Gubernur Prihatin Warung Remang di Pinggir Pantai

Nn, Padang -- Saat ini kita melihat penyelenggaraan pendidikan di madrasah-madrasah belum lagi memenuhi kreteria pendidikan berkarakter. Kita perlu mengarahkan pola kurikulim madrasah pada sistem bording school, minimal full day school. Karen apa yang dipelajari baru sebatas kognitif, pengetahuan belum lagi pada pemahaman (Afektif) apalagi hingga penerapan atau pengamalan (psikomotorik).

Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno pada saat pembukaan Raker Kementrian Agama tingkat Provinsi Sumatera Barat di Padang. Hadir dalam kesempatan tersebut Staf Ahli Kementrian Agama, Dra. Hj. Emalena, Msi, Kakanwil Kementrian Agama Drs. H. Ismail Usman, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Kakan Kementrian Agama se Sumatera Barat serta jajaran Kementrian Agama di Sumbar.

Lebih jauh Irwan Prayitno menyampaikan, sementara Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter yang sesungguhnya memiliki potensi besar dalam melahirkan SDM yang berkarakter dalam membangunan generasi yang kuat, bermartabat dan berkepribadian.

Kita boleh lihat proses pendidikan madrasah saat ini, pembelajaran pendidikan kepada siswa-siswanya baru sebatas pengetahuan yang kemudian dihapal dipelajari. Jika belum mengerti diterangkan lagi oleh gurunya, jika belum paham diterangkan lagi oleh gurunya kemudian di uji keluarlah nilai, dan hanya sebatas nilai yang ditulis dirapor.  Apakah cukup demikian saja ?, kapan pemahaman dan penerapan yang mesti jadi jatidiri anak didik ?

Saat ini kita dapat mencontoh salah satu SMA 1 Padang Panjang yang telah memulai dan telah pula berhasil melahirkan anak-anak berprestasi secara nasional, yakni mengabungkan pengetahuan umum denganpenerapan nilai-nilai keagamaan. Selain mereka pintar-pintar, juga memiliki kepribadian yang baik dan dapat dibanggakan, terangnya.

Irwan Prayitno juga menyinggung soal penampilan para da’i atau ustad yang mengutamakan lucunya saja tanpa melihat materi ceramah yang diberikan.  Sehingga saat ini jelas terlihat para da’i dan uztad menjadi pelawak saat tampil di panggung.

Jika demikian kapan lagi para da’i dan uztad mampu sebagai bahagian dari pencerdasan umat atau masyarakat ?. Seharusnya ada sistem pembelajaran yang berkesinambungan dari para da’i dan para uztad setiap waktu, sehingga ada ada tambahan pengetahuan baik bagi da’i dan uztad sendiri maupun bagi masyarakat yang mendengarkan, untuk merobah prilaku dan meningkatkan keimanannya.

Namun kita menyadari bahwa keberadaan Kementrian Agama merupakan lembaga yang mengurusi tentang nilai-nilai keagamaan itu. Dan kita pun sadar orang –orang yang berada didalamnya merupakan orang-orang yang terlah terlatih untuk itu.

Jikapun ada oknum Kementrian Agama yang berbuat tidak sesuai dengan kaidah norma-norma agama,kita menjadi miris terhadap prilaku oknum melakukannya, ini diharapkan bukan keburukan Lembaga Kementrian Agama hendaknya, ungkapnya.

Irwan juga menegaskan Pemerintah Provisi Sumatera Barat, tetap komit terhadap pembangunan keagamaan di daerah ini. Adanya program Magrib Mengaji, Subuh  berjamah terus kami tindak lanjuti dengan surat edaran kepada Bupati/ Walikota se Sumatera Barat.  Karena memang tidak ada aparat pemprov yang mengurus pembangunan tentang keagamaan ini, sesuai undang-undang aturan yang berlaku. Dan kesemua itu telah dijalan sesuai dengan kondisi dan sistem aplikasi masing-masing daerah pemkab/ko. Mungkin ada yang belum melaksanakan sesuai dengan yang dimaksudkan, namun secara keseluruhan kegiatan ini telah berjalan dengan baik, katanya.

Sementara Staf Ahli Kementrian Agama, Dra. Hj. Emalena, Msi dalam sambutannya menyampaikan,  dulu Sumatera Barat menjadi panutan bagi daerah-daerah lain dalam pembangunan keagamaan di Indonesia. Semua itu karena falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, yang menjadi budaya masyarakat  Sumatera Barat.

Namun saat ini ada terasa terjadi degrasi budaya itu, dan sejauhmana dampak yang terjadi ? Apakah budaya ABS-SBK tersebut masih menjadi kekuatan budaya masyarakat Sumatera Barat ataukah hanya menjadi simbol semata ?

Kita amat prihatin sekali, di daerah yang pemahaman agama yang begitu tinggi selama ini, sudah ada juga kedai  remang-remang dipingiran pantai. Sebagai salah satu putra daerah, kami merasa malu dan butuh power kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi semua itu. Agar kehidupan dan keimanan masyarakat Sumatera Barat dapat berjalan sebaik seperti sebelum-sebelumnya.

Kita mengajak semua pihak dan seluruh komponen masyarakat Sumatera Barat berupaya kembali membangkitkan citra keagamaan di daerah ini dan menjadi panutan yang terbaik di seluruh pelosok negeri di Indonesia ini, harapnya. Zardi
Previous Post Next Post