Toleransi Kebablasan: Bebas Berpikir dan Bebas Berperilaku


Oleh: Novalis Cinta Sari 

Aktivis Dakwah

 

Banyak manusia yang menjalani kehidupannya tanpa petunjuk. Mereka pun melakukan berbagai aktivitas tanpa menggunakan standar yang dapat digunakan untuk mengukur perilakunya. Maka tidak heran, kita sering menjumpai orang melakukan berbagai macam perilaku buruk, yang mereka sangka baik. Sebaliknya, meninggalkan perilaku baik karena disangka sebagai perilaku buruk.

Adapun fakta yang terjadi di negeri ini menjadi bukti, bahwa benar manusia melakukan aktivitas tanpa standar yang jelas. Sebut saja kasus bullying yang banyak terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan kerja, serta di lingkungan umum lainnya. Adanya anak yang memenjarakan sampai membunuh orang tuanya sendiri, begitu pun sebaliknya. Bahkan opini-opini bebas yang ditaburkan para influencer di media sosial menambah ramai bukti dari aktivitas ini, seperti kesetaraan gender, childfree, my body my authority, pluralisme, moderasi beragama dan sebagainya.

Childfree sempat ramai menjadi topik pembicaraan di tengah kawula muda setelah diungkapkan oleh seorang Youtuber secara terbuka, Gita Safitri memilih untuk tidak punya anak. Selanjutnya, Aktris Cinta Laura menyebut permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah saling menjatuhkan karena adanya perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan. Padahal, menurut dia, pondasi Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya saling memeluk perbedaan dan bertoleransi. Hal ini disampaikan Cinta dalam launching 'Aksi Moderasi Agama', Rabu (22/9) (republika.co.id, Kamis 23 Sep 2021).

Masih banyak rangkuman berita tentang kebebasan berpendapat dan berperilaku di media massa hari ini.  Apalagi dengan adanya sosial media, lebih cepat info-info ini di terima oleh masyarakat.

Kondisi sepanjang 2021 ini akan terus terjadi bahkan sudah menjadi warisan dari sistem hari ini dari tahun ke tahun, karena mereka tidak memiliki standar yang digunakan untuk mengukur perbuatannya. Berawal dari pemikiran yang tak memiliki standar ukuran, membuat manusia dapat mentolerir segala macam pemikiran serta opini yang masuk ke otaknya. Alhasil toleransi berpikir ini membuahkan juga toleransi berperilaku dengan standar baik dan buruk menurut manusia itu sendiri.

Selain faktor internal yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, ternyata penyebabnya tak luput dari faktor eksternal yang mendukung pula, yaitu adanya sistem kebebasan, yang lahir dari sistem sekuler kapitalistik yang melingkupi kita hari ini. Sistem sekuler menjadikan kebebasan sebagai landasan berpikir atas segala sesuatu, begitu pula dengan hukum/sanksi yang ada tidak berhasil membuat jera. Dari kebebasan inilah yang menjadikan kasus-kasus semacam ini terus berulang kembali terjadi.

Ketika tidak adanya standar baik dan buruk yang jelas untuk setiap perkara, kemudian akal manusia dijadikan sebagai standarnya, maka akan terjadi kekacauan dan ketidakpastian di tengah umat. Lalu hukum segala sesuatu menjadi tidak jelas dan berubah-ubah. Kemudian seseorang bisa saja terjerumus dalam perilaku buruk, namun menyangka sebagai perilaku baik atau akan menjauhkan diri dari perilaku baik dikarenakan menyangka sebagai perilaku yang buruk. Bahkan dampaknya bisa sampai pada tahap meracuni pemikiran dan hancurnya generasi.

Islam telah menetapkan standar bagi manusia untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana perilaku terpuji yang harus segera dilakukan, dan mana perilaku tercela yang harus segera ditinggalkan. Standar itu tidak lain adalah syariat Islam. Apa yang dinyatakan baik oleh syara' selamanya akan baik, begitu pula yang dinyatakan buruk oleh syara' selamanya akan tetap buruk, karena standar ini bersifat permanen. Tidak berubah-ubah layaknya akal manusia.

Penerapan syariat Islam ini tidak bisa jika hanya diadopsi oleh individu manusia itu sendiri, melainkan harus sampai ke ranah kelompok masyarakat bahkan negara. Karena hanya negara yang memiliki kuasa untuk dapat memblokade sistem kebebasan yang bercokol di tengah umat. Dengan menyapu bersih sistem batil tersebut lalu menggantikannya dengan sistem syariat Islam, maka umat dapat menjalankan syariat secara sempurna.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post