Ilusi Perdamaian Dunia 



Oleh : Maya Ristanti
Pengasuh Pondok Pesantren Al Amri Probolinggo, member AMK

“Inilah ketika saya merasa sangat bangga sebagai manusia. Biarkan saya memberi tahu kalian semua. Muslim bukan teroris dan terorisme tidak memiliki agama. Semua orang yang menganggap muslim sebagai komunitas teroris, memiliki kepala kosong seperti Anning," cuit Will di akun Twitternya @Willconnolly_au pada Sabtu (16/3/2019). Will Connolly adalah seorang pemuda pemberani yang nekat memecahkan telur di ke kepala Senator Australia Fraser Anning di hadapan awak media.

Dunia sedang tidak aman. Mungkin itulah sepenggal kalimat yang dapat mewakili kondisi keamanan dunia saat ini. Korban-korban pembunuhan secara beruntun terus berjatuhan. Pertengahan bulan Maret muslim Selandia baru ditembaki secara brutal oleh teroris keji ketika sedang menunaikan ibadah salat Jum'at di masjid.  Umat Islam menjadi  sasaran  keji yang tidak berperikemanusiaan. 

 Teror terjadi di dua masjid di Selandia Baru, Jumat (15/3/2019), yakni di masjid Al-Noor dan masjid Linwood. Kedua masjid berjarak sekitar lima kilometer. Korban tewas di kedua lokasi serangan dilaporkan mencapai setidaknya 49 orang, menjadikan insiden ini pembunuhan massal terburuk di Selandia Baru selama lebih dari tujuh dekade. Peristiwa yang mencoreng citra Selandia baru yang di tahun 2017 kemarin masuk 10 besar negara paling aman di dunia bahkan peringkat kedua versi Global Peace Index dari badan riset dan organisasi kedamaian, Vision of Humanity.

Konflik panjang Israel dan Palestina pun belum juga usai. Dilansir oleh tempo.co. (26/3/2019). Dua menteri sayap kanan Israel mendesak agar pengeboman ke Jalur Gaza ditingkatkan setelah serangan udara balasan terhadap roket Hamas. Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, dan Menteri Kehakiman Ayelet Shaked, keduanya dari partai sayap kanan Hayemin Hehadash, menyerukan militer Israel untuk meningkatkan serangannya terhadap kantong Gaza yang dikepung. Konfilk Palestina dan Israel sudah berlangsung lebih dari 30 tahun. Jutaan nyawa melayang tanpa henti. Tanpa ada yang bisa menghentikan. 

Di akhir bulan Maret mata dunia dibuat kembali memerah. Kabar ratusan nyawa melayang tanpa dosa kembali terjadi di benua Afrika. Ratusan orang tewas dalam penyerangan yang terjadi di Desa Ogossogou, Mali, Afrika Barat, Sabtu (23/3). Aksi kekerasan yang menyerang kaum Fulani itu dilaporkan merenggut 115 nyawa di antaranya. Secara terpisah, dua saksi yang ditemui AFP menyebutkan bahwa pemburu Dogon membakar hampir seluruh pondok di desa tersebut. Pembantaian ini terjadi saat delegasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkunjung ke wilayah Sahel. Melalui twitter resmi, PBB mengutuk serangan terhadap warga sipil dan meminta pihak berwenang di Mali menyelidiki kejadian tersebut. (CNN Indonesia 24/3/2019).

Darah muslim seakan tidak bernilai, tertindas di mana-mana. Di mana perdamaian dunia yang selama ini diagung-agungkan? Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB ) sebagai polisi dunia nyatanya tidak berkutik ketika terjadi teror di mana-mana. Terlebih yang terjadi di Mali, saat mereka sedang berkunjung, mereka mencicipi bagaimana teror itu menghantui masyarakat. PBB yang beranggotakan 193 negara dengan salah satu tujuan didirikannya adalah  menjaga perdamaian dan keamanan dunia telah gagal mewujudkan misinya tersebut. 

