Warga Air Manis Dukung Pembenahan Objek Wisata Batu Malin Kundang

Nusantara - Penataan lapak pedagang di sekitar Batu Malin Kundang di Objek Wisata Pantai Air Manis yang semula dianggap pelik lantaran warga bertahan, ternyata dapat juga dilaksanakan. Bahkan warga pedagang mendukung penataan tersebut setelah Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah bersama Wakil Walikota Emzalmi langsung menemui warga, Sabtu (14/3).

Menurut Mahyeldi, pada umumnya warga sangat mendukung, namun alasan mereka masih bertahan seserhana saja, yaitu tentang kejelasan dimana dan bagaimana usaha mereka selanjutnya.

" Pedagang tak minta macam - macam yang penting bagaimana kita bisa memberi penjelasan tentang itikat baik pemerintah, bahwa penataan yang dilakukan justru untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di sini," kata Walikota usai menemui warga pedagang di sekitar Batu Malin Kundang.

Setelah bertemu dengan ninik mamak dan pemuka masyarakat setempat, ulas Mahyeldi, maka lapak pedagang yang menutupi relief pada dinding bukit, bersedia dipindahkan ke tempat yang telah disediakan di lahan kosong sebelah timur.

"Anggaran untuk pembangunan lapak - lapak di tempat relokasi sudah ada sekitar Rp. 200 juta yang berasal dari pihak swasta," ungkap Mahyeldi.

Dalam kesempatan ini, Walikota Mahyeldi membantu lima orang pedagang maaing - masing Rp. 500 ribu untuk pemindahan lapaknya yang menempati lokasi pengerukan di muara sungai.

Sementara itu, pengerukan terhadap Batu Malin Kundang yang tertimbun sedimen pasir sudah berlangsung sejak Jumat (13/3) kemarin. Dengan mengeruk sedimen menggunakan satu unit eskavator maka hasilnya, dinding kapal "si anak durhaka" yang konon dikutuk oleh ibunya menjadi batu itu sudah terlihat kembali.

”Pengerukan ini dilakukan hingga kondisi kapal tersebut persis seperti semula layaknya sebuah kapal yang terdampar di muara pantai," sebut Mahyeldi.

Mahyeldi mengaku optimis, jika penataan pedagang dan pengerukan batu selesai dilakukan, objek ini akan lebih menarik.

”Dampaknya tentu akan meningkatkan minat wisatawan berkunjung ke Padang sehingga perekonomian masyarakat lebih hidup," imbuhnya.

Sementara itu, Mawan (61) sesepuh masyarakat di Pantai Aia Manih mengungkapkan, masyarakat Pantai Aia Manih saat ini memang tergantung dari berdagang. Sebab, mata pencaharian nelayan yang digeluti selama ini, sudah tak bisa diandalkan.

"Tantu ka pamarintah kami baharok, Pak. Supayo tampek kami ko diparancak. Kalau rancak, banyak urang tibo, iduik pulo kami," tutur Mawan yang biasa nyambi sebagai tukang foto.(mond/rel)
Previous Post Next Post