mengingat usiaku yang sudah memasuki 28 tahun. Meskipun aku bukan seorang aktifis dakwah seperti senior ku waktu di kampus itu, tapi dari dulu aku memang tidak pernah pacaran. Entahlah mungkin karena ibu selalu mengingatkan ku bahwa pacaran itu bukan perbuatan laki-laki gentelman.

Akhirnya beberapa hari yang lalu aku memegang cv seorang akhwat yang bersedia taaruf denganku. Yah dialah Maryam nafisah. Dan pertama aku tertarik untuk melanjutkan mengkhitbahnya. Meski itu belum aku sampaikan pada maryam dan keluarganya. Karena yang terpenting tentu aku ingin restu dari kedua orang tuaku dulu.

Disinilah malam ini aku sedang mengutarakan niatku untuk mengkhitbahnya. Namun sayang ternyata tanggapan ibu tidak seperti yang kubayangkan.

Sebenarnya kenapa aku minta dicarikan pendamping hidup segera, bukan saja karena umurku tapi ini semua permintaan ibu dan bapak. Mereka risau dengan anak semata wayangnya yang belum juga menikah di usia segini.

Aku mengerti kerisauan mereka. Ibu pasti kesepian dirumah jika aku dan Bapak bekerja. Meskipun ada art tetapi ku tahu ibu kesepian. Karena itulah sala satu motivasiku ingin mewujudkan keinginan mereka.

Meski aku juga ingin menggenapkan separuh agamaku.

Bersambung ........ Menantu Pilihan Part 2
Previous Post Next Post