PEJABAT SEMAKIN KAYA-RAYA, RAKYAT BERTAMBAH SENGSARA


Oleh: Ranti al-Muqaddasah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat, sebanyak 70,3 persen harta kekayaan pejabat negara naik selama setahun terakhir atau di masa pandemi Covid-19. Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK, Pahala Nainggolan mengatakan, laporan kenaikan itu tercatat setelah pihaknya melakukan analisis terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) pada periode 2019-2020 (CNN Indonesia). 

Catatan KPK ini berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi penduduk Indonesia secara umum. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang. Dibandingkan dengan bulan Maret 2020 lalu, jumlah penduduk miskin meningkat 1,12 juta orang (Kompas.com).

Melansir dari data LHKPN, berikut kenaikan harta kekayaan para pejabat selama setahun terakhir: Johnny G Plate (Menteri komunikasi dan Informatika) dilaporkan naik Rp 17,8 miliar. Selanjutnya, Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan) naik Rp 23,3 miliar. Luhut Binsar Panjaitan (MenKo Bidang Kemaritiman dan Investasi), naik Rp 67,7 miliar, dan terakhir Sakti Wahyu Trenggono (Menteri Kelautan dan Perikanan), naik sebesar Rp 481,5 miliar.

Ini hanya sebagian kecil dari data harta kekayaan para pejabat negeri ini yang mengalami lonjakan kekayaan drastis hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Di tengah kondisi rakyat yang terjepit berbagai aturan dan kebijakan yang menyulitkan mereka untuk bekerja di tengah situasi pandemi ini. 

Dengan melihat jumlah kekayaan para wakil rakyat yang  fantastis tersebut, rasanya mereka sudah kehilangan indra pendengaran sehingga tak mampu lagi mendengar jeritan rakyat yang kelaparan, mereka telah buta sehingga tidak bisa lagi melihat kesengsaraan rakyat yang tidur di trotoar atau kolong jembatan, hati mereka mati sehingga lupa apa tugas mereka sebagai wakil rakyat.

Pertumbuhan Ekonomi Meningkat, Fakta!  
Tampaknya memang benar, bahwa pertumbuhan ekonomi negeri ini mengalami peningkatan di tengah wabah pandemi yang belum hilang. Seperti yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani bulan lalu, ia mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bangkit di kisaran 7,07% pada kuartal II 2021 terjadi berkat kebijakan pemerintah (cnnIndonesia,5/8).

Tentu rakyat telah mendapatkan buktinya. Ekonomi tumbuh karena harta pejabat kian bertambah. Jadi, pertumbuhan ekonomi signifikan terjadi dalam lingkaran kekuasaan saja. Harta pejabat meningkat pada saat rakyat melarat terdampak pandemi. Kebanyakan rakyat bersusah hati, penyelenggara negara justru memperkaya diri.

Tak cukup jika hanya mengkritk atau menyalahkan individu dari pejabat negara saja, rakyat harus mulai membuka mata dan menyadari bahwa inilah akibat diurus dengan Sistem Demokrasi Kapitalis. Dengan memahami bahwa permasalahan negeri ini bukan hanya terletak pada "siapa" yang memimpin, melainkan juga dengan sistem "apa" negeri ini dipimpin. Sistem yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala ridhai kah? Atau sebaliknya.

Pejabat dalam Islam, Tidak Gila Harta
Dalam Islam, seorang penguasa atau pejabat haram mengambil harta yang bukan hak nya. Posisi mereka adalah sebagai pelayan umat (wakil rakyat). Sibuk mengurusi ummat, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan rakyat. Mereka tidak sibuk berbisnis atau memperkaya dirinya, karena mereka tahu bahwa tugas yang diamanahkan padanya adalah tugas berat yang akan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mintai pertanggung jawaban kelak.

Kita banyak membaca dan mendengar kisah para khalifah (pemimpin) pada masa ke-khilafahan Islam yang hidup sederhana dan benar-benar teliti menggunakan harta yang ada. Khalifah Ummar bin Khaththab radiyallahu 'anhu misalnya, ketika beliau tidak memiliki uang untuk membelikan anaknya baju, padahal baju tersebut telat bolong dan di tambal berkali-kali. Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan istrinya, rela medermakan harta kekayaannya demi rakyat. Mereka lebih memilih hidup sederhana dibanding menanti hisab berat di akhrat.

Kita tidak akan menemukan sosok pemimpin yang memiliki karakter luar biasa seperti para khalifah di masa lalu tanpa penerapan sistem Islam sebagai kuncinya. Sistem yang benar akan melahirkan sosok pemimpin dan rakyat yang baik pula. Beriman dan bertaqwa pada-Nya.
Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post