Ada Apa Dibalik Sematan Radikalisme ?

Oleh : Lilis Adikayanti 
(Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Mataram)

Isu radikalisme akhir-akhir ini terus digencarkan hingga menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.

Direktur Riset Setara Institute, Halili mengatakan, terdapat 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia terpapar paham Islam radikalisme. Hal ini berdasar riset yang telah dikerjakan. Ia juga mengatakan gelombang radikalisme pada 10 PTN tersebut dibawa oleh kelompok keagamaan yang eksklusif yakni dari kelompok yakni salafi-wahabi, tarbiyah, dan tahririyah (tirto.id, 31/5/19).

"Corak kegiatan keislaman di kampus [yang terpapar radikalisme] itu monolitik. Cenderung dikooptasi oleh golongan Islam tertentu yang tertutup atau eksklusif," ujar dia, dalam diskusi 'Membaca Peta Wacana dan Gerakan Keagamaan di PTN', Jakarta Pusat, Jumat (31/5/2019).

Halili mendasarkan penelitiannya kepada 10 PTN yakni UI, ITB, UGM, UNY, UIN Jakarta dan Bandung, IPB, UNBRAW, UNIRAM, dan UNAIR.

Padahal, kebanyakan dari mereka tidak memahami apa itu hakikat radikal dan radikalisme.

Radikal berasal dari bahasa Latin yaitu Radix yang mempunyai arti "akar". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Radikal mempunyai arti " mendasar"(sampai pada hal yang prinsip); sikap politik amat keras menuntut perubahan undang-undang, pemerintahan); maju dalam berpikir dan bertindak.  Kata radikal yang ditambah dengan isme akan berubah arti.   Menurut KBBI yaitu "paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam aliran politik.

Tampaklah bahwa, sebenarnya definisi radikal dan radikalisme adalah netral.  Hanya saja isu radikal dan radikalisme selalu disematkan kepada umat Islam. Radikal disematkan kepada beberapa ustadz dan ulama sedangkan radikalisme disematkan kepada topik pembicaraan sang ustadz atau ulama, misalnya ustadz Felix Siauw seorang yang radikal dan memahamkan paham radikalisme, sehingga Beliau sering sekali dipersekusi.

Kafir barat menyebarkan isu ini, salah satunya untuk memecah belah persatuan umat Islam, yaitu mengelompokkan Islam radikal dan tidak  radikal (moderat), selanjutkan membenturkan keduanya. Kaum kafir tidak menginginkan umat Islam bersatu berdasarkan aqidah, karena, jika  umat Islam bersatu maka mereka akan mengalami kehancuran yang dahsyat. 

Selain itu, melalui propaganda isu radikalisme yang ditujukan kepada Islam,  membuat umat dan masyarakat akan takut terhadap Islam. Selanjutnya, menjauhi Islam dan makin tidak memahami Islam secara menyeluruh. Inilah yang dikehendaki kaum kafirin, menghadang kebangkitan Islam. Dalam hal ini, Allah swt berfirman "Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS Al-Imran:54).

Karenanya, kaum muslimin seharusnya menyadari bahwa radikalisme adalah proyek kafir barat untuk menghambat kebangkitan Islam.  Di sisi lain, bisa dilihat, dengan izin Allah proyek ini justru semakin memperkuat dan meyakinkan umat akan kebenaran ajaran Islam hingga pertolongan Allah SWT untuk kemenangan agama Nya semakin dekat, insya Allah sebentar lagi. Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan tidaklah Allah menjadikannya (mengirim pertolongan) melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tentram, dan kemenangan (pertolongan) itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh Allah maha perkasa, maha bijaksana.” (QS Al-Anfal: 10).

Bahkan Allah pernah menyelamatkan dua orang hamba yang mulia tanpa senjata apapun seperti yang dialami  Rasulullah SAW  bersama Abu Bakar yang bersembunyi di  gua Tsur dalam perjalanan hijrah ke Madinah, kisah tersebut termaktub dalam surat At Taubah ayat 40 (ayat ini akan dikutip pada penjelasan tentang jenis pertolongan Allah). Namun kemenangan hanya bisa dicapai manakala Allah berkenan memberikan pertolongannya.

Sudah saatnya kaum muslim kembali pada jalan Allah sebagaimana yang diterangkan dlm qur'an surah al-Anfal ayat 10 di atas dan menyerukan pada kebenaran karena menyeru kebenaran bukanlah suatu yang perlu ditakutkan dan bukan pula perbuatan yang buruk sebagaimana disematkan radikal pada kaum muslim yang salah makna. Hal itu adalah kewajiban dari Allah swt yang memerintahkan kepada hambanya agar beriman untuk taat pada hukum syara' (syariat Islam), sehingga seluruh kaum muslim bisa menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh dan menjadikan Islam sebagai rahmatanlil 'alamin. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam qur'an surah al-Baqarah ayat 208 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Allah juga berfirman yang artinya "Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya' : 107).

Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post