Bahkan terkadang tampak hipokrit, di satu sisi mereka mengatakan sebagai polisi dunia yang menjaga keamanan dunia namun disisi lain membiarkan pembunuhan masal terjadi setiap hari di berbagai belahan dunia. Perdamaian dunia yang membuat umat manusia menjadi hidup harmonis, damai, dan berkeadilan hanyalah ilusi bila berharap pada sistem kapitalisme. Karena dalam sistem kapitalisme meniscayakan adanya persaingan, kekerasan, intimidasi untuk meraih kekuasaan, kekayaan, kesejahteraan dengan menghalalkan segala cara . Tidak ada benar dan salah, yang ada adalah siapa yang kuat dia yang menang. Kuat secara fisik dan finansial. Hukum rimba berlaku.  Dan perdamaian dunia hanya akan menjadi ilusi.

Berbeda ketika dunia dalam naungan  Islam. Islam dalam bentuk negara khilafah pernah menaungi 2/3 belahan dunia. Masyarakat yang hidup di dalamnya terdiri dari beberapa etnis, suku, ras, warna kulit dan ribuan bahasa. Mereka hidup damai, aman, sejahtera dan adil dengan kekuasaan Islam. Menarik sebuah surat ketika pasukan muslim di bawah pimpinan Abu Ubaidah mencapai lembah Jordan, penduduk Kristen setempat menulis surat kepadanya berbunyi :

Saudara-saudara kami kaum muslimin, kami lebih bersimpati kepada saudara daripada orang-orang Romawi, meskipun mereka seagama dengan kami, karena saudara-saudara lebih setia kepada janji, lebih bersikap belas kasih kepada kami dengan menjauhkan tindakan-tindakan tidak adil serta pemerintah Islam lebih baik daripada pemerintah Byzantium, karena mereka telah merampok harta dan rumah-rumah kami.

Penduduk Emessa menutup gerbang kota terhadap tentara Heraclius serta memberitahukan kepada orang-orang muslim bahwa mereka lebih suka kepada pemerintahan dan sikap adil kaum muslimin dari pada tekanan dan sikap tidak adil penguasa Romawi.

Demikianlah gambaran jiwa rakyat di Syam selama masa perang (tahun 633-639 Masehi).  Tentara kaum muslimin lambat laun dapat mengusir tentara Romawi dari wilayah itu. Dan tatkala Damaskus pada tahun 637 mempelopori menciptakan syarat-syarat perdamaian dengan pihak kekhalifahan Islam, yang berarti terjaminnya keamanan dan diperolehnya kondisi-kondisi yang menguntungkan, maka hal itu segera diikuti oleh kota-kota lainnya. Emessa, Arethusa, Hieropolis mengadakan perjanjian yang sama dengan pihak kekhalifahan Islam.

Islam juga menjamin keamanan warga negara yang ada di bawah perlindungannya. Karena Islam memandang keamanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh pemimpin kepada rakyatnya. Khilafah  seperti junnah (perisai) yang umat berlindung dan berperang bersamanya. 

Sebagai contoh, dapat dikutipkan disini syarat-syarat persetujuan sebagaimana ditetapkan pada waktu penyerahan kota Jerusalem kepada khalifah Umar bin Khattab :

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih. Inilah persetujuaan keamanan, yang oleh Umar, hamba Allah, Amirul Mukminin, diberikan kepada penduduk Elia (Palestina). Dia memberikan kepada semua, yang sakit atau yang sehat, jaminan keamanan bagi jiwa, harta, gereja, salib, dan semua hal yang berhubungan dengan agama mereka. Gereja tidak akan dirubah menjadi tempat kediaman, tidak akan dirusak, tidak juga mereka atau perlengkapan mereka akan dikurangi dengan cara apapun, begitu juga salib-salib atau harta milik mereka tidak akan diganggu, tidak akan ada paksaan bagi mereka mengenai soal-soal yang berhubungan dengan keyakinan mereka, dan tidak seorangpun diantara mereka akan dianiaya.

Islam memiliki seperangkat peraturan yang menjamin keamanan dan dijalankan oleh orang-orang yang memilki ketaqwaan, mampu menjalankan pemerintahan, berilmu dan mampu mengairi hati masyarakat dengan iman. Perdamaian dunia akan terwujud secara nyata bila umat mau kembali hidup dalam naungan syariah Islam dalam bingkai khilafah.

Wallahu a'lam bish showwab

Post a Comment

Previous Post Next Post