Selepas Ramadan, Jangan Lepas Ketaqwaan

Oleh : Ragil Rahayu, SE

Tak terasa, bulan Ramadan nan mulia telah pergi. Sungguh sedih rasa hati. Tak tahan diri ini harus menunggu sebelas bulan lagi, demi bertemu dia bulan terkasih. Namun takdir harus dijalani. Ramadan undur diri, berganti syawal bulan nan fitri. Semoga Allah SWT memberi kita umur panjang. Bisa berjumpa lagi dengan Ramadan Karim. Puasa lagi, tadarus lagi, i'tikaf lagi, berzakat lagi dan semoga meraih lailatul qadar. Aamiin. 

Ramadan Bulan Riyadhah (Latihan) 
Selama puasa kita berlatih untuk menahan hawa nafsu dan menjaga diri dari hal-hal yang biasanya halal seperti makan, minum dan "berkumpul" dengan suami/istri dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Di malam Ramadan kita menenggelamkan diri dalam kenikmatan ibadah. Sajadah digelar, kepala ditundukkan, kalimah thayibah dilafazdkan dan Al Qur'an dikhatamkan. Meski pandemi, tak menyurutkan semangat kita untuk beribadah. Semua itu demi sebuah cita-cita untuk menjadi hamba yang bertaqwa. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Imam Ibnu Katsir menuliskan dalam tafsirnya, melalui ayat ini Allah SWT berseru kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Karena di dalam berpuasa terkandung hikmah membersihkan jiwa, menyucikannya serta membebaskannya dari endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak-akhlak yang rendah.

Demikianlah, Ramadan menjadi bulan riyadhah (latihan) bagi kita untuk bertakwa pada-Nya. Ketaqwaan adalah status tertinggi seorang hamba di hadapan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Ø¥ِÙ†َّ Ø£َÙƒْرَÙ…َÙƒُÙ…ْ عِÙ†ْدَ اللَّÙ‡ِ Ø£َتْÙ‚َاكُÙ…ْ

Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kalian (TQS al-Hujurat [49]: 13).

Imam ath-Thabari rahimahulLâh dalam tafsirnya mengatakan, “Sungguh yang paling mulia, wahai manusia, di sisi Tuhan kalian, adalah yang bertakwa, yakni yang menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhi kemaksiatan; bukan yang paling mewah rumahnya dan paling banyak keturunannya.”(Tafsîr ath-Thabari, 7/86).

Selepas Ramadan, kita diharapkan untuk meneruskan riyadhah ini. Meneruskan puasa Ramadan dengan puasa sunah. Meneruskan shalat, tilawah, dzikir, bersedekah, berakhlaq karimah, menjunjung adab, bersabar atas musibah, menutup aurat, meninggalkan riba dan aneka kemaksiatan, amar ma'ruf nahi munkar, berdakwah, menasihati penguasa dan semua amal salih yang disyariatkan Allah SWT. 

Perjuangan demi Predikat Taqwa
Setelah riyadhah (latihan) selama Ramadhan, sebelas bulan berikutnya adalah pertandingan yang sebenarnya. Kita berusaha untuk bertaqwa pada Allah SWT. Menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ketika setan tak lagi dibelenggu, kita harus berjuang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu itu bisa berwujud kesombongan, ketidakikhlasan, rasa malas, keinginan berfoya-foya, keinginan untuk bebas berbuat apa saja, kecintaan pada kekuasaan, kecintaan pada harta, amarah dan sebagainya. Selama hidup di dunia kita akan terus berjibaku untuk melawan itu semua. 

Ada orang yang tetap taat meski Ramadhan berlalu, ada yang makin taat hingga derajatnya meningkat di hadapan Allah SWT, tapi ada pula kembali bermaksiat. Bagi golongan terakhir ini, Ramadhan tak berpengaruh sedikitpun pada ketaatannya. Ramadhan seolah rutinitas sebagaimana bulan yang lain. Usai Ramadhan, dia seolah orang yang keluar dari penjara. Bebas, lepas, untuk berbuat maksiat lagi. Semoga kita tidak masuk golongan ini.

Syawal telah datang, saatnya untuk menjaga keistiqamahan beramal salih. Jangan sampai selepas Ramadhan, lepas pula ketaqwaan pada-Nya. Bagaimana gambaran menjaga ketaqwaan? Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka'ab mengenai taqwa. Ubay bertanya, "Pernahkah kamu berjalan di jalan yang penuh dengan duri?" Umar menjawab, "Ya." Ubay bertanya lagi, "Apa yang engkau lakukan?" Umar menjawab, "Aku menggulung lengan bajuku dan berusaha (melintasinya)." Ubay berkata, "Inilah (makna) takwa, melindungi seseorang dari dosa dalam perjalanan kehidupan yang berbahaya sehingga ia mampu melewati jalan itu tanpa terkena dosa."

Taqwa Secara Kaffah
Biasanya di awal syawal manusia masih terbiasa dengan suasana ketaqwaan di bulan Ramadhan. Suasana ruhiyah masih terasa. Namun seiring berlalunya waktu, suasana taqwa makin memudar ditelan deru rutinitas kehidupan. Akhirnya semangat Ramadhan hanya tersisa di secuil ibadah wajib seperti shalat fardhu. Sementara sunah nafilah ditinggalkan, kemaksiatan kembali dilakukan. Seolah perintah bertaqwa hanya ada di bulan Ramadhan saja. 

Padahal taqwa mengharuskan kita ber-Islam secara kaffah. Kita tak mungkin mendapatkan predikat taqwa jika bersikap sekular. Yakni menjalankan sebagian syariat Allah SWT dan meninggalkan sebagian yang lainnya. Berikut adalah enam langkah yang bisa dilakukan untuk memelihara dan menyempurnakan ketaqwaan kepada Allah SWT yang disarikan dari Buletin Kaffah Edisi Juli 2018: 

Pertama, menjadikan akidah Islam bukan sekadar akidah ruhiyyah, tetapi juga akidah siyasiyah, yakni asas dalam kehidupan dunia. 

Kedua, senantiasa menjadikan Islam sebagai standar untuk menilai perbuatan terpuji-tercela dan baik-buruk. 

Ketiga, bersabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah SWT sebagaimana para nabi dan rasul, juga orang-orang salihh dalam menjalankan perintah dan larangan Allah SWT. 

Keempat, berdakwah mengajak umat untuk sama-sama meniti jalan ketakwaan dan menghilangkan kemungkaran. 

Kelima, segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan kembali pada ketaatan manakala telah melakukan kemungkaran.

Keenam, menumbuhkan kerinduan pada ridha Allah dan surga-Nya. 

Akhirnya semoga Allah SWT memberi kita umur panjang sehingga bisa berjumpa Ramadhan tahun depan. Semoga kita termasuk orang yang bertaqwa sepanjang hidup kita. Aamiin. 

Post a Comment

Previous Post Next Post