Pengurus HBT Padang Tersangka (2)

Nn, Padang -- Jumat siang tanggal 18 Januari 2013 sekitar jam 12.00 WIB kembali Kurnia Tjuatja menghubungi saya melalui handphone minta untuk bertemu di restaurant Taman Sari sekarang. Berhubung akan menjemput anak pulang sekolah, disepakati untuk bertemu jam 15.00 WIB sore nanti.

Sewaktu tiba di restaurant Taman Sari, ternyata dia sudah menunggu di ruangan samping dan ketika melihat saya datang dengan mobil, Kurnia Tjuatja agak terkejut dan mengatakan "Lu bawak oto ya, biasanya kan naek motor" dan saya jawab "ya, karena di rumah mendung" Sambil makan lotek, dia menyampaikan bahwa semalam dia tidak bisa datang ke rumah saya. Katanya ada om-nya yang mau buat paspor tapi tidak punya akte kelahiran, apa bisa dibantu ? Saya jawab tidak bisa karena online system syaratnya harus lengkap. Kemudian dia menelpon seseorang yang dipanggilnya om dan mengatakan" om, ndak bisa tuh, syaratnya tidak lengkap" Kemudian pembicaraan beralih ke masalah keluarga, menanyakan berapa orang anak, istri kerja apa, siapa-siapa saja di rumah, berapa hp dan lainnya. Sewaktu selesai makan dia membayar di kasir dan kami menuju halaman parkir. Sewaktu itulah saya melihat Kurnia Tjuatja mendekati mobil Honda CR-V Nopol. BG-1952-C warna coklat muda metalik (biasanya parkir di parkiran belakang Tee Box Karaoke) dan saya sempat bilang sama dia "mobil baru ya", kemudian kami berpisah.

Malam harinya sekitar jam 19.30 WIB anak perempuan saya Agnes Felisia Gunawan mengatakan kepada saya sewaktu saya makan malam  bahwa sebentar ini di luar dia baru saja melihat mobil CR-V plat BG warna coklat emas berputar di jalan depan rumah dan tak lama berselang 5 menit selesai makan ketika sedang memoles roti dengan margarine, saya dan istri mendengar pintu pagar dibuka orang dan dari ruang tamu kami melihat 3 (tiga) orang lelaki tidak dikenal ( lelaki pertama tegap tinggi berbaju kaus putih celana jeans bersepatu kets putih bergaris biru tua bersubang di telinga kiri, lelaki kedua dan ketiga agak tegap pendek pakai jaket hitam bersendal membawa tas ransel) berdiri di depan pintu besi pengaman dengan diiringi Kurnia Tjuatja di belakangnya. Karena melihat ada Kurnia Tjuatja, maka tanpa rasa curiga, saya membukakan pintu besi dan dengan disaksikan langsung oleh istri saya, lelaki pertama mengeluarkan dan memperlihatkan lencana warna kuning emas seraya berkata "kami dari Densus 88 Mabes. Polri, kita bicara di dalam saja Pak" katanya sambil memepet saya ke ruangan tengah disusul 2(dua) orang temannya dan Kurnia Tjuatja. Karena berpakaian tidur, istri saya masuk ke dalam kamar untuk ganti pakaian. Kemudian lelaki pertama minta dengan nada keras segera dikumpulkan semua handphone, laptop dan menyerahkannya kepada lelaki kedua dan ketiga untuk dipindahkan data-datanya ke dalam laptop yang mereka bawa. Kemudian lelaki pertama meminta dompet saya dan mengiring saya ke dalam kamar untuk mengambil dompet, kemudian terdengar istri saya menghardik lelaki kedua yang menyerobot masuk ke dalam kamar sewaktu sedang ganti pakaian, yang masuk tanpa mengetuk pintu kamar. Setelah keluar kamar, istri saya bertanya kepada Kurnia Tjuatja "ada masalah apa Ko ?" Kurnia Tjuatja mengisyaratkan jarinya ke mulutnya agar istri saya diam saja dan menunjuk ke arah lelaki pertama yang sedang memeriksa dompet saya. Kemudian lelaki pertama itu memeriksa tas kerja saya yang terletak di kursi tamu dan mempreteli semua isi-isinya, kemudian dia menggeledah seluruh ruangan dalam rumah, bagian bawah tempat duduk motor dan mobil yang ada di halaman, sementara Kurnia Tjuatja hanya duduk saja mengawasi kerja orang-orang yang dibawanya tersebut..

Setelah lama menggeledah dan tidak menemukan apa yang dicari, kemudian lelaki pertama mengajak saya keluar di halaman rumah. Ketika ssaya bertanya "ada apa sebenarnya Pak ?"Dijawab oleh lelaki pertama "ada sms ancaman ke handphone milik Pak Djunaidi Perwata dan setelah dilacak dengan satelit, ternyata sinyalnya berasal dari rumah ini. Sebaiknya Bapak mengaku sajalah, kalau tidak kami akan datang lagi dengan tim yang lebih besar dan alat yang canggih". Kemudian Kurnia Tjuatja pun menyusul ke luar dan berkata kepada Valentinus Gunawan " lu mengaku sajalah, nanti gua bantu bicarakan sama Toako solusinya". Karena didesak terus dan merasa tidak pernah berbuat, maka saya mengajak mereka bersumpah " kalian lihat saya punya keluarga anak dan istri, bumi kita pijak dan langit kita junjung, kita sama-sama di jalan, kalau memang saya berbuat demikian, saya dan keluarga bersedia menerima karma buruk, tapi sebaliknya kalau tidak, kalian dan orang-orang yang sudah menuduh sayalah yang akan ditimpa karma buruk".

Mendengar itu melunaklah mereka, kata Kurnia Tjuatja "ooo … jangan sampai begitulah" dan Kurnia Tjuatja menanyakan kepada saya, "apakah ada anggota HBT yang tinggal di sekitar sini yang punya akses ke Djunaidi Perwata ?" Saya jawab "ndak tahulah" Kemudian mereka pamit pulang sambil bersalaman minta maaf kepada istri saya atas ketidak-nyamanan tadi. Dari pintu pagar saya dan istri saya melihat Kurnia Tjuatja dan 3 (tiga) orang lelaki tak dikenal yang mengaku dari Densus 88 Mabes. Polri tersebut menuju mobil yang sama dengan yang dilihat Valentinus Gunawan di restaurant Taman Sari tadi sore. Tak lama setelah mobil CR-V pergi, barulah istri saya mengingatkan ada seorang pengurus HBT Pusat Padang yang sama pangkatnya dengan Kurnia Tjuatja, yang rumahnya sekitar 50 meter dari rumah kami dan saya langsung menelpon Kurnia Tjuatja bilang " Ko Beng Koen, baru we ingat, Conglie Wong tinggal dekat rumah kami" dan dijawabnya "iyalah, makasih". (bersambung)

Post a Comment

Previous Post Next Post