Status Gizi dan Pola Asuh Penentu Kualitas SDM

BANYAK penelitian menunjukan bahwa, asupan gizi yang cukup serta seimbang dan pola asuh yang tepat pada anak di masa bayi, balita, dan kanak-kanak sangatlah penting, karena di periode ini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak secara fisik serta pembentukan pola mental dan karakter sang  anak,  yang  berpengaruh  pada kualitas SDM di masa depannya kelak.

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menuntut perhatian dari banyak pihak, terutama dari para orang tuanya.

Apabila di periode ini terjadi sebuah kelalaian, maka akan berdampak pada keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Hal ini tidak akan mungkin dapat diperbaiki kembali di masa yang akan datang

Dari sisi pola asuh, seorang anak perlu mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang tepat pada masa tiga tahun pertamanya, karena pada masa tersebut merupakan masa yang rawan bagi tumbuh kembangnya. Pola pengasuhan adalah seluruh interaksi antara subyek dan obyek berupa bimbingan, pengarahan, dan pengawasan terhadap obyek sehari-hari yang berlangsung secara rutin.

Diperiode tiga tahun pertama ini, mereka mulai mengenal nilai-nilai, pengertian, serta pengetahuan melalui berbagai bentuk interaksi antara ibu sebagai pengasuhnya.

Diatas usia tiga tahun, dan sebelum memasuki masa sekolah, yaitu di bawah tujuh tahun ,ini sering disebut masa bermain bagi anak. Interaksi anak dengan subjek dan objek mulai mendalam, dan masa ini orang tua dituntut secara berlahan mulai mengenalkan nilai-nilai baru pada anak, sebagai bekal dini bagi mental anak untuk berinteraksi dengan lingkungan luar rumah seperti lingkungan luar sekolah.

Dari sisi asupan gizi, pada masa balita terdapat pula usia yang sangat rawan yaitu anak usia 1-2 tahun (baduta) hingga sampai tiga tahun (batita). Dalam masa ini, gizi dibutuhan anak untuk keberlangsungan pertumbuhn dan perkembangan anak yang relative cepat, sehingga anak dapat melakukan gerakan-gerakan fisik.

Asupan ASI yang cukup pada usia 0-2 tahun sangatlah penting, karena selain meningkatkan massa otot pada bayi, usia ini juga merupakan periode emas untuk pertumbuhan otak bayi. Untuk itu, asupan konsumsi gizi bagi ibu menyusui sangatlah penting.

Usia 1-3 tahun, konumsi makanan pada bayi masih dalam bentuk lunak dan konsumsi susu masih merupakan makanan yang esensial bagi anak

Kekurangan gizi pada balita, dapat ditandai dengan menurunya kemampuan fisik, terganggunya pertumbuhan, perkembangan, dan kemampuan berfikir. Dampak dari keadaan tersebut dapat terlihat akiabat dari konsumsi makanan yang bergizi rendah. Hal ini karena konsumsi makanan mempunyai pengaruh langsung terhadap status gizi dalam tubuh anak. Sebaiknya hal ini sedini mungkin dicegah karena akan menimbulkan mudahnya anak terjangkit berbagai macam penyakit akibat daya tahan tubuh yang menurun yang dicetuskan karena rendahnya gizi pada anak. Bahkan dapat menyebabkan kematian akibat tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak dalam menu makanannya sehari-hari.

Untuk itu, pemberian makanan pada anak haruslah serat dengan gizi yang cukup dan seimbang, Karena kelebihan gizi juga tidak baik yang dapat menimbulkan obesitas atau kegemukan pada anak.

Hj. Rosnini Safitri, M.Kes, kadis kesehatan Prov. Sumbar menjelaskan, anak merupakan generasi penerus bangs. Apa jadinya bangsa ini apabila mereka mengalami gizi buruk dan pola asuh yang tidak tepat. Sedangkan gizi buruk dan pola asuh yang tidak tepat sejak dini merupakan pondasi yang akan mempengaruhi kualitas SDM mereka kelak.

Selain pengawasan yang penuh pada usia dini (0-usia pra sekolah), sesungguhnya juga ada periode lanjutan yang harus diawasi oleh orang tua yaitu masa kanak-kanak.

Dalam periode lanjutan ini juga berdampak pada kualitas SDM mereka kelak, dan pengawasan pada masa ini tak kalah penting di banding masa balita.

Penelitian menunjukan, asupan gizi pada masa kanak-kanak mulai mengalami ketidak teraturan pada saat mereka memasuki masa sekolah. mereka “anak-anak” lebih cendrung mengkonsumsi makanan yang salah tetapi disukainya. Selain itu aktifitas kegemaran bermain yang sngat tinggi sehingga menyebabkan kelelahan. hal ini berpengaruh pada nafsu makan yang cendrung berkurang. Dilema ini terjadi pada anak usia 7-14 tahun.

Peranan dan pengawasan orang tua di masa-masa ini cukup penting. Selain untuk pertumbuhan fisik, kecukupan gizi pada masa ini sangat berpengaruh untuk daya tahan tubuh anak terhadap serangan penyakit dan kecakapan memori otak.

Pada sisi pola asuh, masa-masa ini masa yang sangat kritis bagi perkembangan mental anak. Karena mereka memasuki masa pra remaja. Mereka lebih cendrung mengahasbiskan waktu di lingkungan luar rumah, dibanding lingkungan keluarga.

Dimasa ini komunikasi yang baik dan terbuka perlu diciptakan orang tua, agar mereka generasi penerus bangsa ini tidak salah langkah dan salah menafsirkan hal-hal yang mereka tidak mengerti yang sering mereka temukan di lingkungan luar rumah. jelas Rosnini (Deni)
Previous Post Next Post