In Memoriam Madiba dengan Semangat Olahraga

Kamis, 5 Desember 2013 Brazil melangsungkan pengudian grup Piala dunia. Saat itu pula dunia kehilangan tokoh hebat nan ikonik. Pemimpin negara yang dipanggil “bapak” dalam pengertian perannya sebagai ayah bagi masyarakatnya. Nelson Rolihlahla Mandela yang akrab dipanggil “madiba” atau “Tata”oleh masyarakat Afsel wafat pada usia 95 tahun. Walau tidak lagi menjadi seorang pemimpin resmi bagi masyarakatnya beliau sangat dihormati sebagai seorang bapak bagi masyarakat Afsel.

Madiba salah satu tokoh inspiratif bagi dunia, kemampuan mandela memberi maaf bagi mereka yang menyiksa dan merenggut kebebasan sungguh sangat menakjubkan. Dari beliau kita uga bisa belajar, bahwa media olahraga terutama sepakbola, bisa dipakai sebagai jembatan menghubungkan dua kelompok berbeda paham, bahkan saling bunuh.

Pada tahun 1995, Afsel menjadi tuhan rumah piala dunia rugbi. Di Afsel sendiri olahraga ini milik kaum kulit putih. Dengan kepiawaian madiba dalam berdiplomasi maka olahraga ini dihelat dinegaranya, untuk memperingati berakhirnya politik apartheid dinegaranya.

Setahun sebelumnya, pada 1994 partai kongres nasional Afrika yang mengusung mandela memenangi pemilu. Kemenangan partai kongres ini memebuat politik apartheid menemui ajalnya. Politik yang menyepelekan ciptaan tuhan dengan tindakan rasis tenggelam dengan diangkatnya madiba sebagai pemimpin Afsel.

Kemenangan kelompok pendukung mandela, tidak dipergunakan untuk membalas dendam atas 27 tahun yang dilewati madiba dalam tahanan. Selain berhasil “ menang” dalam keputusan menjadi tuan rumah piala dunia rugbi 1995. Madiba sangat memanfaatkan momentum internasional itu untuk menyuarakan perdamaian dan memaafkan para musuh-musuhnya. Kemenangan 15-12 pada partai final saat melawan juara bertahan selandia baru sangat berarti penting bagi madiba sendiri, yang mana notabene olahraga rugbi adalah olahraga kaum kulit putih yang menindas mandela selama ini dijadikan alat perdamaian dan menyudahi perbedaan sikap dengan cepat

Pertandingan final sangat dramatis ini dapat disaksikan dalam film “invictus”. Dalam kostum springbok yang dikenakan madiba bertuliskan pesan “ bila saya bisa memaafkan mereka yang merenggut kebebasan saya, kenapa anda tidak bisa.???”. Pesan ini dapat terlihat jelas dimata kapten springbok Afsel francois pienaar julukan timnas rugbi negaranya. Usai mengangkat piala dunianya, ia berkata “kemenangan ini bukan hanya untuk 60 ribu penonton distadion ELLIS PARK, tetapi juga bagi seluruh 43 juta warga Afrika Selatan.” Ucapan pienaar berarti pengakuan pemimpin olahraga kulit putih dinegara itu terhadap usaha mandela menyatukan bangsa afrika selatan. Piennar sendiri menjadi rekan madiba dalam kampanye perdamaian.

Setelah rugbi, Afsel mencatat sejarah baru dalam dunia olahraga terpopuler sejagat yaitu sepakbola. Dalam bidding penunjukan tuan rumah piala dunia 2010 Afsel mengalahkan para pesaingannya dari benua Afrika lainnya yaitu Mesir, Maroko serta duet Libya dan Tunisia yang juga sangat berminat untuk mengelar pesta sepakbola sejagatraya.

“Dimasa mendatang, Afsel menjadi negara cadangan FIFA bila tuan rumah yang ditunjuk gagal dalam mempersiapkan negaranya untuk menghelat pesta olahraga populer sejagatraya.” Kata Sepp Blatter presiden FIFA. Karena dari skala 10, Afsel diberikan poin sembilan dari presiden FIFA.

Keberhasilan Afsel dalam menggelar piala dunia 2010 hampir sangat sempurna sangat berkesan dimata sepp blatter presiden FIFA, sontak kepergian madiba sangat membuat blatter terpukul, sehingga blatter menghimbau seluruh asosiasinya untuk menurunkan bendera setengah tiang untuk mengenang madiba.

Warga Afsel dan masyarakat dunia harus melepas kepergian bapak duni, berharap  warisan yang ia tinggalkan tidak menguap akibat sikap serakah manusia yang ditinggalkannya….
SELAMAT JALAN MADIBA,….!!!!

Terimakasih atas ilmu dan warisan yang telah engkau tinggalkan melalui olahraga….!!!
#rangkuman dari berbagai sumber….

Ditulis Oleh : Dicky Osmond
Wartawan www.nusantaranews.net  
dan Juga Pemerhati Sepak Bola
Previous Post Next Post